”Ya’ahowu”, Nias!
Tanõ Niha banua somasido/ /Tanõ situmbu ya’o fõna/ /He mukoli ndra’o bazarõu/ /Balõ olifudo sa’ia.. (Pulau Nias pulau yang ku cinta/ /Tanah tempatku dilahirkan/ /Walau ku jauh di rantau orang/ /Namun kau tetap ku kenangkan..)
Ano Lase (22) bergumam menyanyikan sepenggal lagu daerah asal Nias itu, saat vokal grup dengan nyaring mendendangkannya di area Hari Bebas Kendaraan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (4/3).
Sudah hampir dua tahun Ano merantau dari tanah Nias ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Kali ini, ia sengaja datang ke Jakarta untuk meramaikan acara Pergelaran Seni Budaya dan Kuliner Kepulauan Nias yang diadakan Pemuda Peduli Nias, komunitas warga Nias yang tinggal Jabodetabek.
”Ya’ahowu!” teriak Ano saat berjumpa dengan Verlin, kawan sedaerahnya dari Nias. Ya’ahowu adalah ucapan salam khas Nias yang bisa diartikan sebagai salam sejahtera. Tak hanya Ano yang meneriakkan kata itu, banyak warga Nias yang juga meneriakkannya saat berjumpa dengan saudara sedaerahnya.
Nias merupakan surga kecil yang tidak kalah dengan Bali ataupun Lombok.
”Saat bertemu dengan orang sedaerah seperti ini, rasanya Nias sangat dekat dengan Jakarta, ya,” ujar Ano. Meski ia sengaja memilih melanjutkan pendidikan ke luar Nias, Ano tetap bermimpi untuk kembali ke kampung halamannya dan membangun kota tersebut.
Baginya, Nias merupakan surga kecil yang tidak kalah dengan Bali ataupun Lombok. Banyak kekayaan alam yang bisa dijelajahi saat berkunjung ke pulau kecil di sebelah barat Sumatera ini. Secara administratif, Nias berada dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara.
”Tidak cukup sehari berkunjung ke Nias. Seminggu pun saya rasa masih kurang,” kata Ano. Dengan bersemangat Ano menjelaskan berbagai potensi wisata di kampung halamannya. Tak hanya tempat wisata, tetapi tarian, kebudayaan, atraksi, dan kuliner khas Nias sangat menarik untuk dijajal.
Dari maena hingga lompat batu
Pergelaran Seni Budaya dan Kuliner Kepulauan Nias yang diselenggarakan di kawasan Hari Bebas Kendaraan di Jakarta merupakan salah satu upaya promosi untuk mengenalkan Nias secara lebih luas kepada masyarakat.
Acara ini bentuk inisiatif dari komunitas pemuda Nias yang tinggal di daerah sekitar Jakarta. Berbagai suguhan ditampilkan dalam pergelaran ini. Lebih dari 500 orang asli Nias turut memeriahkannya.
Acara dimulai dengan tarian maena, tarian tradisional khas Nias. Tarian ini merupakan tarian bermakna kebersamaan, kegembiraan, dan kemeriahan. Biasanya, tarian ini dilakukan untuk membuka upacara adat. Semakin banyak yang turut menari, tarian ini semakin terasa bermakna.
Kali itu, 11 perempuan yang menampilkan tarian maena. Ada satu perempuan yang berada di paling depan dengan warna pakaian yang paling berbeda. Seolah-olah, satu wanita inilah yang memimpin tarian tersebut. Mereka mengenakan pakaian tradisional Nias berwarna kuning dan merah.
Tidak sulit membawakan tarian maena. Secara lembut, penari berlenggak-lenggok ke kanan dan kiri. Sesekali mereka mengubah posisi membentuk barisan ataupun lingkaran.
Bagi yang menonton, mungkin secara tidak sadar mengikuti gerakan penari. Musik yang mengiringinya juga khas, yaitu aramba (semacam gong), faritia (terbuat dari logam, seperti kenong di Jawa), dan gondra (seperti beduk namun bisa dipukul di dua sisi).
