Karya Indonesia di Hollywood
Bahkan, baju-baju karya Mety Choa lewat labelnya, Maison Met, juga dikenakan sejumlah selebritas Hollywood, seperti Kat Graham, Rose Bertram, dan Gigi Hadid. Gaun kuning menyala yang dikenakan Kat Graham ketika menghadiri sebuah acara di Los Angeles menarik perhatian tamu-tamu yang hadir saat itu. Gaun ini juga dibahas sebuah media daring terkenal di Inggris.
Bagaimana gaun-gaun karya perancang ini bisa dikenakan oleh para selebritas, aktris, atau aktor dunia? Media sosial, agensi, dan penata gaya berperan penting terhadap paparan sebuah karya busana.
Mety Choa menikmati peran media sosial untuk mempromosikan busana-busananya. Desainer yang memulai karier dari Kota Solo dan empat tahun terakhir hijrah ke Ibu Kota ini awal tahun lalu dihubungi seorang penata gaya yang ternyata merupakan stylist beberapa artis terkenal Hollywood.
”Waktu itu saya habis show dan memasang foto baju-baju saya di Instagram. Dari situ ada beberapa stylist yang kontak saya. Mereka bilang, bisa enggak bajunya kami pakai. Rencananya mau dipakai untuk artis A, B, C dan seterusnya. Dari situ biasanya mereka ajukan ke si artis. Kalau artisnya oke, baru dipakai,” ungkap Mety.
Setelah proses perjanjian, baju kemudian dikirimkan ke Amerika. Oleh karena ukuran busananya dibuat sesuai standar, ia hampir tidak melakukan perubahan pada busananya. ”Artis sana tubuhnya langsing-langsing sekali dan standar, biasanya baju saya sudah langsung pas. Kalau ada perubahan pun minor,” kata Mety.
Meski demikian, agar tidak terlalu menyita waktunya dalam berkreasi, Mety kemudian bekerja sama dengan The Clique, agensi kehumasan dan konsultan merek yang berbasis di Hong Kong. Dengan begitu, jika ada komunikasi baru akan langsung ia arahkan kepada agensi. ”Jadi, saya enggak ribet lagi mengurusi printilan urusan pinjam pakai baju. Langsung saya arahkan ke agensi,” kata Mety.
Pengakuan internasional
Beberapa desainer juga memanfaatkan agensi untuk mengurus keinginan mereka agar bisa go international, seperti Rinaldy A Yunardi, Monica Ivena, dan Didi Budiardjo. Karya hiasan kepala hingga sepatu bot karya Rinaldy, yang akrab disapa Yung Yung, ini sudah dikenakan para pesohor kenamaan Hollywood, seperti Katy Perry, Nicki Minaj, Mariah Carey, Shakira, Taylor Swift, Zoe Saldana, dan Fergie.
Karya Yung Yung juga digemari bintang-bintang top Asia, seperti Ayumi Hamasaki, Sammi Cheng, Aaron Kwok, Jolin Tsai, dan Joey Yung. Karyanya juga muncul dalam Mask Singer musim kedua yang menjadi tontonan televisi favorit nomor satu di China dengan jumlah penonton mencapai 1,2 miliar orang. ”Kami mendandani 19 selebritas top Asia di TV show ini lewat karya Rinaldy,” kata Faye Liu selaku Direktur Mode The Clique.
Demikian pula dengan busana karya perancang senior Didi Budiardjo yang dikenakan oleh Jiang Yao Jia, penyanyi berpengaruh di China yang juga tampil dalam acara Mask Singer musim kedua, serta penyanyi jazz kenamaan di China, Zhang Le.
”Kami membantu mengurasi dan memoles karya-karya para desainer agar sesuai dengan audiens global. Tujuan kami untuk mendorong bakat-bakat Indonesia di bidang mode ke kancah global,” ungkap Faye.
Menurut Faye, busana-busana ini biasanya digunakan dengan sistem pinjam pakai atau bahkan dibeli, seperti karya-karya Yung Yung. Selebritas internasional biasanya mencari karya-karya yang unik untuk dikenakan mengingat kiprah mereka di dunia hiburan. Apa pun yang mereka kenakan biasanya akan dikulik habis oleh media dan para penggemarnya sehingga desain yang unik dan berbeda biasanya akan mendapat respons positif yang semakin mendongkrak nama sang artis.
Dikenakan oleh selebritas asing terkenal membuat karya sang desainer semakin mendapat pengakuan dan kepercayaan, seperti dialami oleh Monica Ivena. Salah satu busana Monica dikenakan bintang terkenal Taiwan, Amei, yang merupakan ”Lady Gaga”-nya Taiwan. Monica kebetulan juga penggemar berat Amei dan tentu saja ia merasa sangat senang kostum rancangannya dikenakan sang bintang pujaan. Baju Monica lainnya akan dikenakan oleh aktris Korea, Clara Lee, dan mulai Januari ini bajunya juga akan muncul di serial televisi Hollywood ternama.
”Kuncinya, mereka mencari rancangan yang terlihat unik dan berkelas. Saya memang memutuskan mengejar pasar internasional. Untuk itu, desain saya harus memberi citra global dan modern. Hong Kong mau tidak mau menjadi pilihan basis promosi sementara ini karena posisinya sebagai kota kosmopolitan dan simpul mode antara Barat dan Timur,” kata Monica.
Bagi Mety, digunakannya karya-karya perancang Indonesia oleh para selebritas ternama di Hollywood merupakan bentuk pengakuan internasional terhadap karya desainer Tanah Air. Paling tidak karya desainer dalam negeri telah dianggap memenuhi standar kualitas dan selera oleh para selebritas yang selama ini dianggap sebagai kiblat di dunia hiburan.
”Mereka, kan, pasti enggak mau terima kalau baju kita enggak rapi. Hal ini membuktikan bahwa standar teknis dan selera kita sudah internasional. Ini juga bisa meningkatkan kepercayaan secara umum kepada desainer Indonesia. Tinggal bagaimana kita melanjutkannya,” tutur Mety.