Teras Kreatif Mice
Berlantai keramik dengan motif geometris ala motif kuno, pada bagian dinding teras yang berbatasan dengan rumah tetangga ditutup dengan anyaman bambu yang membuat suasana teras seperti berada di saung. Di dinding itu dipasang beberapa karya kartun Mice selain papan-papan tulisan atau gambar unik koleksinya. Sebuah radio berpenampilan jadul bertengger di atas papan bersama celengan ayam biru. Sebuah meja rendah dipasang di tengah ruangan sebagai tempat untuk menjamu tamu yang datang.
”Tamu sudah jarang masuk ke dalam rumah. Lebih senang ngobrol di sini,” kata Mice.
Di sudut yang berseberangan dengan meja kerja Mice, deretan buku kesukaannya tersusun. Beberapa di antaranya adalah buku-buku tentang The Beattles, grup band favorit Mice. Buku dan poster The Beattles terpasang di ruang kerjanya. Terdapat pula buku karya kartunis Malaysia, Lat, yang sempat menjadi patron Mice dalam menggambar kartun.
”Saya ngefans sekali dengan Lat. Dulu semua gambar dia saya tiru. Dari situ saya belajar dan akhirnya memperoleh ciri khas saya sendiri,” papar Mice yang hobi main gitar.
Tetangga-tetangganya yang datang, selain mengobrol, juga senang main gitar bareng. Beberapa gitar terlihat di ruang kerja Mice. Kartunis ini juga punya band sendiri bersama teman-temannya yang memainkan lagulagu oldies. Kesukaannya pada musik dan kartun sebentar lagi akan ia wujudkan menjadi buku kartun tentang musik yang menurut rencana akan berkolaborasi dengan Pepeng. Drumer band Naif itu kadang-kadang datang ke rumah Mice untuk membicarakan tentang rencana buku keduanya. Kebetulan, rumah keduanya tidak terlalu jauh meski tidak di perumahan yang sama.
Sumber inspirasi
Mice biasa menggambar kartun di pagi hari setelah selesai menyiapkan kedua anaknya, Hana (8) dan Safa (6), berangkat sekolah. Suasana perumahan saat itu mulai sepi karena ditinggal penghuninya berangkat kerja. ”Saya sket-sket sedikit, ya sekitar dua jam. Kalau pekerjaan digital masih dilakukan di kamar atas karena harus pakai komputer. Habis itu lihat-lihat HP, duduk-duduk, atau gitaran,” kata Mice yang sekarang dibantu asisten untuk pewarnaan dan penyelesaian akhir.
Mulai sore hingga malam hari, teras Mice biasanya akan berubah menjadi ”warung kopi” tempat mengobrol. Acara ngobrol atau main gitar kadang-kadang bisa berlangsung pukul 23.00 hingga pagi. Mice sengaja menyediakan kopi, teh, gula, kerupuk, dan kadang-kadang makanan kecil lain sebagai teman mengobrol. Kehidupan seharihari menjadi sumber inspirasi kartunnya yang tidak pernah kering.
Ruang tamu di dalam rumah kini beralih fungsi menjadi ruang keluarga untuk mengobrol atau menonton televisi. Dinding ruang tamu dihiasi pigura-pigura yang membingkai beberapa kartun karya Mice dengan tema-tema unik, seperti ”Tamu Tak Diundang” dan ”Guru Ngaji”. Mice kini tengah mengembangkan kartun yang membahas detail sosok seseorang dari aspek profesinya.
Bagian dalam rumah Mice seperti di bagi dua. Di satu sisi untuk letak kamar, yakni kamarnya dan Sally, istrinya, serta kamar kedua anak mereka. Pintu kamar anak ditandai dengan coretan spidol hitam oleh anak keduanya, Safa, yang menunjukkan bakat dan minat seperti bapaknya. Sementara Hana lebih menunjukkan minat pada musik. Sebuah keyboard kecil diletakkan di luar kamar untuk bermain Hana.
Ruang tamu dan ruang makan dihubungkan dengan ruang tengah yang hanya diberi karpet dan bantal-bantal kecil. Di sinilah Hana dan Safa bermain. Kadangkadang mereka juga bermain di lantai dua, persis setelah tangga naik berakhir.
Ruang tengah juga menjadi semacam ruang transisi menuju ruang makan dan dapur yang ditata dengan sedikit sentuhan shabby chic. Sebagian kecil area ini tertutup oleh bangunan tangga ke lantai dua. Di bagian depan lantai dua terdapat ruang kerja Mice. Menuju ruang kerja, terdapat area yang sedikit terbuka bagian atapnya. Di tempat ini Sally menempatkan pot-pot tanaman. Ia sedang senang belajar bercocok tanam. Kandang berisi kucing-kucing berbulu tebal kesukaan Sally dan anak-anak juga terlihat di sudut yang lain.
Latar belakang Mice sebenarnya desain komunikasi visual. Saat kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), ia bersama Benny Rachmadi menjadi redaktur koran dinding IKJ yang menyajikan berita seputar kampus. Salah satu produknya adalah kartun yang dipampang di atas plano selebar 2 eter dan terbit dua kali seminggu. Keduanya sering begadang untuk menyelesaikan kartun dengan tokoh utama Terong dan Semangka yang sebenarnya representasi Mice dan Benny. Kartun-kartun yang bercerita tentang kehidupan kampus ini sempat bertahan tiga tahun. ”Saya dan Benny sampai dapat ruang khusus di kampus untuk tidur karena sering harus begadang menyelesaikannya,” kata Mice.
Kiprah mereka menarik perhatian penerbit Kepustakaan Populer Gramedia yang ingin membukukan karya keduanya. Hingga kini, sekitar 10 buku komik mereka hasilkan. Keduanya kemudian menggarap komik strip Benny & Mice yang secara rutin muncul setiap hari Minggu di harian Kompas sejak 2000 hingga 2007. Gaya komik keduanya yang menggelitik menarik perhatian pembaca. Setelah itu, Mice Cartoon muncul menggantikan hingga saat ini. Salah satu hasil dari membuat kartun-kartun ini kemudian oleh Mice dibelikan rumah di wilayah Serpong utara, Tangerang Selatan.
”Ibu saya dulu yang setengah memaksa saya membeli rumah ini setelah lihat iklan di Kompas. Padahal, rumah kami dulu di Ancol. Mungkin karena ibu khawatir uang saya habis enggak jadi apa-apa,” ungkap Mice.
Kompleks perumahannya yang dulu berada di daerah ”jin buang anak” alias sepi sekali dengan kondisi jalan buruk dan berlubang, kini sudah sangat ramai dan dikelilingi kawasan yang tengah berkembang. Kehidupannya di sini memberikan ide yang tak habis-habis untuk kartunkartun Mice.