Merah Jambu Jaipur
Sebuah minibus angkutan umum berulang kali melintas di jalan raya tersebut. Ada warna pink di badan mobilnya.
Itulah hal-hal yang sekilas mudah dijumpai di Jaipur yang bernuansa warna pink. Belum lagi ketika berkunjung ke tempattempat wisata penting di kota Jaipur. Bangunan-bangunan bersejarah yang umumnya bercorak perpaduan arsitektur Hindu dan Islam itu didominasi warna pink.
Jaipur membangun identitas kotanya dengan warna. Ketika ditilik riwayatnya, pada tahun 1876 penguasa dinasti kerajaan di Jaipur, Maharaja Ram Singh, menghendaki semua bangunan yang ada di kota itu dicat dengan warna pink.
Ram Singh ingin menunjukkan keramahtamahannya kepada Prince of Wales dari Inggris yang ingin berkunjung ke Jaipur. Prince of Wales itu kemudian menjadi Raja Edward VII di Inggris.
Dari sinilah titik tolak Jaipur membangun identitas kotanya dengan warna pink. Sejak 1876 hingga sekarang atau selama 142 tahun, Jaipur membuktikan diri mampu bertahan dengan identitas warna pink.
Berdasarkan referensi psikologi warna, pink menunjukkan karakter peduli, ramah, dan lemah lembut. Sudah semestinya Jaipur tumbuh dengan karakter keramahtamahan itu.
Chokhi Dhani
Dengan identitas ”Pink City”, Jaipur menjadi kota wisata yang mampu mengemas berbagai potensinya. Di antaranya dari sebuah perjumpaan dengan penduduk Jaipur yang menyajikan hidangan serba tradisional di Chokhi Dhani.
Chokhi Dhani adalah sebuah kawasan wisata desa tradisional Jaipur. Lokasinya sekitar 20 kilometer dari pusat kota Jaipur.
Dimulai dari makanan dan minuman tradisional, hiburan tarian tradisional, hingga karyakarya seni rupa dan kerajinan tradisional. Untuk sebuah perjamuan makan malam, diawali dengan hiburan-hiburan. Pertama kali, seorang kakek menyajikan minuman dengan gelas yang terbuat dari tanah liat untuk sambutan selamat datang. Minuman itu merupakan olahan susu dengan rasa sangat asin.
Jamuan makan malam berupa menu tradisional Jaipur atau masakan khas India utara. Makanan dihidangkan di meja lesehan. Makanan disajikan di sebuah piring yang terbuat dari jenis daun tertentu. Piring itu dilengkapi tujuh mangkuk kecil. Mangkukmangkuk itu juga terbuat dari daun yang sama dengan piring.
Mangkuk kecil sebanyak itu untuk berbagai jenis kuah kental atau kari aneka rasa. Kuah kental berbahan susu atau yoghurt yang hampir semuanya memiliki rasa asin beraroma rempah kuat.
Roti gandum yang dipanggang atau paratha diimbuhi nasi briyani menjadi sumber karbohidrat. Selain itu, ada pula kue, seperti gulap jamun atau jalebi, yang manis rasanya.
Chokhi Dhani menyuguhkan sajian khas Jaipur, seolah kuliner dari masa lampau yang tak beranjak. Menu-menu makanan kuah kental itu seolah hasil dari peradaban meramu di masa yang sangat lampau. Namun, inilah salah satu bentuk keramahtamahan Jaipur yang ingin menghadirkan orisinalitas.
Bentuk keramahtamahan lain juga terlihat dalam bentuk tarian hiburan di acara formal. Ketika itu maskapai AirAsia mencanangkan peresmian pembukaan jalur penerbangan baru dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Jaipur, India, dan sebaliknya.
Untuk acara hiburannya, AirAsia menyuguhkan tari-tarian khas Melayu atau Malaysia. Jaipur juga menyuguhkan tari-tarian tradisional mereka. Salah satu di antaranya, tarian Kachi Ghori atau tari kuda yang terlihat unik.
”Tari kuda ini asli Jaipur,” kata Mahaveer Math Sopora, pegiat seni tradisional Jaipur.
Kuda-kudaan dalam bentuk tiga dimensi digunakan untuk tarian tersebut. Bagian tengah
kuda-kudaan berlubang. Di lubang itulah seorang penari menempatkan diri hingga seolah-olah ia menjadi penunggang kudanya.
Di berbagai sudut kota Jaipur, terlihat beberapa patung tari kuda. Ini mengingatkan tarian kuda lumping di Jawa yang kemudian mengubah bentuk kuda-kudaan tiga dimensi itu menjadi kuda kepang yang pipih.
Untuk karya seni patung dari batu alam, lokasi wisata bersejarah Chand Baori juga bertutur hal yang sama. Chand Baori berupa bangunan sumur dengan jumlah ribuan anak tangga untuk mencapai dasar permukaan air sumbernya.
Lokasinya berjarak sekitar 95 kilometer dari pusat kota Jaipur ke arah kota Agra. Di sekitar sumur kuno yang dibangun sekitar abad ke-8 itu terdapat aneka ragam patung batu alam.
Pemandu wisata Virendra Tiwari mengatakan, patung-patung itu sebagai sosok dewa-dewa dalam agama Hindu, seperti Siwa, Wisnu, dan Brahma.
”Ini ada patung Dewa Wisnu yang ditampilkan sebagai sosok perempuan sekaligus laki-laki,” ujar Virendra.
Patung Dewa Wisnu itu memiliki payudara perempuan di dada bagian sebelah kiri. Dada sebelah kanannya rata, layaknya dada seorang laki-laki. Patungpatung lainnya menggambarkan sosok Ganesha, Dewi Durga, dan lainnya. Ini seperti patung-patung yang berserakan di candicandi yang ada di Jawa.
Jaipur sudah membangun identitasnya dan membuktikan diri tahu arah mana yang ingin dituju.