Komik Digital, Antara Tawa Warganet dan Iseng-iseng Kebablasan
Oleh
·5 menit baca
Hampir selalu ada tawa, atau minimal senyum, yang muncul ketika kita membaca komik, khususnya komik bergaya satir. Zaman berubah, begitu pula tren komik di Indonesia. Kini, tawa dan senyum itu bisa kita dapat hanya dari sentuhan jari di layar telepon genggam. Selain itu, beberapa komikus zaman now ini bisa mengantongi penghasilan lumayan tiap bulannya, dari kegiatan “iseng-iseng yang kebablasan”.
“Saya mulai mengisi komik digital sekitar tahun 2015, ketika itu komik-komik di Instagram baru mulai bermunculan. Awalnya cuma coba-coba, namun sekarang malah menjadi pekerjaan utama,” ungkap Adelia Maghfira (19), saat ditemui di daerah Bogor, Sabtu (3/2). Adel merupakan seorang komikus yang dikenal dengan karya @maghfirare di akun Instagram.
Saat ini, akunnya sudah diikuti oleh sekitar 306.000 warganet, dengan komik bergenre humor. Gambar komiknya seperti manga Jepang, namun dibalut dengan lelucon generasi milenial.
Contohnya, lelucon tentang anak kos yang menderita di akhir bulan hingga maling pun tidak tega untuk mencuri barang di kosannya. Kemudian, gombal-gombal percintaan serta tebak-tebakan nyeleneh menjadi beberapa ide ceritanya.
“Ide ini saya dapat dari media sosial juga, kemudian saya eksekusi gambarnya dalam bentuk digital. Segementasinya juga untuk remaja seusia saya sekarang,” tuturnya.
Adel membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam untuk membuat sebuah komik strip. Secara rutin, dalam beberapa kali seminggu, ia mem-publish karyanya di Instagram. Cara inilah yang membuat komik-komiknya tetap eksis di kalangan warganet.
Perempuan lulusan SMK 3 Bogor ini sempat mengalami kendala manajemen waktu ketika di bangku sekolah. Rutinitas tugas sekolah yang harus dikerjakan, serta tuntutan untuk membuat komik, kerap membuatnya tidak bisa tidur.
“Ketika sekolah, banyak komik pesanan yang harus dikerjakan, kemudian ada juga tugas sekolahnya. Saya sampai harus membawa laptop untuk mengerjakan komik-komik ini di sekolah,” tuturnya.
Adel mematok harga sekitar Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta untuk satu komik pesanan perusahaan. Biasanya perusahaan berbasis aplikasi dan produk makanan menjadi klien utamanya. “Sempat ada warganet yang protes, kok ada komik-komik yang terkesan mengiklan gitu sih? Tapi saya tidak ambil pusing, ada juga karya-karya saya yang tidak mengiklan,” ungkapnya sambil tertawa.
Fetriyanto Arismunandar (32), komikus yang dikenal dengan akun @jonbrayy di Instagram, tidak pernah menyangka bahwa pekerjaan ini akan menjadi profesi utamanya. “Awalnya saya bekerja di sebuah perusahaan rintisan, ‘ngomik’ hanya untuk hobi saja,” ungkapnya saat dihubungi, Sabtu.
Semakin banyak pesanan komik, membuatnya harus banting setir dari pekerjaan awalnya. Menurutnya, saat ini pekerjaan sebagai komikus masih menjanjikan untuk digeluti. Dalam sebulan, ia bisa mengantongi penghasilan Rp 10 juta hingga Rp 15 juta.
“Selain bergerak di Instagram, saya juga mengisi beberapa platform website komik seperti Weebtoon dan Ciayo Comics,” ungkapnya.
Saat ini, komik @jonbrayy yang dikelolanya telah memiliki pengikut sekitar 125.000 warganet. Sebagian besar kontennya berupa humor-humor plesetan nama-nama figure publik yang dieksekusi dengan visual yang jenaka.
