Arah Baru Pesan Baru Seri Galaxy
Galaxy S9 resmi menyapa konsumen di Indonesia. Atrium mal Central Park pada Jumat (16/3) disesaki pengunjung yang ingin membeli ponsel pintar yang diperkenalkan Samsung melalui perhelatan ”Galaxy Unpacked” di Barcelona pada 26 Februari lalu.
Antrean pembeli mengular untuk membeli perangkat baru, atau menukar tambah dengan perangkat lama agar bisa mendapatkan potongan harga, serta memindahkan seluruh data dari ponsel lama ke ponsel baru mereka. Sekadar pengingat, harganya tidak bisa dibilang murah atau terjangkau.
Seri Galaxy S9 dengan kapasitas penyimpanan internal 64 gigabit (GB) dijual dengan harga Rp 11,5 juta, Galaxy S9 Plus 64 GB seharga Rp 13 juta, dan Galaxy S9 Plus 256 GB dengan harga Rp 14,5 juta. Tiga warna yang ditawarkan adalah midnight black, coral blue, dan lilac purple.
Barisan panjang pembeli seolah tidak mengesankan harga jual sebagai hambatan yang besar. Wajah-wajah mereka didominasi sosok berusia akhir 20-an hingga yang senior.
Galaxy S9 hadir dalam dua varian, yakni S9 dan S9 Plus, perbedaannya terletak pada spesifikasi, seperti kapasitas RAM, bentang layar, hingga kehadiran lensa kamera ganda di punggung ponsel yang hanya ditemui pada varian plus. Meneruskan desain dari seri sebelumnya, layar yang dimiliki menggunakan rasio 18:9 sehingga mudah digenggam, begitu pula pemasangan sepasang pengeras suara disertai teknologi Dolby Atmos untuk menikmati konten video.
Selebihnya adalah keunggulan kamera yang ditawarkan untuk kedua varian, yakni memiliki bukaan yang bisa berubah dari f/1.5 menjadi f/2.4 untuk menyesuaikan kondisi pencahayaan demi mendapatkan foto yang terbaik dan gegas saat diambil.
Begitu pula sensor kamera yang bisa menangkap gambar sebanyak 960 frame per detik, memungkinkan untuk memperlambat sebuah adegan untuk mengabadikan momen-momen di dalamnya.
Tempat penjualan itu juga merangkap sebagai tempat pengujian fitur-fitur kamera, seperti kemampuan mengambil gambar pada pencahayaan yang minim, merekam gerakan cepat, hingga mencoba sendiri fitur AR Emoji yang memungkinkan pengguna membuat emoji dengan wajah mereka setelah sebelumnya didaftarkan lewat pemindaian wajah.
Generasi sosial
Product Marketing Manager Samsung Mobile Indonesia Annisa Maulina menyebutkan, produk tersebut menyasar calon konsumen yang mereka sebut sebagai ”generasi sosial” atau mereka yang kerap mengekspresikan diri di dunia maya. Fitur seperti AR Emoji akan sangat membantu dalam menghasilkan unggahan yang sangat khas dan sesuai dengan kepribadian pengguna.
Begitu pula dengan fitur gerakan lambat akan banyak dimanfaatkan oleh mereka yang memanfaatkan ponsel pintar sebagai perangkat pintar dalam membuat konten.
”Kami menghadirkan variasi S9 dan S9 Plus yang memiliki tawaran berbeda untuk menjawab kebutuhan konsumen. Lensa ganda, misalnya, hanya ditemui di varian S9 Plus karena belum semua orang yang akan menggunakannya,” ucap Annisa.
Benazio Rizki Putra, persona yang dikenal di dunia konten Indonesia dengan nama Benakribo, adalah satu di antara orang yang hadir dalam peluncuran ini. Dia mengatakan, fitur kamera slo-mo adalah satu hal yang membuatnya penasaran dengan Galaxy S9. Meski baru dua hari memegangnya, dia sudah berencana untuk membuat konten memanfaatkan fitur itu.
”Memang ada keterbatasan, yakni harus mendapatkan cahaya yang melimpah agar bisa memanfaatkan fitur ini,” ujar Benazio.
Dengan menangkap gambar 960 frame per detik, sebuah gerakan yang berlangsung cepat bisa diperlambat hingga terlihat detailnya dalam video yang memiliki resolusi 1280 x 720 piksel. Fitur serupa sebetulnya juga ada di ponsel-ponsel lain, tetapi belum bisa mencapai detail seperti seri Galaxy S9. Baru seri Xperia XZ yang memiliki fitur serupa meski belum hadir secara resmi di Indonesia.
https://youtu.be/c3-BSUEAykM
Muda
Pesan yang bisa disimpulkan dari cara Samsung mengomunikasikan produk mereka adalah tengah terjadi perombakan segmen konsumen ponsel menengah ke atas. Seri Galaxy S yang biasanya menyasar pengguna yang mapan secara ekonomi serta membutuhkan perangkat yang bisa melambangkan prestise pemiliknya digeser oleh perangkat yang menyasar pembuat konten, yang didominasi kaum muda meski kadang belum punya daya beli untuk memiliki seri ini.
Hal itu sudah terlihat mulai dari cara mereka mempromosikan peluncuran seri Galaxy S9 melalui jargon bahwa perangkat ini akan bermanfaat untuk kehidupan media sosial penggunanya. Dan, sesungguhnya AR Emoji ataupun kamera slo-mo hanya akan sesuai untuk pembuat konten yang usianya relatif masih muda.
