Asah Taktik Balap Rubik
Demam balap kubus atau ”speedcubing” yang juga dikenal dengan sebutan ”rubik’s cube” menghinggapi banyak anak muda, tak terkecuali di Jakarta. Pada tahun ini saja telah terselenggara enam kali kompetisi balap kubus yang rekornya tercatat secara internasional di Indonesia. Selain ajang kumpul, kompetisi sekaligus menjadi wadah asah taktik balap kubus.
Tak heran jika di setiap kompetisi balap kubus yang digelar sudah bisa dipastikan bakal diserbu oleh para pencinta rubik beragam usia. Seperti pada kompetisi Jakarta Mini Open 2018 ke-6 yang digelar di Jakarta pada 3-4 Maret lalu. Selama dua hari sejak siang hingga malam hari, pencinta rubik berdatangan untuk berkompetisi atau belajar beragam taktik baru penyelesaian balap kubus.
Penyelesaian kubus rubik agar menjadi satu warna di setiap sisinya memang tak bisa sekadar mengandalkan keberuntungan. Teknik-teknik menyamakan warna ini bisa dipelajari dari menyaksikan permainan sesama pencinta rubik di ajang kompetisi. Anak-anak muda ini juga bisa mempelajari teknik baru dengan bergabung di komunitas maupun menonton tutorial di kanal Youtube.
Kompetisi kali ini semakin seru karena dihadiri oleh para pemegang rekor balap kubus nasional maupun internasional. Pemegang rekor dunia 4x4x4 dan 5x5x5 blindfolded atau mata tertutup Kaijun Lin dari China yang turut terlibat dalam kompetisi tersebut, misalnya, tampak dikelilingi oleh para pencinta rubik. Dengan tenang, Kaijun mempertontonkan ketangkasan tangannya memainkan rubik
Kaijun memegang rekor dunia setelah mampu menyelesaikan rubik 4x4x4 dengan mata tertutup (1 menit:34 detik) dan 5x5x5 mata tertutup (3:46). Kali ini, ia tertarik untuk menjajal kompetisi balap kubus di Jakarta sembari menghabiskan libur Imlek. Apalagi, kunjungan ke Indonesia dipermudah dengan pelayanan bebas visa. ”Ini pertama kali ke sini. Aku sengaja ikutan kompetisinya. Butuh setidaknya 1-2 jam per hari latihan agar mahir,” kata Kaijun.
Dibandingkan balap kubus dengan mata terbuka, Kaijun mengaku memang lebih menggemari penyelesaian balap kubus dengan mata tertutup. Selain lebih menantang, ia dituntut lebih banyak belajar beragam metode berbeda untuk menyeragamkan warna rubik secepat mungkin ketika mata tertutup. Biasanya ia sudah menghafal langkah-langkah penyeragaman warna sebelum mata benar-benar ditutup.
Selain pemegang rekor dunia mata tertutup, pemegang rekor nasional mata tertutup pun juga terlibat dalam kompetisi ini. Ahsanul Insan Hamid mengantongi rekor nasional multiple blindfolded 3x3x3 mata tertutup (1 jam), 4x4x4 mata tertutup (3:38), serta 5x5x5 mata tertutup (11 menit) ”Kami hafalin dulu. Kami merencanakan apa yang akan dilakukan, baru tutup mata, lalu selesaikan,” tambah Ahsanul.
Disiplin waktu
Ahsanul mulai jatuh hati pada permainan balap kubus sejak duduk di bangku kelas IX SMP pada 2003. Kala itu, ia sekadar iseng membeli rubik di toko mainan. ”Senang jadi hobi lalu ketagihan. Semenjak senang itu, lalu cari komunitas di media sosial dan gabung dengan komunitas rubik Indonesia. Lalu, tahu ada lombanya. Senang cabang mata tertutup dan fokus di situ,” ujar Ahsanul.
Kunci utama agar bisa memecahkan rekor balap kubus, menurut Ahsanul, terletak pada disiplin waktu. Di tengah kesibukan sebagai mahasiswa, ia fokus latihan rubik hanya pada akhir pekan. Latihan dilakukan dengan menstimulasi sebuah kompetisi dengan program acakan di komputer. Sekali latihan, misalnya, ia belajar sekitar 20 acakan rubik di komputer.
Di hari biasa, hanya rubik 3x3x3 yang dibawa ke mana-mana dan selalu dimainkan di tangan sembari melakukan kegiatan lain. Demi mendukung hobi balap kubus, ada lebih dari 50 rubik yang dimiliki. Semakin mahal dan bagus kualitas sebuah rubik, semakin enak ia dimainkan. ”Latihan harus berkali-kali. Harus disiplin. Kalau enggak disiplin, ya, waktunya pasti turun, kami balas lagi dengan latihan yang lebih banyak,” tambahnya.
