Penjelasan untuk hal ini ada beberapa. Yang pertama adalah pada peristiwa tersebut tidak ada wartawan dari sang surat kabar yang berada di lokasi kejadian, atau berada di lokasi, tetapi tidak memiliki kemungkinan pengiriman karyanya. Maka, sang surat kabar membeli foto dari sumber lain yang secara kebetulan bisa juga menjual kepada surat kabar lain yang senasib.
Contoh untuk hal ini adalah peristiwa gempa bumi di Sumatera Barat pada 30 September 2009. Saya secara kebetulan berada di tempat kejadian, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena saluran listrik di Kota Padang sama sekali terputus. Sampai melewati tenggat (deadline) saya tidak bisa menemukan cara mengirimkan foto ke kantor Kompas di Jakarta. Menelepon pun sulit karena beberapa penyedia jaringan seluler juga tidak bisa beroperasi.
Waktu itu, wartawan kantor berita Antara, Maril Gafur, yang berdomisili di Padang, berhasil mengirimkan foto ke kantor pusatnya di Jakarta. Maka, foto karya Maril ini menghiasi halaman muka beberapa surat kabar Indonesia pada 1 Oktober 2009.
Contoh yang kedua adalah peristiwa jatuhnya pesawat Hercules di Medan pada 30 Juni 2015. Walau wartawan Kompas yang di Medan mengirimkan foto, Kompas akhirnya memilih foto dari kantor berita Reuters yang secara visual lebih baik. Adalah hal biasa kalau sebuah surat kabar memilih memakai foto bukan dari karyawannya sendiri kalau memang lebih baik.
Sebuah kantor berita pun tidak selalu menjual foto karya karyawannya sendiri. Mereka juga memiliki ”stringer” atau fotografer lepas, baik yang terikat (hanya boleh menjual kepada kantor berita tersebut) maupun tidak terikat (bisa menjual ke kantor berita mana pun).
Hal ketiga adalah adanya kesamaan ide atau pemikiran dari editor foto beberapa surat kabar sekaligus pada saat yang sama. Pada 4 Juni 2005, beberapa koran memasang foto Cristiano Ronaldo bersama Martunis (8 tahun), seorang anak lelaki dari Aceh. Martunis ketika bencana tsunami pada 26 Desember 2004 di Aceh secara kebetulan sedang mengenakan kaus tim Portugal.
Dia selamat setelah bertahan hidup 19 hari hanya dengan minum air tawar. Saat diselamatkan, foto Martunis dengan kaus Portugal itu menggetarkan banyak orang di Eropa Barat itu. Maka, sebuah keluarga lalu menampungnya di Portugal atas ide pelatih nasional sepak bola Portugal, Luis Felipe Scolari, waktu itu.
Pada saat itu, saya masih menjabat sebagai redaktur fotografi Kompas dan saya memutuskan tidak memakai foto yang sama karena di halaman 24 foto yang saya rasa lebih menarik sudah terpasang. Pada 4 Juni 2005 itu, sebagai foto utama, Kompas memasang foto pameran industri pers yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla.