Unspunnen Swiss, Merawat Kebersamaan
Kereta cepat yang menghubungkan Bern dengan Interlaken, Swiss penuh penumpang, sore itu. Ketika kereta mulai berjalan dan belum menemukan tempat duduk sesuai tiket, kami langsung bergegas. Namun, langkah itu spontan tertahan karena ada yang mencuri perhatian.
Sepasang pria wanita paruh baya, yang duduk berdampingan, pakaiannya berbeda dari kebanyakan. Si wanita, selain berbando hitam, mengenakan terusan yang unik. Atasnya, putih berenda, dilapis sejenis rompi hitam penuh bordir. Roknya panjang bermotif garis-garis, warna merah marun. Si pria, berdasi, memakai topi bowler hitam berbahan felt, mengenakan kemeja putih, dilapis baju lengan panjang tanpa kerah berbahan wol.
Tak lama, masuk juga seorang pria lain. Yang satu ini, berkemeja putih lengan pendek, berlapis rompi merah menyala, berkancing banyak berwarna emas.
“Anda-anda ini dari mana?’ sapa Judith Fein, wartawan senior dari New York, AS, salah satu dari enam jurnalis yang diundang Badan Turisme Switzerland 29 Agustus-3 September lalu.
Mereka ini rupanya akan mengikuti Festival Unspunnen yang berlangsung di Interlaken, Swiss, 26 Agustus sampai 3 September 2017.
Di gerbong kelas bisnis, tempat kami mendapatkan tempat duduk, ada juga penumpang yang mengenakan pakaian khas namun dengan model berbeda. Selanjutnya, begitu kereta tiba di stasiun Interlaken Ost dan penumpang berhamburan keluar gerbong, semakin terlihat lagi batapa banyak yang berpakaian tradisional Swiss, di sore itu.
Mereka ini berasal dari wilayah yang berbeda-beda di Swiss. Banyak juga yang sudah tinggal di negara lain dan sengaja pulang ke Swiss untuk mengikuti festival ini. Kostum unik yang mereka kenakan itu adalah pakaian tradisional di daerah masing-masing.
“Festival Unspunnen itu memang bukan festival yang sangat besar, tapi bagi warga Swiss sangat spesial karena menyentuh emosi. Festival ini mengingatkan tradisi membangun kebersamaan,” kata Silja Muller dari Switzerland Tourism Zürich.
Tradisi 202 tahun
Cerita tentang Festival Unspunnen bemula di tahun 1805. Saat itu, hubungan warga Kota Bern dengan warga di daerah dataran tinggi di wilayah Bernese Oberland, sangat buruk karena situasi politik. Untuk meredam terjadinya kerusuhan dan merajut kembali kebersamaan, sejumlah warga berinisiatif menggelar festival. Inilah titik awal terjadinya festival rakyat itu.
Swiss adalah negara federal yang terdiri dari 26 kanton atau negara bagian. Swiss merayakan kemerdekaan 1 Agustus 1291. Awalnya, Swiss merupakan negara kesatuan, namun sejak 1848 menjadi negara federal. Negara yang terletak di Eropa Tengah ini berbatasan dengan Jerman, Perancis, Italia, Austria, dan kerajaan kecil Liechtenstein. Bahasa resmi yang digunakan, yaitu Jerman, Perancis, Italia dan bahasa Romansh.
Festival Unspunnen ini memadukan kegiatan olah raga dan olah rasa. Ada perlombaan gulat Swiss (wrestling), melontar batu, menembak, tapi juga ada kompetisi bernyanyi yodel, memainkan alpine horn (terompet dari kayu yang panjangnya mencapai empat meter), hingga menggelar parade.
Interaksi warga terjadi dan kebersamaan pun tercipta. Tujuan festival itu tercapai, bergema ke tingkat nasional bahkan ke banyak negara dan mengundang banyak pendatang. Puluhan hotel pun bermunculan di sana. Festival ini bahkan dikatakan sebagai penanda lahirnya pariwisata di wilayah Bodeli, Bernese Oberland.
Pelaksanaan festival ini memang tidak beraturan. Namun, sejak empat yang terakhir, festival ini diadakan sekitar 12 tahun sekali, terkecuali ada gangguan cuaca. Secara berurutan, festival ini digelar di tahun 1805, 1808, 1905, 1946, 1955, 1968, 1981, 1993, 2006, dan yang terakhir ini tahun 2017.
Simbol dari Unspunnen adalah batu berukuran 92 kilogram. Namun, batu bersejarah ini itu kini terlah raib. “Batu itu hilang karena dicuri setelah festival pertama berakhir,” papar Anina, dari Biro Turisme di Interlaken.
