Geliat Pendatang Baru
Pilihan warna Allea adalah warna-warna pastel lembut yang dikemas menjadi berbagai macam busana, mulai dari rok, celana panjang, terusan, blus, luaran (outer), hingga pasmina dan kerudung segi empat. Allea sebenarnya tidak menutup diri hanya sebagai busana muslim. Label ini ditujukan sebagai mode bersahaja (modest fashion) yang juga bisa dikenakan tanpa hijab. ”Busana, kan, enggak punya agama,” kata Itang.
Meneduhkan
Selain aspek ekonomis, diakui Itang, melalui Allea pihaknya ingin memberi kontribusi bagi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Itang melihat, saat ini kondisi masyarakat Indonesia banyak diwarnai pertentangan, merasa benar sendiri, sekaligus saling membenci. ”Saya ingin meneduhkan semuanya lewat busana,” kata Itang.
Misalnya, lewat pemilihan warna-warna yang lembut atau motif-motif yang filosofis. Motif lanskap Indonesia, motif garis- garis vertikal dan horizontal, atau motif lukisan keretakan dirancang Itang dengan maksud-maksud tertentu.
Motif garis-garis horizontal dan vertikal, menurut dia, melambangkan hablumminannas atau hubungan antar-manusia dan hablumminallah atau hubungan manusia dengan Tuhan. ”Meski kita ber-Tuhan dengan pilihan masing-masing, kita harus tetap baik dengan sesama manusia,” kata Itang.
Motif lanskap Indonesia dengan visualisasi sawah dan pegunungan melambangkan Indonesia yang penuh dengan keindahan, yang bisa diolah untuk kesejahteraan lebih banyak orang. Sementara motif lukisan keretakan, menurut Itang, merupakan gambaran dari hubungan masyarakat saat ini yang retak-retak karena adanya berbagai pertentangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
”Saya ingin Allea bisa memberi sesuatu. Saya ingin memberi makna lewat koleksi busana ini,” kata Itang, Direktur Kreatif Allea Itang Yunasz.
Sebagai strategi, gerai-gerai Alzara lebih dulu didirikan di wilayah timur Indonesia, seperti Makassar, Pare-pare, dan Jayapura, seperti disampaikan Yunita Susanti, CEO Allea Itang Yunasz. Pasar di sini prospektif, tetapi masih jarang disentuh pelaku bisnis. Ke depan, Allea berencana mengembangkan pasar ke Malaysia dan Brunei.
Membuana
#Markamarie juga menempatkan busananya sebagai modest fashion yang bisa dikenakan tanpa hijab. #Markamarie sebenarnya ingin menjadikan diri sebagai platform multibrand yang menghimpun desainer-desainer muda Tanah Air yang ingin terjun ke bisnis modest fashion dan melebarkan sayap ke dunia internasional.
Dengan pengalaman dan jaringannya di dunia modest fashion week di beberapa kota di dunia, Franka berharap bisa berbagi pengetahuan itu kepada para desainer muda. ”Aku ingin mengajak label-label dan desainer lain, ayo deh masuk lingkaran aku. Sekalian mentoring juga untuk masuk pasar internasional. Namun, karena responsnya maju mundur, daripada kelamaan menunggu, lebih baik kami kasih contoh dulu,” ungkap Franka, mitra pendiri (co-founder) jaringan modest fashion week di beberapa kota di dunia.
Akhirnya, bersama timnya yang terdiri atas tiga desainer, Franka mengeluarkan sejumlah label di bawah #Markamarie, yakni Rivasso, Rosy, The Official, Subway 1929, Alania, dan Lara. Label-label ini dikategorikan berdasarkan jenis produk. Misalnya, Rosy untuk koleksi yang bernuansa feminin, Rivasso untuk koleksi yang bergaya elegan, atau Subway 1929 untuk gaya street wear.
”Pengelompokan lebih didasarkan ke karakter pengguna,” kata Hanifa Ramadhanti, production executive sekaligus desainer organik (in-house)dari #Markamarie.
Selain Hanifa, label-label organik(in-house) #Markamarie ini juga digarap oleh Wulan Anggraeni dan Stefy Wulania. Meski memiliki kategori sendiri-sendiri, secara umum label-label di bawah #Markamarie diarahkan bergaya chic, modern, dan elegan.
Selain label-label organik, saat ini juga sudah bergabung label-label lain, baik lokal maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri ada label Masqa dan Shajna, sedangkan dari luar negeri ada label Farbe karya desainer Jepang, serta beberapa label lain dari Inggris dan Amerika Serikat yang menurut Franka akan bergabung dengan #Markamarie. Misalnya, Fllumae dari AS yang koleksinya sempat dikenakan oleh Liv Tyler dan telah muncul di beberapa majalah mode internasional ternama.
Farbe dari HUW Roman Tokyo karya desainer Hiroko Maeomasu menawarkan potongan simpel dengan bahan dan jahitan yang berkualitas baik. Meskipun Hiroko berasal dari Jepang, proses produksi tetap dilakukan di Jakarta agar memberi dampak langsung pada perekonomian lokal. Hiroko mengaku bahwa dirinya naik kendaraan umum saat pergi ke Pasar Tanah Abang untuk mencari bahan-bahan yang ia inginkan untuk membuat koleksinya.
Menurut Franka, dirinya sengaja memilih Jakarta sebagai basis #Markamarie dan bukan kota lain di negara lain. ”Kenapa aku pengin bikin #Markamarie di Jakarta. Sebab, aku ingin the house of best brand starts here,” kata Franka yang lebih sering tinggal di Turki.
#Markamarie selain dipasarkan secara daring, juga ditawarkan lewat toko-toko yang akan dibuka dalam waktu tidak terlalu lama. Menurut Franka, biasanya orang butuh mencoba secara langsung sebelum membeli secara daring karena telah mencoba langsung baju yang akan dibeli. Selain di Jakarta, #Markamarie juga tengah membuka gerai pop-up (sementara) di Dubai.