Beasiswa pendidikan menjadi impian banyak generasi muda yang haus akan ilmu, tetapi memiliki keterbatasan dana. Tak heran apabila banyak yang menjadi pemburu beasiswa, baik untuk ke luar negeri maupun dalam negeri. Dengan latar belakang ini, berdirilah komunitas Sahabat Beasiswa yang sudah tersebar di 30 kota di seluruh Indonesia.
Sahabat Beasiswa dirintis oleh Radyum Ikono, BEng, MEng yang pulang ke Indonesia pada tahun 2012. Sejak tahun 2006, Ikono mendapat beasiswa kuliah tingkat strata 1 di Nanyang Technological University, Singapura, lalu berlanjut ke Universitas Tsubuka di Jepang, dan beasiswa summer school di Jerman. Tahun ini, Ikono mendapat beasiswa kerja sama riset di University of Tokyo, Jepang.
Dengan banyaknya pengalaman mendapatkan beasiswa, Ikono pun dikenal di kalangan mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan melalui beasiswa. Ikono bersama beberapa teman yang berkuliah di luar negeri, seperti Ridwan Salim Sanad, BSc dan Rahmatri Mardiko, MKom, mulai memberikan konsultasi beasiswa dan menjadi pemberi materi di seminar-seminar beasiswa di Indonesia.
”Reputasi saya sebagai scholarship consultant yang gratisan membuat banyak yang mengundang saya untuk menjadi pembicara seminar di sejumlah kota,” ujar Ikono yang saat ini menjabat Co-Founder & COO Nano Center Indonesia, sebuah perusahaan inkubator untuk penelitian dan pendidikan.
Hampir setiap hari, ada saja yang berkonsultasi mengenai aplikasi persyaratan beasiswa, seperti CV, esai, motivation letter, dan proposal riset. Faktor lain yang membuatnya terinspirasi untuk membuat Sahabat Beasiswa adalah minimnya pengetahuan dan persiapan calon penerima beasiswa.
”Saat itu, tahun 2012, ada mahasiswa UI (Universitas Indonesia) membuat CV yang baik dan benar aja enggak bisa, enggak sesuai standar. Ternyata, yang di kota besar seperti Depok dan Jakarta pun masih belum bagus kualitasnya untuk mengejar beasiswa ke luar negeri, apalagi yang di daerah,” tutur Ikono.
Dengan banyaknya pelajar SMA dan mahasiswa yang datang berkonsultasi, muncul ide untuk mendirikan Sahabat Beasiswa. Komunitas yang lebih banyak beraktivitas melalui media online ini resmi berdiri pada 15 Desember 2013. Ikono menjadi Direktur Eksekutif Sahabat Beasiswa yang pertama.
Lewat situs sahabatbeasiswa.com, mereka memberikan informasi bermacam-macam beasiswa dari sejumlah negara. Biasanya, permintaan konsultasi masuk lewat e-mail atau media sosial seperti Facebook dan Instagram.
Tersebar ke daerah
Informasi beasiswa bukan hanya dibutuhkan generasi muda di Jakarta. Mereka yang berasal dari daerah-daerah pun ingin menimba ilmu sebanyak mungkin. Dalam perkembangannya, Sahabat Beasiswa diperluas sampai ke 30 kota. Setiap kota disebut chapter, mulai dari Pulau Jawa, Sumatera, hingga Sulawesi. Setiap chapter mempunyai sekitar 30 anggota tetap yang mengelola Sahabat Beasiswa. Setiap chapter bisa menggelar kegiatan, baik online maupun offline.
Saat ini, Ikono menjadi salah satu anggota Dewan Pembina, sedangkan pengelolaan Sahabat Beasiswa dipegang oleh Direktur Eksekutif Sahabat Beasiswa Agatha, SGz. Saat ini, Agatha sedang mempersiapkan keberangkatannya untuk S-2 di University of College London dengan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.
Mereka antara lain menggelar Sahabat Beasiswa Summit, yaitu pertemuan tahunan yang berisi konferensi, dan pameran beasiswa internasional. Selain itu, ada Scholarship Talk, yaitu diskusi lewat grup Whatsapp. ”Biasanya diadakan setiap chapter, anggota grupnya bisa sampai 250 orang,” ucap Agatha yang saat ini menjadi asisten profesor di Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Untuk pertemuan rutin, mereka menggelar Sahabat Summit, yang tahun lalu diselenggarakan di Solo. Untuk tahun ini belum diputuskan, antara di Cirebon atau Jakarta.
Untuk memudahkan pencari beasiswa, Sahabat Beasiswa menerbitkan buku Everyone Can Get Scholarship yang terbit awal tahun 2018. Buku itu merangkum pengalaman dan kiat-kiat mendapatkan beasiswa dari mahasiswa penerima beasiswanya langsung di berbagai belahan dunia. ”Sahabat Beasiswa juga mengeluarkan kalender dengan tanda tenggat penerimaan beasiswa,” lanjut Agatha.
Kehadiran komunitas ini memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa. Contohnya, Nindya Indah Damayanti (22), mahasiswa program profesi apoteker di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, yang merasakan manfaat bergabung dengan Sahabat Beasiswa. Dia pernah mengikuti berbagai kegiatan, salah satunya konferensi internasional World Festival of Youth and Student 2017 di Rusia.
Selain itu, Indah juga mendapat kesempatan beasiswa yang pembiayaannya sebagian sehingga ia harus mengusahakan sendiri untuk menutupi biaya lainnya. Keanggotaannya di Sahabat Beasiswa sangat membantunya karena membuka relasi baru, mendapatkan teman dalam menjaga semangatnya untuk dapat mencapai cita-cita mengikuti kegiatan internasional. (SIE/**)