Selain itu, penampilan lain juga disuguhkan dalam pergelaran ini, seperti tari perang, tari moyo, tari tatuwu, hingga lompat batu atau fahombo. Barangkali sudah banyak yang mengenal atraksi lompat batu yang identik dengan Nias ini.
Atraksi ini diambil dari kebiasaan yang dulu sering dilakukan oleh pemuda Nias saat melakukan perang antardesa. Setiap desa, biasanya memiliki benteng untuk melindungi daerahnya. Untuk itu, saat akan berperang, pemuda dari satu desa harus melompati benteng tersebut agar dapat memasuki wilayah desa lain yang akan diserang.
Selain itu, berbagai makanan khas juga dihidangkan dalam pergelaran ini. Makanan khas yang disajikan antara lain ikan asap yang langsung dikirim dari Nias, galametura (semcam ketupat yang terbuat dari tepung beras), godo-godo (semacam bola ubi yang digoreng), serta mi sop (makanan khas Sumatera Utara yang hampir sama dengan soto, tetapi berkuah kaldu).
Potensi wisata
Evan Zebua, Ketua Panitia Pergelaran Seni Budaya dan Kuliner Kepulauan Nias, berharap kegiatan ini membuat semakin banyak orang mengenal dan tertarik dengan budaya Nias.
Banyak keindahan yang bisa dinikmati di Pulau Nias, seperti Pantai Gawu Soyo yang terkenal dengan pantai pasir merah muda, Pantai Sorake yang memiliki ombak menantang bagi peselancar, serta Pantai Tureloto yang memiliki karakteristik sama seperti Laut Mati di wilayah Israel.
Seharusnya Nias bisa menjadi destinasi wisata unggulan di Indonesia.
”Saya harap setelah melihat acara ini, akan semakin banyak orang yang mau datang ke Nias sehingga sektor pariwisatanya semakin membaik. Seharusnya Nias bisa menjadi destinasi wisata unggulan di Indonesia,” kata Evan.
Bupati Nias Sokhiatulo Laoli yang turut hadir dalam pergelaran ini menyampaikan, dukungan infrastruktur saat ini sangat dibutuhkan untuk bisa meningkatkan potensi pariwisata di Nias.
Dukungan tersebut mulai dari fasilitas bandara yang lebih baik, kebutuhan energi seperti listrik yang mencukupi, serta jalan raya dan sarana prasarana yang melengkapinya.
”PHD (pajak penghasilan daerah) dari pariwisata di Nias tahun lalu hanya pada kisaran belasan miliar. Jumlah itu masih sangat kecil dibandingkan dengan potensi yang dimiliki. Untuk itu, hal utama yang perlu dilakukan lebih dahulu adalah pembangunan infrastrukturnya,” kata Sokhiatulo.
Hal tesebut disambut baik oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf. Ia mengatakan, dengan adanya inisiatif dari kepala daerah dan komunitas untuk bekerja sama membangun daerahnya, Bekraf akan mendukung secara penuh pembangunan tersebut.
”Setelah adanya ajakan kerja sama dari pemerintah daerah Nias dan juga komunitas, dalam waktu dekat kami rencanakan tim Ikkon (inovatif dan kreatif melalui kolaborasi nusantara) dari Bekraf akan melakukan kunjungan langsung ke Nias selama sekitar empat bulan. Dari kunjungan ini kami akan bantu gali potensi daerah yang ada agar bisa memajukan ekonomi kreatif di daerah tersebut,” katanya.
Harapannya, dengan semakin banyak dukungan dan perhatian yang diberikan kepada daerah Nias, pariwisata serta kondisi ekonomi masyarakat setempat bisa semakin berkembang. Mimpi pemuda dan pemudi Nias pun bisa terwujud untuk mengenalkan daerah mereka kepada masyarakat luas sehingga mereka pun bisa mengucapkan Saohagõlõ!, Terima kasih! (DD04)