”Street Photography” dalam Ranah Jurnalistik
Oleh
Arbain Rambey
·2 menit baca
”Street photography” atau fotografi jalanan adalah aliran fotografi yang paling mudah dan murah untuk dilakukan. Di mana pun kita berada, kita bisa melakukan fotografi jalanan ini. Dalam dunia jurnalistik pun, aliran ini punya tempat cukup terkemuka.
Yang disebut fotografi jalanan adalah kegiatan fotografi yang dilakukan di jalan, atau aliran fotografi tempat seperti juga fotografi aerial dan fotografi bawah
air.
Fotografi jalanan sering dibandingkan dengan human interest photography (HI), padahal keduanya berbeda aliran. Fotografi HI adalah aliran fotografi apa yang dipotret (yaitu manusia). Maka, kalau memotret kegiatan manusia di jalan, dari sisi tempat itu adalah fotografi jalanan, sedangkan dari sisi apa itu adalah fotografi HI.
Fotografi jalanan memang sebagian besar memotret kegiatan manusia dengan cara candid. Namun, dalam kenyataannya fotografi jalanan juga bisa merekam bangunan (rancangan-rancangan arsitektur) dan kegiatan transportasi.
Harian Kompas cukup sering memasang foto dari jalanan, bahkan sebagai headline sejak dulu, seperti terlihat di edisi 10 Mei 1986. Pada edisi bukan headline, fotografi jalanan umumnya menghias halaman Metropolitan, memberitakan aneka kejadian dalam kota.
Foto sebuah bajaj yang diisi enam manusia ditambah barang yang sangat banyak karya Lasti Kurnia adalah sebuah foto jalanan di Kompas yang banyak memancing komentar. Foto ini tidak hanya menarik dari sisi kemanusiaan, tetapi juga mengkritik perilaku transportasi di Jakarta.
Adapun foto anak-anak bermain di air mancur Tugu Muda, Semarang, adalah sebuah realitas sehari-hari yang ditampilkan dengan pendekatan keindahan fotografi. Fotografi jalanan juga sering dipakai untuk memberi aksen pada sebuah halaman agar tampil lebih menarik.