Gifu-Takayama
Setelah mendarat di Bandar Udara Chubu Centrair di Nagoya, perjalanan dipersiapkan untuk menuju Prefektur Gifu. Dengan kereta limited express, hanya perlu waktu tak lebih dari 25 menit untuk tiba di pusat kota Gifu, ibu kota Prefektur Gifu.
Tujuan pertama adalah kawasan kota tua Kawaramachi di tepi Sungai Nagaragawa. Semasa pemerintahan Oda Nobunaga (1534-1582), kawasan ini terkenal sebagai pelabuhan sungai. Para pedagang datang dan pergi untuk berniaga.
Hirayama, pemandu sukarela kawasan Kawaramachi, menuturkan, deretan rumah tua di sepanjang jalan utama itu dulu digunakan untuk kegiatan keuangan. Saat ini, rumah-rumah tua peninggalan para pedagang itu masih berdiri kokoh dan indah dengan pintu atau dinding bergaris-garis dari kayu. Atmosfer masa lampau masih kental terasa di jalan sepanjang sekitar 1 kilometer tersebut.
Kini, deretan bangunan di sepanjang jalan itu berubah wajah menjadi toko, restoran, dan kafe modern untuk menarik wisatawan. Banyak kerajinan tradisional dijual di toko-toko tersebut.
Pukul 15.00
Mount Kinka Ropeway
Dari Kawaramachi, perjalanan dilanjutkan ke Gifu Castle. Untuk menuju kastil tersebut, pengunjung lebih dulu melewati taman yang indah. Daun-daun pepohonan di taman telah berubah warna menjadi kekuningan dan kemerahan.
Ada dua pilihan untuk sampai ke bangunan kastil. Pertama, dengan Mount Kinka Ropeway alias naik semacam kereta gondola selama tiga menit. Kedua, dengan berjalan kaki mengitari jalur mendaki selama satu jam. Kami memilih yang pertama.
Dari dalam gondola yang menanjak, terlihat pemandangan kota Gifu dengan aliran Sungai Nagaragawa membelahnya. Perjalanan tidak berhenti setelah turun dari gondola.
Masih ada jalur jalan kaki berkelok-kelok dengan tangga batu untuk ditempuh selama 20 menit. Barulah terlihat di hadapan megahnya Gifu Castle.
Gifu Castle
Kastil ini dibangun di puncak Bukit Kinka setinggi 329 meter di atas permukaan laut. Pembangunannya dimulai pada periode Kamakura (1201-1204) oleh Joshu Nikaido Yukimasa untuk tujuan pertahanan. Dulu kastil ini dinamakan Inabayama dan mulai dikenal saat Oda Nobunaga merebut dan menguasai daerah sekitarnya.
Tahun 1601, Gifu Castle hancur. Kastil yang berdiri sekarang ini merupakan hasil rekonstruksi pada Juli 1956 oleh Castle Restoration Alliance. Tingginya mencapai 17,7 meter, terdiri atas empat lantai di area seluas 446,77 meter persegi.
Saat ini Gifu Castle difungsikan sebagai museum. Isinya, antara lain, koleksi senjata, pakaian perang, dan perjalanan sejarah kastil. Pada lantai paling atas terdapat dek observasi tempat pengunjung bisa melihat keempat penjuru kota Gifu.
Pukul 09.00
Sanmachi
Dari kota Gifu, perjalanan dilanjutkan ke kota Takayama yang berjarak sekitar dua jam naik kereta pada sore hari. Setelah istirahat, pagi harinya perjalanan dimulai di kawasan kota tua Sanmachi. Pagi itu rupanya salju mulai turun.
Aktivitas pasar pagi yang khas di kawasan tersebut sudah ramai. Para pedagang menjual bahan makanan, buah-buahan, sayuran, hingga makanan dan suvenir.
Mirip seperti Kawaramachi, sejalur jalan Sanmachi berisi deretan bangunan tradisional yang masih terawat dengan baik sejak periode Edo (1600-1868). Bangunan itu kini juga difungsikan sebagai rumah, toko, galeri seni, kafe, dan pabrik sake. Beberapa pabrik sake di antaranya telah berdiri selama beberapa ratus tahun. Pertokoan di tempat itu buka pukul 09.00-17.00.
Pukul 10.30
Hidaji Sarubobo Shop
Boneka sarubobo adalah kerajinan khas Takayama. Sarubobo artinya ’monyet kecil’. Bentuknya seperti orang, tetapi tanpa muka. Biasanya, sarubobo dibuat untuk jimat keberuntungan.
Sarubobo dibuat ibu untuk anak perempuannya agar diberkati dengan pernikahan yang bahagia atau melahirkan de ngan selamat. Boneka ini juga bisa digunakan untuk penolak bala.
Di toko Hidaji, pemiliknya menawarkan kegiatan membuat sendiri boneka sarubobo. Tersedia boneka dengan warna pilihan masing-masing. Merah untuk kebahagiaan keluarga, kuning untuk kesuksesan secara finansial, hijau untuk kesehatan, biru untuk karier.
Beberapa lembar kain persegi kecil tersedia untuk ditulisi atau digambari doa, harapan, atau apa pun yang diinginkan. Kain harapan itu ditempelkan pada bagian dada sarubobo. Boneka juga diberi rompi kimono. Setelah itu, sebuah jimat ditalikan melintang pada badannya.
”Good job,” kata Nyonya Hasegawa, pemilik toko. Pengunjung bisa membawa pulang boneka sarubobo yang dibuat. Tarif membuat sendiri boneka sarubobo 1.300 yen (sekitar Rp 155.000) per orang.
Pukul 12.00
Kuliner Hoba Miso
Tiba waktu makan siang.
Restoran Suzuya menjadi tujuan karena menyajikan kuliner khas Takayama, yakni hoba miso. Hidangan ini berupa olahan daging ayam atau sapi yang disajikan bersama aneka sayuran, seperti taoge, daun bawang, bawang bombai, dan jamur shitake.
Uniknya, sajian tersebut dimasak di atas daun hoba kering yang diletakkan di atas tungku dengan api kecil. Aneka sayur dan daging dicampur dengan miso.
Daun hoba (magnolia) kering itu cukup lebar untuk menampung seluruh bahan-bahannya. Untuk membuatnya matang, segala bahan diaduk bersama- sama. ”Silakan campur-campur,” kata Shirakawa Mamoru, chef sekaligus pemilik Suzuya, dalam bahasa Indonesia.
Setelah matang, hoba miso disantap dengan nasi hangat. Nyam....