Debby Setiawaty: Berjuang Membina Relasi dengan Keluarga dan Profesi
Seorang penghubung masyarakat atau lebih dikenal dengan public relation (PR) bertanggung jawab untuk membina relasi. Waktu untuk diri mereka sering kali tersita demi amanah tersebut. Kata relasi yang melekat padanya membuat pertanyaan muncul, bagaimana menjaga hubungan dengan keluarga sekaligus orang-orang yang berada dalam lingkungan profesinya?
Masih dalam nuansa Hari Ibu, bunda dari dua anak sekaligus seorang PR di dunia perhotelan menjawab pertanyaan itu. Dia adalah Ketua Himpunan Humas Hotel Jakarta Debby Setiawaty yang sebentar lagi memasuki dua dekade sebagai seorang PR. Saat ini Debby menjabat Director of Communications Shangri-La Hotel, Jakarta.
Apa artinya menjadi seorang PR atau humas (hubungan masyarakat) bagi Anda?
Seorang PR tentu memiliki amanah untuk membangun relasi. Namun, jenis hubungan yang dibina bukan sekadar bertukar kartu nama dengan orang-orang yang berada dalam lingkar profesi saya. Lebih dari itu, kami harus saling mengenal satu sama lain. Tidak hanya saya yang dikenal mereka, tetapi saya harus mampu membuat mereka mengenal saya. Oleh karena itu, bentuk relasinya ialah hubungan persahabatan.
Karena itu, sebelum menampilkan citra hotel yang saya wakili, saya terlebih dahulu memikirkan personal branding atau citra diri. Citra diri ini tak lepas dari pembawaan diri. Salah satu bentuknya ialah saya siap dihubungi jam berapa pun.
Kalau harus siap dihubungi kapan saja, apakah berat menjadi seorang PR?
Tidak. Justru saya tidak merasa bekerja ketika saya menjalani hari sebagai seorang PR. Bahkan, tidak merasa terbebani sama sekali.
Jika harus siap dihubungi selama 24 jam, bagaimana relasi Anda dengan keluarga?
Alhamdulillah selama ini suami dan kedua anak saya memahami keadaan saya. Anak-anak saya berusia 11 tahun dan 14 tahun. Mereka mengerti kalau saya pulang malam ke rumah. Sehari-harinya tentu saya menjaga komunikasi dengan suami melalui pesan teks dan telepon.
Sementara kepada anak-anak, saya juga menghubungi mereka dan menanyakan hal-hal kecil, seperti pekerjaan rumahnya sudah dikerjakan atau belum. Malamnya, saya akan mengusahakan membantu mereka mengerjakan tugasnya atau memeriksanya.
Bagaimana saat akhir pekan?
Akhir pekan selalu saya luangkan untuk jalan-jalan bersama keluarga. Meskipun begitu, terkadang ada panggilan kerja yang tak bisa saya hindari. Biasanya, saya siasati dengan mengajak keluarga saya ke hotel tempat saya bekerja dan memberikan waktu untuk mereka menikmati fasilitas hotel. Mereka tidak keberatan. Biasanya, mereka senang makan di restoran hotel.
Alhasil, saya memiliki kesempatan duduk bersama mereka di restoran hotel sambil menemui klien. Tak apa bolak-balik, yang penting bisa menghabiskan waktu bersama keluarga.
Anda sempat menyebutkan citra diri. Bagaimana Anda mendidik putra-putri Anda yang masih remaja dalam mencitrakan diri, terutama di media sosial?
Benar, media sosial merupakan salah satu sarana menampilkan citra diri kita. Sebaiknya kita menampilkan hobi kita, hal-hal yang kita sukai, atau sesuatu yang memberikan inspirasi di akun media sosial. Namun, menurut saya, usia anak-anak saya belum paham 100 persen mengenai hal itu. Mereka baru paham media sosial itu untuk mengunggah foto.
Saya sering memberi penjelasan kepada mereka, ada foto yang baik untuk diunggah, ada juga yang tidak baik. Selain itu, saya meminta akun dan password media sosial anak-anak saya agar saya dapat memantau aktivitas mereka di sana. Saya ingin tahu, siapa saya yang mereka ikuti di media sosial, siapa saja pengikut akun anak-anak saya, mereka berkirim pesan (chatting) dengan siapa, apa yang sedang dibahas. Tujuannya untuk menjaga keamanan dan keselamatan anak saya dari pengaruh negatif media sosial.
Apakah Anda juga meluangkan waktu untuk mendiskusikan aktivitas mereka di media sosial?
Diskusi terkait hal-hal yang viral di media sosial juga merupakan saat-saat yang penting bersama anak-anak. Dalam obrolan itu, saya coba memberikan pengertian kepada anak-anak soal risiko jika media sosial tidak dimanfaatkan untuk hal-hal positif. Syukurlah, mereka terbuka kepada saya dalam obrolan itu.
Nantinya, pada umur tertentu, saya akan melepas pantauan anak-anak saya di media sosial. Tentunya saat saya menilai mereka telah siap dan cukup bertanggung jawab membawa dirinya dalam media sosial.
Menarik. Hari ini adalah Hari Ibu, apa yang Anda alami hari ini?
Pagi ini saya melihat pos dari akun Instagram anak saya. Posnya berupa fotonya bersama saya disertai uraian ”Selamat Hari Ibu”. Yaaa..., ternyata eranya memang sudah bergeser. Pernah sebelumnya anak-anak memberikan anggrek karena mereka tahu saya suka anggrek.
Terkait era digital, Anda hampir dua dekade menggeluti dunia PR perhotelan. Transformasi apa yang Anda hadapi?
Sekarang, menjadi PR tidak hanya harus memiliki kemampuan berkomunikasi, tetapi juga harus memiliki kemampuan fotografi untuk menampilkan foto-foto, optimasi mesin pencarian (search engine optimization), pemasaran digital (digital marketing), dan pemantauan media sosial.
Karena itu, Himpunan Humas Hotel hadir untuk memperbarui kemampuan PR-PR hotel menghadapi era digital. Kami membantu para PR untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi. Selain itu, kami juga sering mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas diri sebagai PR.
Bagaimana pandangan Anda dengan kehadiran online travel agent (OTA)?
Sebenarnya OTA membantu promosi kami. Namun, kami tetap ingin pelanggan memesan kamar melalui reservasi online atau dalam jaringan yang ada di website resmi setiap hotel. Ini masih menjadi tantangan bagi kami.
Apa rahasianya untuk terbuka menghadapi era digital saat ini?
Satu-satunya cara adalah kita sendiri mau serta mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri. Terus mengembangkan wawasan yang kita miliki merupakan langkah konkretnya.
Terlepas dari itu semua, apa makna dunia perhotelan bagi Anda?
Sejak usia 18 tahun, saya terjun di dunia ini sebagai petugas operator untuk membiayai kuliah saya sendiri. Saya tertarik kerja di hotel karena keindahan dan kenyamanannya. Lalu pada usia 21 tahun saya menjajaki karier saya sebagai PR.
Bagi saya, hotel adalah industri yang dinamis dan merupakan wadah bagi saya untuk berkreasi tetapi tetap menjaga standar. Ke depannya, saya harap PR hotel semakin kreatif dalam mempromosikan hotelnya sehingga dapat mendukung pariwisata Indonesia. (DD09)