Pada festival 1808, batu baru diadakan kembali. Ukurannya lebih ringan yaitu 83,5 kilogram. Namun, tahun 1984, batu kedua itu pun kembali dicuri dari museum di Interlaken. Pada tahun 2000, ada pihak yang mengembalikan batu kedua tersebut. Tapi, beratnya menyusut 2 kg sehingga tidak bisa dipakai untuk kompetisi dan disimpan di lobi Hotel Jungfrau Victoria. Sayangnya, tahun 2005, batu kedua itu pun kembali dicuri dan tidak pernah kembali sampai saat ini.
Kini, 202 tahun sudah festival ini digelar. Festival Unspunnen 2017 merupakan festival yang ke-10. Di sini, warga Swiss kembali mengenang tradisinya dan terus membangun kebersamaan.
Lintas generasi
Suasana kegembiraan, kebersamaan memang terasa kuat di festival rakyat yang diadakan sekitar dua minggu itu. Diperkirakan sekitar 12.000 partisipan dan 800 relawan terlibat dalam Festival Unspunnen 2017.
Tua muda, laki-laki dan perempuan, dari desa dan kota, semua berdatangan untuk ikut berkompetisi atau sekadar merayakan, makan bersama, menari, menyanyi, tertawa.
Kompetisi gulat, lempar batu termasuk yang paling ramai ditonton di bidang olah raga. Ada 120 pegulat terbaik Swiss yang ikut serta.
Sementara di ajang seni, kompetisi menyanyi yodel termasuk yang banyak diminati. Kompetisi yodel adalah sejenis lomba paduan suara. Yang khas dari yodel adalah gaya bernyanyinya. Penyanyi yodel memadukan suara falsetto, suara tinggi palsu dengan suara dada. Banyak yang menyebut, suaranya terdengar seperti kicauan.
Pemandangan alam yang indah di jantung Interlaken tempat festival ini digelar, angin dingin yang bertiup, menjadikan suara yang keluar dari para penyanyi yodel menjadi lebih bergema di alam dan sangat merdu terdengar. Sangat menentramkan hati. Ketika hujan turun rintik-rintik, banyak penonton pun tetap bergeming menonton kompetisi ini.
Megi salah seorang gadis dari Interlaken mengatakan, memang saat ini tidak banyak anak muda yang bisa menyanyikan Yodel. Dirinya pun tidak bisa. Tapi dengan acara ini semoga tradisi menyanyi para gembala di pegungunan Alpen itu bisa lestari.
Fesival Unspunnen 2017 kali ini juga dimeriahkan atraksi pertunjukan udara yang diadakan di antara 2 danau yang indah di kaki Gunung Jungfrau yang tertutup salju abadi. Pengunjung yang menyaksikan pun dibuat berdecak kagum pada keberanian para penerbang tim Patrouille Suisse yang sudah terbentuk sejak 1964 tersebut dan terkenal di dunia memiliki kemampuan dan ketepatan luar biasa.
Sementara itu pada malam harinya, acara gala dinner menawarkan keasyikan tersendiri. Di tenda besar, semua peserta makan bersama sambil mengenakan kostum khas masing-masing daerah. Mereka bernyanyi dan menari hingga larut malam.
Acara festival Unspunnen berpuncak pada parade. Sejak pagi semua sudah berdandan. Banyak remaja, orang tua, hingga bayi, terlibat dalam parade ini.
Parade ini ditonton sektar 150.000 orang. Peter warga dari Lucern bahkan sengaja mengajak dua anaknya untuk menonton dan mengajarkan keragaman dan kebersamaan Swiss. Saat parade berlangsung, dia menjelaskan asal daerah kontingen yang melewati panggung satu persatu pada dua anaknya. “Anak anak saya agar mengenal tradisi,” ujarnya.
Membangun Kebersamaan
Di tengah kondisi dunia saat ini yang masih tersekat-sekat perbedaan ideologi yang memisahkan manusia, bukan meyatukannya, termasuk di Indonesia saat ini, festival ini langsung mengingatkan tentang pentingnya upaya terus menerus membangun kebersamaan.
Indonesia yang akan merayakan Sumpah Pemuda 28 Oktober dalam waktu dekat ini tentunya juga bisa belajar dari rakyat Swiss bagaimana mereka merayakan kebersamaan. Festival Unspunnen ini merupakan perayaan kebersamaan yang tumbuh dari bawah.
Alhasil, kegembiraan, keceriaan, pun bisa dirasakan bersama. Cuaca di Interlaken yang dua hari sebelum penutupan sempat dingin karena turun hujan, di hari penutupan seakan menggambarkan keceriaan itu. Awan menjadi sangat cerah, suhu udara pun terasa hangat.
Ada satu kata yang kerap diucap warga Swiss untuk menggambarkan rasa takjub itu. SUPER...
Foto-foto Parade Festival Unspunnen