Finalis perwakilan Provinsi Bangka Belitung Sonia Fergina Citra menunjukkan raut tidak percaya, senang, dan haru ketika namanya disebut menjadi pemenang. “Selamat kepada finalis perwakilan Provinsi Bangka Belitung, Sonia Fergina Citra,” kata pembawa acara yang menggema di ruangan Jakarta Convention Centre. Penonton yang cukup ramai bergemuruh. Antara mendukung atau tidak terima pilihannya tidak menang.
Puteri Indonesia 2017 Bunga Jelitha Ibrani menyematkan mahkota ke kepala Sonia. Miss Universe 2017 Demi Leigh Nel Peters, asal Afrika Selatan, yang diundang khusus ke acara ini, memasangkan selempang kemenangan. Dua finalis lain, yaitu Vania Fitryanti perwakilan Provinsi Banten, dan Wilda Octaviana perwakilan Kalimantan Barat masing-masing diganjar runner up 1 dan 2.
Sebelum pengumuman pemenang, Presiden Joko Widodo, lewat rekaman video yang diputarkan lewat layar besar memberi selamat kepada para puteri indonesia 2018. “Saya ucapkan selamat kepada puteri-puteri terbaik dari seluruh provonsi. Kalian semua adalah pemenang dan tetaplah menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia.”
Acara ini tepat pukul 20.00. Andika Pratama dan Fahannisa Maimoon yang berlaku sebagai master of ceremony membuka acara. Sejumlah penampil idola anak muda masa kini, seperti Isyana, Rizki Febian, dan Afgan bergantian menyanyikan lagu terbaiknya.
Setelah 39 peserta berlenggak-lenggok di panggung, dewan juri mengerucutkan peserta menjadi 11 finalis. Sebagian finalis yang lolos ini berasal dari jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Belasan puteri berkulit putih dan berambut lurus itu lalu masing-masing diuji dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan diambil dari netizen yang membuat pertanyaan di media sosial.
Berbagai pertanyaan muncul dalam sesi tanya jawab tersebut. Sebagian besar berasal dari publik figur. Pesinetron Steven William bertanya, tahukah arti thinking out of the box” kepada finalis yang lalu dijawab dengan cepat dan berusaha tenang, berkejaran dengan waktu 10 detik yang diberikan.
Pertanyaan lain datang dari Merry Riana, seorang motivator, yang bertanya arti diaspora. “Diaspora adalah ketika seseorang yang berpindah ke negara yang dianggap maju dan makmur, untuk mencari ilmu, dan bisa memanfaatkan ilmunya untuk bangsanya,” jawab finalis yang mendapat pertanyaan.
Sebuah pertanyaan dari netizen ingin mengetahui pendapat finalis tentang hubungan guru dan murid yang akhir-akhir ini banyak disertai kekerasan. Seorang finalis yang kebagian pertanyaan itu mengungkapkan, jika hubungan yang buruk itu timbul karena derasnya arus informasi individualistik dari negara barat. “Guru itu harusnya adalah orang yang dhiormati,” jawabnya dengan intonasi yang anggun.
“Luar biasa...” tutur pembawa acara tepat ketika finalis selesai menjawab. Kata-kata yang persis seperti saat finalis lain juga selesai menjawab pertanyaan.
Pertanyaan lebih filosofis datang dari pedangdut andalan banyak orang, Via Vallen. “Presiden Jokowi gemar membagikan sepeda kepada masyarakat. Bisakah anda menjabarkan falsafah bersepeda?”
Wilda, finalis dari Kalimantan Barat mengurai pertanyaan itu dengan sejumlah arti. Menurutnya, falsafah bersepeda bisa berarti berani bermimpi untuk bergerak maju, bersepeda artinya menghindari lubang yang ada di jalanan, membuat sehat, dan alat transportasi yang tepat untuk bangsa.
Pertanyaan demi pertanyaan dari berbagai bidang, sektor, harus dijawab para peserta hingga mencapai babak tiga besar. Mereka diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dari materi yang telah diberikan dalam kelas-kelas sebelum malam pemilihan.
Asal mula
Sebelum malam gemerlap yang dipenuhi orang-orang dengan dandanan super itu dimulai, para finalis itu harus mengikuti karantina yang ketat selama 10 hari. Mereka mengikuti pelatihan, lomba seni budaya, fashion show, kunjungan ke instansi pemerintah, psikotes, dan banyak kegiatan lainnya.
Ajang pada tahun ini sendiri adalah yang ke-22 kali sejak pertama kali gelaran ini dimulai pada 1992. Berbagai proses, kegiatan ini mencari perempuan muda Indonesia yang bukan hanya cantik, melainkan juga pintar dan berperilaku menarik.
Menurut pendiri YPI, BRA Mooryati Soedibyo, yang juga pemilik PT Mustika Ratu, kontes ini ingin memberdayakan remaja putri sekaligus membawa mereka jadi duta bangsa di forum internasional. Pemenangnya nanti dikirim ke kontes Miss Universe, Miss Supranational, dan Miss International di Bangkok (Kompas, 1/4/2017).
Selama perjalanannya, kontes ini tidak sepi dari kritik. Kontes yang hanya mengandalkan kecantikan, standardisasi perempuan, juga berbagai hal lain terus terdengar. Tidak hanya di Indonesia, sejak adanya kontes-kontesan kecantikan digelar pada 1951 di Inggris oleh Eric Morley ini, kritikan dan protes terus berdengung. Kontes yang awalnya hanya bertujuan mencairkan muramnya kehidupan setelah Perang Dunia ke-II ini memang penuh komodifikasi dan penuh hegemoni kecantikan ala barat.
Para feminis gelombang kedua dengan segera memprotes kontes ini dan kontes-kontes sejenis. Protes pertama dan yang paling efektif yang dilakukan oleh feminisme gelombang kedua adalah protes tahun 1969 terhadap penyelenggaraan kontes Miss America.
Untuk mengungkapkan kritik mereka bahwa kontes ini merendahkan perempuan dengan membiarkan perempuan dinilai seperti menilai sapi oleh laki- laki, para pemrotes memahkotai seekor kambing sebagai Miss America. Mereka juga membuat sebuah keranjang sampah yang dinamai Freedom Trash Can, di mana mereka membuang semua simbol penindasan terhadap perempuan, mulai dari korset, bulu mata palus, dan juga kutang (Kompas, 16/12/2022).
Menikmati
Di luar dengung protes dan kontroversi itu semua, menjadi seorang Puteri Kecantikan dianggap jembatan untuk meraih mimpi kebanyak hal. Sejumlah mantan Puteri Indonesia kini melanglang buana ke berbagai sektor dan bidang, sesuai minat dan kemampuan. Termasuk salah satunya kini mendekam di penjara karena kasus korupsi.
Sebelum melepas mahkotanya, Bunga Jelitha Ibrani dengan terisak mengungkapkan pengalamannya selama menjabat Puteri Indonesia 2017. "Sebuah pengalaman berharga yang mengubah banyak hal. Saya harus keluar dari zona nyaman. Dan dari komentar negatif saya belajar. Saya berharap Puteri Indonesia bisa menjalankan tugas dengan baik."
Seperti yang ditanyakan pedangdut Via Vallen, kontes kecantikan itu mungkin menganut falsafah bersepeda. Roda harus terus berputar agar seimbang dan terus melaju, dan kritik serta protes adalah lubang yang harus dilewati dengan anggun dan senyum manis.