Tahun Baru
Dua puluh empat jam lagi Anda dan saya akan menyambut tahun yang baru. Buat saya, itu adalah momen yang saya nantikan. Bukan soal detik-detik pergantian tahunnya, tetapi lebih kepada keinginan untuk cepat-cepat masuk ke sebuah masa yang baru.
”Hope”
Kalau melihat kembali, maka 2017 buat saya adalah tahun yang tak terlalu indah untuk dikenang. Keinginan yang menggebu untuk masuk ke tahun yang baru itu karena saya seperti disuguhi harapan baru.
Harapan itu yang memberi saya dua kemungkinan. Kemungkinan itu yang membuat saya selalu berharap. Dulu, saya tak pernah berani berharap. Karena pengalaman telah membuktikan berulang kali, kalau saya semakin berharap, maka akhir ceritanya saya semakin kecewa. Semakin saya berpikir positif dengan harapan saya, maka hasilnya semakin negatif.
Dulu, saya senang sekali membaca buku ramalan nasib di tahun yang baru. Saya adalah orang yang suka sekali dengan ramalan. Mau hasilnya bagus atau tidak, itu tidak menyurutkan keinginan untuk berhenti membaca. Bahkan saya beberapa kali mengunjungi peramal.
Untuk beberapa orang mungkin menakutkan membaca hasil ramalan, tetapi itu tidak untuk saya. Karena buat saya hasil ramalan itu seperti pergi ke dokter, dan mendengar hasil pemeriksaan dokter. Hasilnya, mau baik atau tidak akan saya laporan kepada Yang Maha Kuasa melalui doa-doa yang saya panjatkan.
Sudah lama saya tak lagi datang ke peramal atau membaca buku ramalan. Rekan usaha saya saja sampai hafal untuk menghadiahkan buku ramalan setiap akhir tahun. Dan, sudah dua tahun berturut-turut buku ramalan 2016 dan 2017 itu tak saya baca. Dan, buku untuk ramalan 2018 sudah ada di meja kerja saya. Saya pun tak menggubrisnya.
Entah dari mana datangnya, setelah sekian tahun berlalu, keinginan saya untuk membaca dan mendatangi peramal pupus sama sekali. Saya jadi berpikir mengapa saya tak langsung saja bertanya kepada yang Maha Kuasa?
Ia yang menciptakan saya dan yang mengetahui masa depan dari perjalanan hidup saya. Sehingga doa menjadi medium saya untuk mengirimkan harapan-harapan itu. Saya harus akui bahwa tak semua harapan terpenuhi.
Salah alamat
Namun, anehnya, ketika harapan itu tak terpenuhi, di saat bersamaan saya diberi kemampuan untuk berpikir bahwa sesuatu yang tak terpenuhi itu berarti Yang Maha Kuasa sedang mendetoksifikasi harapan agar menjadi sebuah harapan yang jauh lebih sehat dari apa yang saya harapkan.
Jadi, saya itu yang dulu tak suka berharap, sekarang ini jadi seperti ketergantungan. Karena di balik harapan ada pembersihan cara berpikir dan cara berharap. Di balik harapan itu akan ada mukjizat. Mukjizat itu buat saya tak pernah didapati dari buku ramalan atau oleh otak saya.
Berharap itu sebuah perjalanan spiritual bukan sebuah perjalanan kedagingan. Detoksifikasi yang terjadi di saat berharap adalah sebuah cara meninggalkan manusia lama saya. Jadi, memasuki tahun yang baru itu adalah bukan memasuki sebuah perjalanan lanjutan dari manusia yang lama di tahun yang baru. Tahun yang baru itu adalah sebuah perjalanan seorang manusia yang menanggalkan ”baju” lamanya.
Kalau dulu saya tak mau berharap karena hasilnya juga mengecewakan, itu karena detoksifikasinya tak saya lakukan. Saya masih mempertahankan manusia lama saya di setiap harapan di tahun yang baru. Pembersihan cara berpikir itu tak bisa dilakukan oleh saya dan buku ramalan.
Detoksifikasi itu berguna untuk mengetahui ke tempat yang tepat untuk berharap. Kekecewaan dari sebuah harapan adalah karena berharap di alamat yang salah. Itu mengapa
saya dengan mudah mengatakan 2017 adalah tahun yang seperti ayunan dan tak patut untuk dikenang.
Esok hari adalah hari pertama saya memasuki tahun yang baru. Hari pertama saya menggunakan ”baju” yang baru. Dengan baju yang baru itulah saya berharap. Harapan supaya usaha saya maju dan tidak bangkrut karena kehidupan semakin susah, harapan saya bisa dapat jodoh, harapan saya bisa selalu sehat dan sejahtera lahir dan batin.
Bahkan kalau perjalanan hidup itu seperti ayunan, maka ”baju” baru yang saya kenakan memampukan saya menikmati naik turunnya dan tak menyalahkan ayunannya. Kalaupun saya akan mengalami kesakitan sehingga kedagingan saya yang diwakili oleh mulut bersuara aku sudah tidak tahan lagi, maka keadaan itu tak menyurutkan saya untuk berharap.
Karena itu, pentingnya mengetahui alamat yang tepat untuk berharap. Selamat Tahun Baru bapak, ibu, saudara-saudariku!