Way2East dan Tawaran Petualangan di Pulau Sumba
JAKARTA, KOMPAS — Melanjutkan sukses tahun lalu, Way2East kembali menggelar Indonesia Adventure Festival dengan tema Jelajah Tanahumba 2017 yang akan berlangsung di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, 14-19 November. Penyelenggaraan petualangan ini sebagai upaya mempromosikan dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Pulau Sumba, NTT.
NTT yang sudah memiliki Labuhan Bajo sebagai satu dari 10 destinasi wisata prioritas tengah dikembangkan sebagai ”Bali baru” dalam mendukung target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan 275 juta pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) di Tanah Air pada 2019.
Sebanyak 100 peserta dari dalam dan luar negeri (termasuk media nasional, fotografer, dan agen perjalanan) akan ikut dalam IAF Jelajah Tanahumba 2017 untuk bertualang menjelajah 24 lokasi wisata di Pulau Sumba, dimulai dari Kabupaten Sumba Barat Daya hingga berakhir di Kabupaten Sumba Timur. Para peserta akan menginap di kampung adat, mengikuti upacara adat, tarian tradisional, pacuan kuda tradisional, prosesi pembuatan tenun ikat (merupakan warisan budaya Sumba) serta menyatu dalam rangkaian pertunjukan yang akan disaksikan oleh wisatawan.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara (Deputi BP3N) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Esthy Reko Astuty mengapresiasi penyelenggaraan IAF yang telah memasuki tahun ke-4 dan memberikan dampak positif terhadap penguatan unsur 3A (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas). ”Penyelenggaraan petualangan IAF Jelajah Tanahumba 2017 sebagai sarana promosi dalam meningkatkan kunjungan wisatawan serta memberikan dampak langsung terhadap kemajuan pariwisata Pulau Sumba yang mengandalkan potensi budaya (culture), alam (nature), dan buatan (manmade),” kata Esthy Reko Astuty dalam jumpa pers IAF Jelajah Tanahumba 2017 di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Kemenpar, Selasa (7/11).
Esthy Reko Astuty didampingi Bupati Sumba Timur Gidion Mbiliyora, Ketua DPRD Sumba Timur Palulu P Ndima, Wakil Bupati Sumba Barat Marthen Ngailu Toni, Ketua DPRD Sumba Barat Gregorius HBL Pandango, dan Pendiri Way2East Adi Gerimu pada kesempatan itu mengatakan, Kemenpar akan menetapkan 100 premier event sebagai Wonderful Indonesia Calendar of Event (CoE) 2018 dalam rangka menyukseskan target pariwisata nasional tahun 2018 sebanyak 17 juta kunjungan wisman dan pergerakan 270 juta wisnus di Tanah Air . ”Dari 100 event premier tersebut tecermin terwakilinya 34 provinsi di Indonesia dan akan dipilih beberapa di antaranya sebagai event berskala internasional,” kata Esthy Reko Astuty.
Wisatawan yang ingin menyaksikan ritual ini silakan berkunjung di akhir bulan Juli. Wisatawan akan kami ajak untuk hidup layaknya orang Sumba.
Bupati Sumba Timur Gidion Mbiliyora mengatakan, Sumba yang terdiri dari empat kabupaten memiliki ciri khas daerah masing-masing, misalnya Sumba Tengah dikenal dengan ritual adat Purung Ta Kadonga Ratu yang secara harfiah berarti turun ke lembah imam yang bertujuan meminta berkat hujan dari leluhur agar tanaman padi mereka tidak kering dan tidak menderita kelaparan. ”Ritual ini sudah dilakukan turun-temurun. Wisatawan yang ingin menyaksikan ritual ini silakan berkunjung di akhir bulan Juli. Wisatawan akan kami ajak untuk hidup layaknya orang Sumba,” kata Gidion Mbiliyora.
Sementara itu, kerajinan tenun ikat menjadi daya tarik unggulan di Kabupaten Sumba Timur. Kain tenun ikat dari daerah ini biasanya digunakan untuk pakaian adat saat upacara adat dan sebagai pemberian cendera mata. Kain tenun ikat, kata Gidion Mbiliyora, memiliki motif yang merepresentasikan nilai-nilai atau keyakinan masyarakat Sumba Timur serta memiliki nilai seni yang tinggi karena diproduksi secara manual dengan pewarna alam dan alat tradisional dan membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk menyelesaikannya.
Begitu pula Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki tradisi Pasola yang merupakan ritual pengucapan syukur berupa permainan ketangkasan dan permainan ini dilakukan oleh dua kelompok yang berlawanan dan saling melempar lembing kayu dari atas kuda yang sedang dipacu. ”Ritual Pasola ini diselenggarakan oleh penduduk Sumba yang masih menganut kepercayaan asli, yaitu Marapu, dan tujuannya adalah merayakan datangnya musim panen. Pasola hanya akan digelar sekali dalam setahun di bulan Februari dan Maret. Ini menjadi ritual sakral dan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan,” kata Wakil Bupati Sumba Barat Marthen Ngailu Toni.
Pasola hanya akan digelar sekali dalam setahun di bulan Februari dan Maret. Ini menjadi ritual sakral dan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Marthen Ngailu Toni mengatakan, semua potensi yang ada tidak hanya dapat meningkatkan kunjungan wisata, tetapi sekaligus membuka peluang untuk berkembangnya sektor MICE (meetings, incentives, conferences, and exhibitions) di Sumba. ”Pariwisata di Sumba bisa berkembang bersama sektor MICE. Pemerintah daerah akan mendorong agar Sumba siap dengan infrastruktur pendukungnya. Kami juga akan mengundang para pemilik modal untuk berinvestasi di Sumba, khususnya untuk sektor pariwisata dan MICE. Sumber daya manusia juga akan kami siapkan agar lebih terampil. Mereka harus siap untuk memanfaatkan peluang ini secara maksimal,” kata Marthen Ngailu Toni.
Marthen mengatakan, infrastruktur di Sumba diakui masih perlu dikembangkan, termasuk jalan, jembatan, luas bandara, hingga sektor MICE, yaitu hotel dan ruang pertemuan. Dengan meningkatnya sektor pariwisata dan MICE, katanya, akan membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat Sumba yang sebagian besarnya bekerja sebagai petani.
Infrastruktur di Sumba diakui masih perlu dikembangkan, termasuk jalan, jembatan, dan luas bandara.
Adi Gerimu, pendiri Way2East, menjelaskan, para peserta IAF Jelajah Tanahumba 2017 akan belajar menjadi orang Sumba selama enam hari. ”Mereka akan menginap di rumah-rumah adat, berkemah di padang sabana, berkuda, eksplorasi air terjun. Ini menjadi satu kemasan wisata yang lengkap,” kata Adi.
Adi pun menawarkan, bila ingin melihat budaya megalitik di dunia, datanglah ke Pulau Sumba yang hingga kini masih dipelihara dan dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Selain itu, lanjut Adi, Sumba memiliki Nihi Resort yang dua kali berturut-turut menerima penghargaan sebagai resor terbaik di dunia.
Event IAT pertama kali digelar di Lembata tahun 2014 yang diikuti 120 peserta, kemudian berlanjut di Alor tahun 2016 yang diikuti 150 peserta. Penyelenggaraan IAT Jelajah Tanahumba 2016 digelar di Pulau Sumba yang diikuti 100 peserta, dilanjutkan pada 2017 diikuti 100 peserta dari dalam dan luar negeri.