Keinginan untuk selalu berbagi dan membuka diri kepada orang lain menjadi jiwa pasangan Aditya Murthiawan (48) dan Desiana Fachrini (47). Rumah mereka di kawasan Srengseng, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, tak lagi sekadar menjadi tempat tinggal, tetapi telah menjadi tempat untuk menyerap setiap energi baik yang datang mengetuk pintu dengan penuh sukacita.
Pasangan Aditya dan Desi sudah menempati rumah mereka di kompleks perumahan di kawasan Srengseng itu sejak tahun 2010. Rumah mereka kategori mungil, tidak memiliki ruang tamu yang memadai untuk menerima tamu-tamu yang datang. ”Dulu kita mikir, zaman sekarang orang namu (bertamu) jaranglah. Paling berapa orang. Ternyata, beberapa tahun kemudian prediksi kami salah,” ujar Aditya, Kamis (8/3) siang.
Anak pertama mereka, Darla Diva Adestya (19) yang kala itu masih duduk di bangku SMA, kerap mengajak teman-temannya bertandang ke rumah. Sekali datang jumlahnya bisa sampai 10-15 orang sehingga kerap tak muat di ruang tamu. Begitu juga saat pindah ke lantai atas. Dari situ Aditya lantas terpikir untuk memperluas rumah mereka agar bisa menerima tamu lebih banyak lagi.
Secara kebetulan, pemilik lahan kosong di sebelah rumah yang ternyata seorang dokter dan bertugas di Ambon menawari Aditya untuk membeli lahan tersebut. Lahan itu akhirnya mereka beli tahun 2015.
Dibantu temannya yang seorang arsitek, Aditya lantas merancang lahan sebelah rumah itu agar fungsinya sesuai dengan keinginan mereka, yaitu menjadi bagian rumah yang menghubungkan mereka dengan hobi mereka. Terutama Aditya yang adalah kolektor motor-motor tua, khususnya Vespa.
Aditya adalah Presiden Vespa 946 Owners Club Indonesia. Koleksi vespanya cukup banyak hingga membuat sesak pekarangan belakang rumah lama mereka. Sehari-hari, selain mengelola kantor akuntan publik dan konsultan keuangan, Aditya juga President Director Hirsch Bedner Associates (HBA), perusahaan desain interior yang berkantor di Amerika Serikat. Aditya mewakili kantor HBA di Jakarta.
Di lahan baru tersebut, Aditya membuat bangunan semacam pendopo yang fungsinya adalah sebagai tempat menerima tamu. Dia juga membangun garasi untuk vespa koleksinya, yang di bagian atasnya ditambah ruangan dengan konsep kotak mengambang.
”Fungsinya banyak. Kalau saya malas ngantor, saya kerja di situ. Yang kedua, kalau ada yang mau nginep, ada sofa bed. Yang ketiga, bisa jadi mushala. Di bagian atasnya hanya saya dak, fungsinya bisa untuk main kembang api, main layangan, juga barbeque,” kata Aditya.
Secara keseluruhan, lahan baru itu menghadirkan suasana terbuka dan asri dengan banyak tanaman hijau. Konstruksinya juga dibuat tinggi sehingga sirkulasi udaranya bagus. Gemericik air dari kolam kecil di dekat pendopo menambah kesan alami.
Terhubung dengan hobi
Sesuai keinginan Aditya dan Desi, keduanya sengaja menata bagian rumah baru mereka itu dengan saksama agar tetap terhubung dengan hobi mereka. Selain garasi yang menjadi rumah bagi koleksi vespa Aditya, di bagian pendopo, keduanya menghadirkan suasana semacam kafe dengan meja besar untuk makan-makan, piano, dan berbagai barang koleksi mereka.
Di sisi yang menjadi wilayah Aditya terdapat banyak barang koleksi berupa vintage toys, pelat-pelat nomor dari berbagai negara, papan nama lawasan, sampai sign board merek-merek produk terkenal.