Disiplin latihan juga menjadi kunci sukses balap kubus bagi Vincent Hartanto Utomo, pemegang delapan rekor nasional. Vincent mulai berkenalan dengan rubik untuk pertama kalinya pada pertengahan 2009 ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Dari sekadar iseng membeli di toko mainan, mencoba memainkannya dengan cara putar-putar secara asal-asalan, hingga tertantang karena kesulitan dalam menyamakan warna.
Keisengan itu berubah menjadi kesenangan ketika akhirnya Vincent bisa menyelesaikan permainan rubik dengan belajar teknik yang bisa dilihat di Youtube. ”Menarik saja, belajar sesuatu yang baru. Ketemu trik baru. Menemukan trik ini seru aja. Harus mau latihan. Belum tentu sehari langsung bisa dan enjoy. Kalau enjoy, tiap hari kita bakal latihan,” kata Vincent yang antara lain memegang rekor nasional rubik 3x3x3 (5,69 detik), 4x4x4 (23 detik), dan 5x5x5 (49 detik).
Asah memori
Tak sekadar bersenang-senang, hobi balap kubus ternyata punya banyak keuntungan tambahan. Dari asah rubik pula, Vincent menemukan kecintaannya pada teknik penyelesaian masalah dalam balap kubus. Teknik penyelesaian masalah yang menjadi inti balap kubus ini serupa dengan inti pelajaran matematika sehingga ia akhirnya memutuskan mengambil jurusan matematika di jenjang kuliah.
Pada kompetisi kali ini, Vincent mengikuti semua cabang yang dimainkan. Delapan cabang perlombaan tersebut ialah 3x3x3, 2x2x2, 4x4x4, dan 3x3x3 blindfolded, skewb, pyraminx, square-1, dan multiple blindfolded. ”Intinya problem solving. Mungkin relate kenapa aku ambil matematika. Makin jago makin kelihatan bahwa intinya di problem solving,” ujar Vincent.
Meski memegang rekor nasional, baik Vincent maupun Ahsanul sempat bosan dengan permainan balap kubus. Jika Vincent memilih berhenti sejenak bermain kala bosan menghampiri, Ahsanul pernah vakum dari kompetisi balap kubus dalam waktu cukup lama pada 2012-2016. Namun, rasa kangen tiba-tiba kembali menghinggapi sehingga ia memutuskan kembali bertanding dan bergabung dalam komunitas.
Selain kebanggaan meraih rekor nasional, Ahsanul pun mendapat keuntungan lebih dari hobi balap kubus. Apalagi, di cabang balap kubus dengan mata tertutup, otomatis ketajaman memori pun bakal terasah. Keterampilan memutar rubik juga berpengaruh besar untuk asah motorik kasar dan refleks. ”Belajar nambah teman, belajar bagaimana atmosfer kompetisi. Bagaimana melawan teman dan diri sendiri. Tantangannya, ya, memperbarui rekor,” katanya.
Nusantara Speedcubing Association sebagai komunitas balap kubus resmi di bawah naungan World Cube Association mencatat telah merangkul 1.900 anak remaja dan orang dewasa yang bersaing secara kompetitif sehingga menghasilkan dua rekor dunia, belasan rekor Asia, dan ratusan rekor nasional. Yusuf Abdul Qohhar, Ketua Panitia Jakarta Mini Open 2018 dan anggota Nusantara Speedcubing Association, menyebut bahwa setiap ajang kompetisi balap kubus selalu menyedot tingginya minat. Peserta Jakarta Mini Open 2018 kali ini, misalnya, ada lebih dari 100 orang.
Jika dilihat dari jumlah kompetisi yang diselenggarakan, Indonesia masih cenderung kalah dibandingkan negara lain. Amerika Serikat mencatat tiga kompetisi balap kubus setiap pekannya. ”Kita aktif menggelar kompetisi karena memang diakui secara internasional. Komunitas rubik mencatat secara detail rekor dan update-nya. Ada gengsi tersendiri. Ada gengsi antarnegara juga. Supaya rekor-rekor tercipta,” tambah Yusuf.
Dari sekadar isi waktu luang, hobi balap kubus menghasilkan pemain-pemain profesional dengan kemampuan lintas batas negara. Mau sekadar senang-senang atau super serius, rubik nyatanya asyik untuk mengasah taktik dan kemampuan. Dari rubik, hati jadi gembira, motorik terasah, dan kepiawaian menyelesaikan masalah pun tak lagi diragukan. Dunia terasa lebih asyik bersama rubik.