TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Satu-satunya tim Indonesia yang berlaga di Global E-Sports Championship: Indonesia Dota 2 Minor, Rex Regum Qeon, kalah 9-28 dari tim Eropa The Final Tribe. Kekalahan di babak perdelapan final itu sekaligus menyisihkan Rex Regum Qeon dari turnamen kelas dunia yang baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia itu. Minimnya pengalaman dan ketidakpercayaan diri menghadapi lawan dinilai sebagai penyebab utama.
Global E-Sports Championship (GESC): Indonesia Dota 2 Minor merupakan turnamen olahraga elektronik yang mempertandingkan gim Defense of the Ancient (Dota) 2 tingkat minor. Dalam gim Dota 2, dua tim yang terdiri dari lima orang beradu cepat meruntuhkan menara utama yang dikelilingi beberapa menara pertahanan di daerah kekuasaan lawan.
Penyerangan dilakukan oleh lima figur pahlawan atau hero yang dikendalikan oleh setiap pemain. Oleh karena itu, tantangan bagi tim adalah mengatur strategi pemberdayaan para hero agar mereka dapat bekerja secara optimal.
GESC: Indonesia Dota 2 Minor diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, 15-18 Maret. Turnamen ini diikuti delapan tim yang berasal dari tujuh wilayah.
Mereka adalah Natus Vincere dari Persemakmuran Negara-negara Merdeka pecahan Uni Soviet (CIS), Fnatic dari Asia Tenggara, Digital Chaos dari Amerika Utara, dan Infamous dari Amerika Selatan. Ada pula The Final Tribe (TFT) dari Eropa, VGJ Thunder dari China, Rex Regum Qeon (RR.Q) dari Indonesia, serta satu tim undangan, Evil Geniuses dari Amerika Utara. Mereka merebutkan total hadiah uang tunai 300.000 dollar AS atau setara Rp 4,1 miliar.
Kapten RR.Q Kenny ”Xepher” Deo (21) di Tangerang Selatan, Sabtu (17/3), mengatakan, timnya tidak percaya diri saat menghadapi TFT di perdelapan final. Timnya belum pernah berlaga di turnamen kelas dunia. ”Kejuaraan tertinggi yang pernah kami ikuti di tingkat Asia, yaitu Colorful Gaming Union 2017 di China” ujar Xepher seusai laga.
Sementara itu, TFT telah mengikuti tujuh kualifikasi turnamen internasional dan regional sejak akhir 2017. Pada Februari lalu, TFT meraih posisi ketiga dalam kualifikasi turnamen Epicentrum XL Eropa, selain itu juga menjuarai kualifikasi turnamen GESC: Indonesia Dota 2 Minor tingkat Eropa.
Pengalaman yang minim berakibat pada kurangnya konsentrasi dalam bermain. Sepanjang laga, RR.Q bermain pasif, tidak bisa menahan serangan bertubi-tubi TFT terhadap wilayah pertahanan mereka.
Pada menit kesepuluh, TFT sudah berhasil meruntuhkan 11 menara RR.Q. Sementara itu, RR.Q hanya mampu meruntuhkan dua menara TFT. Bahkan, hero-hero RR.Q beberapa kali dapat dibunuh oleh TFT. Akibatnya, RR.Q kehilangan banyak uang virtual untuk mengoptimalkan peran hero lain yang masih ada.
Kedigdayaan TFT tidak terbendung. Tim asal Eropa itu menyelesaikan permainan dalam waktu 30 menit. Sebanyak 28 menara RR.Q diruntuhkan, sedangkan RR.Q meruntuhkan sembilan menara TFT.
”Kami sangat gugup dan ketangguhan mental kami belum cukup,” ujar Xepher.
Yusuf ”Yabyoo” Kurniawan (24), pemain RR.Q, mengatakan, permainan mereka cenderung terkendali pada menit-menit awal, tetapi hanya bertahan sekitar lima menit.
Sisanya, kata Xepher, seluruh anggota tim bermain individual. Strategi-strategi yang telah disusun tidak bekerja. ”Padahal, hero-hero kami memiliki kemampuan yang lebih baik ketimbang TFT,” ujarnya.
Adapun hero yang dipilih oleh RR.Q, yaitu Warlock, Outworld Divourer, Batrider, Lion, dan Shadow Fiend. Adapun TFT memilih hero Tiny, Naga Siren, Disruptor, Death Prophet, dan Juggernaut.
Kekalahan RR.Q di perdelapan final sekaligus menyisihkan mereka dari (GESC): Indonesia Dota 2 Minor. Sebelumnya, mereka juga kalah dari Natus Vincere dan Infamous.
”Meskipun kalah, kami senang bisa lolos ke turnamen tingkat dunia,” ujar Xepher. Sebab, RR.Q merupakan satu-satunya tim dari Indonesia. Tim ini juga memiliki reputasi tinggi di dalam negeri. Sepanjang semester kedua 2017, RR.Q tidak pernah terkalahkan dalam turnamen apa pun di Indonesia.
Di laga lain, Natius Vincere menang atas Digital Chaos, 13-8. Kemenangan itu sekaligus membawa Natius Vincere dan TFT ke perempat final. Di perempat final, laga dilakukan dengan sistem battle of 3. Kemenangan setiap tim ditentukan dalam tiga babak.