Meski demikian, Product Marketing Senior Manager Samsung Mobile Indonesia Selvia Gofar menegaskan bahwa hasrat membuat konten bukan saja didominasi oleh pengguna berusia muda. Tren media sosial sendiri sudah dipadati pengguna dari beragam lapisan usia, dan seharusnya perangkat seperti ini bisa membantu siapa pun yang ingin membuat konten yang baru dan unik.
Bila menengok ke peluncuran seri Galaxy lainnya yang diluncurkan sebelum S9, tren serupa terlihat pada Galaxy A8 dan A8 Plus pada pertengahan Januari lalu. Seri A yang memiliki rentang harga di bawah seri S pun makin naik tingkat, A8 dijual dengan harga Rp 6,5 juta, sementara A8 Plus seharga Rp 8,1 juta.
Terdapat perubahan kebiasaan dari Samsung sejak Galaxy A8, yakni hilangnya penyebutan tahun yang mengikuti nama seri, dilakukan sejak tahun 2016, diikuti oleh rentang harga yang mendekati kelas premium. Saat ponsel itu diluncurkan, konsumen akan bingung karena dengan harga Rp 8,1 juta untuk A8 Plus bisa digunakan untuk membeli Galaxy Note FE, ponsel kelas flagship yang diluncurkan meski terlambat, tapi tetap andal digunakan berkat pena stilus S-Pen mereka.
Perubahan lainnya, tidak lagi didengarkan penyebutan istilah ”Generasi A” yang selama ini dipakai Samsung untuk menyasar konsumen mereka sejak generasi pertama Galaxy A rilis tahun 2015. Kini namanya menjadi umum, yakni ”generasi milenial”.
Sebagai ponsel kelas menengah ke atas, Galaxy A8 mewarisi fitur andalan yang dimiliki ponsel premium dari Samsung, seperti rasio layar 18:9, sertifikasi perlindungan IP68 sehingga terhindar dari kerusakan akibat tercebur ke air ataupun terkena debu. Spesifikasi yang dimiliki pun cukup meyakinkan dengan kapasitas RAM 6 GB untuk A8 Plus serta sensor sidik jari.
”Selain fitur dan desain, kami mengharapkan agar produk ini bisa memikat generasi milenial dengan fitur tahan air serta keamanan data lewat pengenal sidik jari dan wajah,” ujar Denny Galant, Head of IT & Mobile Product Marketing SEIN, saat itu.
Pengalaman Kompas sewaktu mencoba ponsel itu selama beberapa minggu juga cukup positif. Galaxy A8 Plus cukup andal dan gegas untuk dipakai kebutuhan sehari-hari. Bentuknya pun cukup premium sehingga sering disebut mirip ponsel seri Galaxy S.
Guna memikat konsumen muda, Samsung memutuskan untuk memberi sepasang lensa kamera di Galaxy A8 ataupun A8 Plus tapi di bagian muka. Alasannya, generasi milenial suka mengekspresikan diri melalui swafoto yang diambil dengan kamera depan.
Diferensiasi
Langkah ini bisa diartikan sebagai upaya strategis Samsung dalam menguasai pasar ponsel melalui jajaran produk yang menyasar berbagai kebutuhan dan rentang harga. Selama ini ada jurang yang lebar antara seri flagship dan menengah. Dengan naiknya harga seri Galaxy A, diharapkan memberi ruang bagi seri lain untuk mengisi, seperti Galaxy J.
Khusus untuk seri Galaxy S9, menghadirkan opsi satu lensa kamera utama di S9 dan dua lensa kamera utama di S9 Plus memberikan kesempatan bagi konsumen untuk tidak hanya menimbang membeli produk berdasarkan harga semata. Mereka yang tidak terlalu suka dengan ponsel berukuran besar bisa memilih Galaxy S9, sementara pembuat konten yang ingin fungsi maksimal bisa memilih varian Galaxy S9 Plus.
Tidak lagi terjadi memilih varian yang lebih inferior hanya karena perkara dana yang mencukupi.
Ini sekaligus menjadi pesan, ”lensa kamera ganda bukanlah segalanya”. Samsung ingin membuktikan bahwa membuat gambar bagus bukanlah semata-mata karena kamera ganda, sesuatu yang tengah gencar dilakukan merek lain untuk mendongkrak produk mereka.
Pengaturan bukaan juga menjadi pesan Samsung lainnya. Bukaan besar seperti f/1.5 memang membantu gambar untuk diambil secara baik dan cepat dalam kondisi pencahayaan remang, tapi dengan mengorbankan detail sekeliling. Opsi lain pun dihadirkan melalui bukaan kecil, yakni f/2.4, yang bisa menangkap detail jika cahaya memungkinkan.
Jadilah Galaxy S9 sebagai ponsel dengan tujuan dan visi yang baru, diperkenalkan untuk konsumen yang lebih luas dan lebih muda. Keputusan ini bisa diartikan kepercayaan Samsung atas naiknya daya beli di konsumen muda, termasuk Indonesia.
Pertanyaan yang tersisa, peran seperti apa yang akan diemban oleh penerus Galaxy Note8 yang sedianya dihadirkan semester kedua tahun ini?