NORMANDIA, KOMPAS — Berwisata dengan kapal pesiar tidak identik dengan bermalas-malasan, memanjakan diri dengan makan enak, dan tidur sepuas-puasnya di atas kapal mewah. Yang terjadi justru sebaliknya, para penumpang secara teragenda melakukan go active, dengan kegiatan yang mengandung olahraga sampai badan pegal-pegal. Perjalanan wisata sehat macam itu dapat ditemui dalam program kapal pesiar S.S. Joie de Vivre, Boutique River Cruise Collection Uniworld yang menyusuri jalur Sungai Seine antara Paris-Normandia, Perancis.
Kapal pesiar yang diikuti harian Kompas dalam perjalanan Paris-Normandia selama delapan hari, 5-12 November 2017, mengagendakan beberapa kegiatan yang memungkinkan diikuti oleh para peserta tur yang sebagian besar pebisnis dan pensiunan yang ingin mengisi masa di ujung karier dengan perjalanan yang luar biasa menyenangkan dan sehat. Di dalam kapal juga disediakan kolam renang, dan kegiatan yoga bersama Elena, pembimbing dari Club L’Spirit. Peralatan fitness lengkap tersedia, termasuk angkat beban.
Para penumpang secara teragenda melakukan go active, dengan kegiatan yang mengandung olahraga sampai badan pegal-pegal.
”Tetapi, mereka yang tidak ingin mengikuti kegiatan di luar kapal juga tidak apa-apa. Mungkin karena lelah atau ingin istirahat. Itu hanya program yang ditawarkan,” kata Florence Ang, Public Relations and Partnerships Manager The Travel Corporation (TTC) yang juga menangani Uniworld.
Dalam perjalanan wisata Uniworld Paris-Normandia di setiap kota bersejarah yang dilaluinya, kapal berhenti. Semua penumpang dipersilakan memilih kegiatan yang sudah dirancang dengan matang. Kegiatan itu adalah tur dengan diantar bus, bersepeda, atau bermain golf. Ada peserta wisata yang memilih main golf.
Selasa (7/11) lalu dijadwalkan main golf di kota Rouen Mont Saint Aignan, dan Rabu (8/11) main golf di Etreat ketika kapal pesiar bersandar di Caudebec-en-Caux, kota kecil yang indah di tepi Sungai Seine. Bagi yang memilih bersepeda, puluhan sepeda sudah disiapkan pihak kapal Uniworld, lengkap dengan helmnya. Tentu saja tetap dipandu oleh pemandu wisata supaya tidak tersesat.
Sementara mereka yang memilih naik bus, pada umumnya berusia lanjut, juga masih ada unsur olahraganya karena rombongan dibawa dengan bus wisata menuju kota, kemudian berjalan kaki, dan keluar-masuk bangunan bersejarah. Mereka tampak bersemangat berjalan demi memperoleh pengetahuan tentang sejarah kota dan peristiwa yang terjadi di masa lalu.
Mereka yang memilih naik bus, pada umumnya berusia lanjut, juga masih ada unsur olahraganya karena rombongan dibawa dengan bus wisata menuju kota, kemudian berjalan kaki, dan keluar-masuk bangunan bersejarah.
Seperti di kota pelabuhan Honfleur, dekat pantai Normandia, di sana rombongan wisata berjalan menyusuri kota tua Honfleur yang terkenal sebagai kota seni. Di setiap sudut ada galeri dan workshop pembuatan benda seni. Banyak karya seni, seperti lukisan, dijual di took-toko kota ini.
Rumah-rumah pun dicat dengan warna khas dominasi hitam, dengan selingan putih atau jendela putih. Ini mirip warna sapi Normandia yang berwarna belang-belang putih-hitam yang banyak berkeliaran di ladang pertanian di sepanjang jalan menuju Honfleur.
Keindahan alam kota pelabuhan yang berpadu lingkungan muara dengan air jernih, serta bangunan-bangunan artistik telah menjadi sumber inspirasi seniman-seniman kondang seperti pelukis kontemporer pra impresionis Boudin, Courbet, Jongkind, Monet, Dufy, dan Hambourg.
Mereka menghabiskan masa hidupnya di Honfleur untuk berkarya dan hasilnya kini dikoleksi oleh Museum Eugene Boudin. Eric Satie, komposionis dan pelukis, bahkan juga pemikir juga tinggal di kota ini. Rumahnya kini menjadi Museum Maison Eric Satie yang menampilkan rekaman komposisi Eric yang dipadu dengan suara dan cahaya lampu.
Di Honfleur juga ada gereja antik terbuat dari kayu. Tower bell-nya menjulang tinggi juga terbuat dari kayu. Nama gereja ini St Catherine. Ini merupakan gereja kayu terbesar di Perancis. Gereja ini dibangun oleh para tukang kayu pembuat kapal di pantai Normandia. Mereka membangun kembali setelah gereja hancur terkena sasaran tembak pada perang dunia II.
Keunikan dan keantikan kota inilah yang membuat rombongan wisata betah berjalan menyusuri lorong-lorong permukiman kota yang dihuni sekitar 8.000 penduduk ini. Cuaca dingin dan hujan rintik-rintik tidak menyurutkan para wisatawan dari kapal pesiar Uniworld berjalan kaki. Tidak terasa waktu yang ditentukan untuk kembali ke bus sudah habis. Tubuh pun telah menjalani gerak badan secara tidak langsung.