Ruangan yang didominasi warna putih, mulai dari dinding, lantai hingga 200 kursi, terasa sangat bersahaja. Tidak ada ornamen hiasan di sana. Pun para tamu tak terlihat berdandan meriah bak dalam pesta seperti biasanya pergelaran busana di Jakarta. Namun, terasa ada sesuatu yang ditunggu sehingga membuat penantian dimulainya pergelaran tak membosankan.
Sesuatu yang ditunggu itu adalah rancangan busana siap pakai pertama karya Heaven Tanudiredja. Nama ini relatif terdengar baru di Tanah Air, meskipun dia sudah 13 tahun bekerja dalam dunia mode. Tepatnya, dia menghabiskan hampir sepertiga usianya di Antwerpen, Belgia, bekerja dengan perancang atau rumah mode dunia.
Heaven, kelahiran Jakarta, 35 tahun lalu, selama tiga tahun menjadi asisten perancang kelas dunia Dries van Noten. Setelah itu dia mencoba kemampuan desainnya dengan menjadi perancang aksesori.
Selama 10 tahun itu pula dia bekerja sama dengan sejumlah perancang dan rumah mode dunia, mulai dari Christian Dior Haute Couture, Juun J, dan tentu saja Dries van Noten. Kini, Heaven memutuskan pulang ke tanah kelahirannya dan kembali menciptakan busana, untuk perempuan dan laki-laki .
Perancang yang kini banyak bekerja dari Sanur, Bali, itu, belajar mode secara formal pertama kali di Esmod Jakarta selama tiga tahun, lalu dilanjutkan di Royal Academy of Fine Arts di Antwerpen, Belgia, selama empat tahun.
Di antara dua pendidikan formal itu dia sempat menjadi asisten Biyan Wanaatmadja di Jakarta. Pada tahun kedua saat belajar di Royal Academy of Fine Arts, Heaven memenangi penghargaan Christine Mathijs yang berasosiasi dengan Dries van Noten. Dapat ditebak bila kemudian dia menjadi asisten Van Noten yang dia jalani selama tiga tahun.
Liris
Pendidikan dan pengalaman 13 tahun pertama periode produktif awal sebagai perancang yang dihabiskan di Eropa memberi jejak pada 30 rancangan busana Heaven. Rancangan tersebut diperlihatkan terbatas, hanya kepada 200 undangan, di The Dharmawangsa Jakarta, Senin (12/2) malam, dengan nama koleksi Collection One.
Meskipun tidak memiliki suatu tema tertentu--Heaven beralasan memakai tema rancangan terasa kuno dan membatasi imajinasi-- ketiga puluh rancangan tersebut mengalir dalam suatu alur yang jelas.
Dimulai dari desain bergaya jaket panjang dan pendek berbahan tebal, pergelaran ditutup dengan gaun panjang lembut dalam warna-warna biru, putih, merah cabai, merah anggur, hingga pastel lembut.
Semua mengalir dalam alunan mengentak dan berakhir lembut, seperti puisi liris sarat emosi ketika gaun-gaun yang jatuh longgar tersebut berayun mengikuti gerak tubuh. "Koleksi ini seperti diri saya. Diawali dengan yang serba tertutup, karena itu bentuk-bentuk jaket, kemudian perlahan membuka diri," tutur Heaven saat ditemui, Selasa (13/2) siang.
Karya tersebut menjadi semakin berbeda karena Heaven menggunakan bahan tebal seperti felt berbahan wol mohair dari bulu kambing Angora dan plastik PVC selain sutera. Dia juga menggunakan material tulle yang jatuh melayang seperti kain kelambu tembus pandang dan permainan renda-renda.
Materi tersebut dia peroleh dari berbagi tempat, mulai dari Italia hingga Jepang. Untuk membuat bahan tebal seperti felt dan plastik PVC dapat jatuh lembut dan mengikuti alunan gerak tubuh jelas diperlukan cukup pengetahuan mengenai bahan, teknik potong, dan menjahit.
Pemilihan materi plastik PVC, misalnya, menuntut pengetahuan tentang ukuran ketebalan yang diukur dari bobot bahan agar dapat jatuh lentur.
Lubang-lubang pada gaun transparan berbahan plastik, misalnya, dibuat satu per satu secara manual.
Pengerjaan dengan tangan menjadi tambahan penting dalam koleksi siap pakai ini. Lubang-lubang pada gaun transparan berbahan plastik, misalnya, dibuat satu per satu secara manual. Di sekeliling lubang-lubang itu dia tambahkan payet logam keemasan halus yang dijahir satu per satu untuk memberi kesan mewah.
Pengerjaan payet dan manik kristal sebagian dia kerjakan sendiri saat ini. Alasan Heaven, dia masih harus meningkatkan kapasitas keterampilan para perajinnya di Bali untuk memenuhi standar yang dia inginkan.
Sebagai perancang yang juga lama berkecimpung dalam pembuatan aksesori, Heaven memanfaatkan sulam payet dan kristal secara fungsional pada gaun-gaunnya selain menampilkan kalung dan gelang yang merupakan ciri khasnya.
Aksesori berupa gelang dan kalung tersebut elemen-elemennya dikerjakan oleh artisan di Bangkok yang memiliki keterampilan kriya memadai untuk kebutuhan Heaven untuk kemudian dia rangkai di Bali untuk menjadi kalung.
Tokyo
Usai pergelaran di Jakarta, ketiga puluh gaun koleksi pertama ini ditambah dengan 12 set pakaian pria akan dia tampilkan di Tokyo Fashion Week pada 21 Maret.
Asia menjadi sasaran koleksi siap pakai Heaven yang memakai namanya sendiri sebagai merek. Dengan pengerjaan tangan yang begitu teliti, Heaven lebih suka menyebut karya busana siap pakainya sebagai artisanal, sesuatu yang dikerjakan dengan sentuhan seni kriya tinggi dan detail.
Koleksi siap pakai ini siap dipasarkan di sejumlah toko eksklusif di beberapa kota di Eropa yang sebelumnya sudah mengenal rancangan aksesori Heaven. Setelah pergelaran di Tokyo, Heaven berharap terbuka kesempatan untuk juga memasuki toko-toko khusus di salah satu kota mode dunia itu dan kota-kota besar lain Asia.
Asia tetap menjadi panggilan hati bungsu dari dua bersaudara ini. Baginya Timur adalah sesuatu yang cantik, anggun, dan bersahaja. Eropa telah menjadi tempat penyemaian keterampilannya sebagai perancang, menyediakan sejumlah mentor dan disiplin kerja yang menuntut ketelitian.
Tetapi, Asia, terutama Bali, tampaknya akan menjadi tempat dia mengolah keterampilannya dan terus mengembangkan inovasi sebagai manusia kreatif dalam dunia mode.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.