Puisi Liris Heaven
Di antara dua pendidikan formal itu, dia sempat menjadi asisten Biyan Wanaatmadja di Jakarta. Pada tahun kedua saat belajar di Royal Academy of Fine Arts, Heaven memenangi penghargaan Christine Mathijs yang berasosiasi dengan Dries van Noten. Dapat ditebak jika kemudian dia menjadi asisten Van Noten yang dia jalani selama tiga tahun.
Liris
Pendidikan dan pengalaman 13 tahun pertama periode produktif awal sebagai perancang yang dihabiskan di Eropa memberi jejak pada 30 rancangan busana Heaven. Rancangan tersebut diperlihatkan terbatas, hanya kepada 200 undangan, di The Dharmawangsa Jakarta, Senin (12/2) malam, dengan nama koleksi Collection One.
Meskipun tidak memiliki suatu tema tertentu—Heaven beralasan memakai tema rancangan terasa kuno dan membatasi imajinasi, ke-30 rancangan itu mengalir dalam suatu alur yang jelas. Dimulai dari desain bergaya jaket panjang dan pendek berbahan tebal pergelaran ditutup dengan gaun panjang lembut dalam warna biru, putih, merah cabai, merah anggur, hingga pastel lembut.
Semua mengalir dalam alunan mengentak dan berakhir lembut, seperti puisi liris sarat emosi ketika gaun-gaun yang jatuh longgar tersebut berayun mengikuti gerak tubuh. ”Koleksi ini seperti diri saya. Diawali dengan yang serba tertutup, karena itu bentuk-bentuk jaket, kemudian perlahan membuka diri,” tutur Heaven saat ditemui pada Selasa (13/2) siang.
Karya tersebut menjadi semakin berbeda karena Heaven menggunakan bahan tebal seperti felt berbahan wol mohair dari bulu kambing Angora dan plastik PVC selain sutra. Materi tersebut dia peroleh dari sejumlah tempat, mulai dari Italia hingga Jepang. Untuk membuat bahan tebal seperti felt dan plastik PVC dapat jatuh lembut dan mengikuti alunan gerak tubuh jelas diperlukan cukup pengetahuan mengenai bahan, teknik potong, dan menjahit. Pemilihan materi plastik PVC, misalnya, menuntut pengetahuan tentang ukuran ketebalan yang diukur dari bobot bahan agar dapat jatuh lentur.
Pengerjaan dengan tangan menjadi tambahan penting dalam koleksi siap pakai ini. Lubang-lubang pada gaun transparan berbahan plastik, misalnya, dibuat satu per satu secara manual. Di sekeliling lubang-lubang itu dia tambahkan payet logam keemasan halus untuk memberi kesan mewah. Pengerjaan payet dan manik kristal sebagian dia kerjakan sendiri saat ini. Alasan Heaven, dia masih harus meningkatkan kapasitas para perajinnya di Bali untuk memenuhi standar yang dia inginkan.
Sebagai perancang yang juga lama berkecimpung dalam pembuatan aksesori, Heaven memanfaatkan sulam payet dan kristal secara fungsional pada gaun-gaunnya selain menampilkan kalung dan gelang yang merupakan ciri khasnya.
Tokyo
Seusai pergelaran di Jakarta, ke-30 koleksi pertama ini ditambah dengan 12 set pakaian pria akan dia tampilkan di Tokyo Fashion Week pada 21 Maret.
Asia menjadi sasaran koleksi siap pakai Heaven yang memakai namanya sendiri sebagai merek. Meski demikian, koleksi siap pakai ini sudah siap dipasarkan di beberapa toko eksklusif di sejumlah kota di Eropa yang sebelumnya sudah mengenal rancangan aksesori Heaven. Setelah pergelaran di Tokyo, dia berharap terbuka peluang untuk juga memasuki toko-toko khusus di salah satu kota mode Asia itu dan kota-kota besar lain di Asia.
Asia tetap menjadi panggilan hati bungsu dari dua bersaudara ini. Baginya Timur adalah sesuatu yang cantik, anggun, dan bersahaja. Eropa telah menjadi tempat penyemaian keterampilannya sebagai perancang dengan menyediakan sejumlah mentor dan disiplin kerja yang menuntut ketelitian. Akan tetapi, Asia, terutama Bali, tampaknya akan menjadi tempat dia mengolah keterampilannya dan terus mengembangkan inovasi sebagai manusia kreatif dalam dunia mode.