Ada juga sebagian barang milik Desi yang dititip di sana, seperti koleksi cangkir dan piring-piring lawas serta gilingan kopi tua dari Belanda. Khusus di sisi yang menjadi wilayah Desi ada piano berwarna putih yang biasa dimainkan Desi hampir setiap hari di kala senggang.
Di bagian tengah ada foto keluarga bergaya pop art yang menjadi ikon seluruh bagian pendopo. Dua buah vespa tua yang dibangun Aditya menambah kesan lawas yang kuat. Kedua jenis vespa itu konon tidak masuk ke pasaran Indonesia. Aditya harus memboyong komponen-komponennya dari Bangkok dan Jepang.
Mayoritas barang-barang lawasan tersebut merupakan hasil perburuan Aditya dan Desi ke berbagai pasar loak. Keduanya memang selalu kompak meluangkan waktu untuk berburu barang lawasan bersama saat bertandang ke berbagai tempat, baik di dalam maupun luar negeri.
Hasil perburuan mereka itu menghiasi pendopo dan garasi. Bagi Aditya dan Desi, adalah sebuah kebahagiaan tersendiri berada di rumah yang dikelilingi barang koleksi yang menjadi kecintaan.
”Ini sebagian orang ngomong art deco. Tapi, kalau saya bilang, pakemnya lebih ke garasi. Jadi, saya coba ciptakan suasana garasi dan kafe. Beberapa teman bilang, namanya garage life, saya setuju. Itu yang benar, sih,” kata Aditya.
Hingga saat ini, fungsi rumah baru itu telah cukup memenuhi harapan Aditya dan Desi. Si bungsu Derynta Jannadhiya (14) yang kini masih duduk di kelas 3 SMP bisa leluasa mengajak teman-temannya untuk datang dan belajar bersama.
”Kalau Id 946 memang ini markasnya. Suka pada nyanyi- nyanyi. Pada geletakan, makan. Sarapan di sini, siang pulang. Kalau ketemunya di restoran, kan, waktunya suka terbatas. Kalau di sini unlimited, bisa sambil tidur-tiduran juga. Make your self at home aja modelnya,” kata Aditya.
Kalau ketemunya di restoran, kan, waktunya suka terbatas.
Para anggota Club Vespa Indonesia saat ini juga tengah getol menggelar rapat karena tahun 2020 Indonesia direncanakan menjadi tuan rumah Vespa World Days, yaitu di Bali. Ini, kata Aditya, akan menjadi sejarah karena akan menjadi acara vespa yang digelar di luar Eropa.
Beberapa saat lalu, teman-teman Aditya dan Desi juga menggelar reuni di rumah mereka. Tak sekadar makan-makan dan mengobrol, mereka juga membawa alat-alat untuk bermain musik. ”Reuni kecil, sih. Cuma pengin nyanyi bareng-bareng. Karena ada piano, lalu bikin panggung di situ, jadi bisa pada nonton juga,” ucap Desi.
Rapat-rapat keluarga besar juga kerap digelar di sana. Begitu juga dengan acara halalbihalal seusai Lebaran. Lebaran, selain menjadi kegiatan untuk kumpul keluarga besar, juga menjadi ajang untuk keluarga kecil mereka berkumpul. Saat ini Darla tengah menimba ilmu di Perancis.
Bagi Aditya, rumah tak lagi sekadar tempat tinggal, tetapi juga telah menjadi tempat untuk berbagi. ”Intinya sharing.
Kalau punya sesuatu yang bikin orang senang, kan, senang juga. Bisa lewat vespa dan berbagai barang yang ada di sini. Kebetulan yang datang ke sini taste-nya sama, jadi bisanya langsung merasa homey,” ujar Aditya.
Sementara bagi Desi, sebaik- baiknya rumah adalah rumah yang bisa menjadi tempat untuk berkumpul. Tak hanya bagi keluarga kecil mereka, tetapi juga keluarga yang lebih besar lagi. ”Menjadi tempat untuk saling bersilaturahim,” katanya. Rumah, bagi Aditya dan Desi, adalah tempat di mana seluruh energi baik terkumpul.