“Seperti contohnya pedangdut Cici Paramida yang diplesetkan menjadi Cuci Piramida, kemudian saya buat visual karikaturnya mbak Cici seperti sedang mencuci Piramida Mesir,”ungkapnya.
Ia menuturkan, dalam membuat karya, ia tidak pernah bermaksud untuk menyudutkan pihak-pihak tertentu dan tidak mengambil isu-isu sensitif. “Public figure yang saya munculkan juga sebagian besar artis yang terkenal di era 90-an. Tujuannya juga untuk mengingatkan warganet bahwa ada sosok-sosok mereka di era 90-an,”tuturnya.
Selain itu, Fetri juga menciptakan karakter unik dalam komik @jonbrayy. Ia menciptakan sesosok karakter presenter televisi yang kocak, dalam ceritanya presenter tersebut kerap memberikan pertanyaan jenaka untuk penontonnya. “Nama presenternya yaitu Nanang Rengginang, tingkahnya di dalam komik memang tidak jelas,” ungkapnya.
Tagar #tidakadafaedahnya juga kerap menjadi pelengkap di dalam komik @jonbrayy. “Beberapa warganet sempat kesal dengan plot komik yang terkadang absurd, namun sebagian besar memberikan komentar positif di postingan saya,” candanya.
Fetri juga menjelaskan, suka duka menjadi komikus di Instagram. “Hal yang saya suka, tentunya saya bisa menjadikan pekerjaan ini sebagai profesi utama. Namun, dukanya, saya sudah tidak menganggap komik ini sebagai hobi lagi, tapi sudah sebagai sebuah pekerjaan serius. Rasanya seperti kehilangan sebuah hobi lama, tempat pelarian saya ketika stress,” tuturnya.
Komik Satir
Iskandar Salim (43), komikus yang dikenal dengan karya @komikfaktap di Instagram, mengatakan, genre yang diangkat bergaya satir dan lebih membahas isu sosial. “Seperti ada relevansi yang tercipta antara pembaca dengan komik yang saya angkat,” ungkapnya.
Contohnya, akhir-akhir ini, Iskandar membuat kartun tentang sesosok suami yang terpaksa berbohong kepada istri untuk memenuhi kebutuhan hobinya dalam mengoleksi mainan. “Jadi dalam komik itu saya buat cerita, si suami berbohong soal harga mainan tersebut. Harganya Rp 1 juta, tetapi dia bilang harganya Rp 100.000. Banyak respon dari warganet yang merasa senasib dengan si suami tersebut,” katanya.
Selain itu, beragam komentar pro dan kontra muncul ketika Iskandar membuat komik berbau politik. Menurutnya komik ini memang sebagai opini pribadinya dalam menanggapi suatu isu yang sedang berkembang di tengah masyarakat.
“Kemudian, jika ada isu-isu yang sedang berkembang, harus segera dieksekusi saat itu juga, agar viral dan komik kita menjadi dikenal oleh masyarakat,” tuturnya.
Karya buatan Iskandar sempat viral di berbagai media sosial, ketika ia mengangkat isu tiang listrik Setya Novanto. Dalam karyanya, ia menggambarkan tiang listrik sedang ‘terkapar’ di atas ranjang rumah sakit, kemudian ada beberapa petugas rumah sakit yang tampak tergesa-gesa mendorong ranjang ini.
Berbeda dengan Adel dan Fetri, Iskandar malah menganggap, pekerjaannya sebagai komikus merupakan pekerjaan sampingan. Saat ini, akun @komikfaktap telah memiliki sekitar 90.0000 warganet, dengan segmentasi usia 25 tahun ke atas.
“Pekerjaan utama saya sih masih sebagai editor video. Tidak pernah terpikir sebelumnya untuk menjadi komikus, karena ini adalah kegiatan iseng-iseng yang kebablasan tetapi malah menghasilkan,” katanya. (DD05)