Konsep Masa Depan Nissan Menyerbu Asia
Pergeseran teknologi yang terus bergerak maju menuntut pelaku industri turut bergerak mengikuti perkembangan, tak terkecuali teknologi mobil listrik. Salah satu produsen raksasa otomotif dunia yang menggarap serius pasar mobil listrik ini adalah Nissan Motor Co Ltd,
Isu lingkungan, seperti pemanasan global akibat emisi kendaraan berbahan bakar fosil, polusi industri, dan cadangan energi fosil yang makin terbatas, turut memacu produsen mendorong elektrifikasi kendaraan. Perubahan dari kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik menjadi keniscayaan.
Perubahan itu terasa makin dekat dalam acara Nissan Futures yang berlangsung di Marina Bay Sands, Singapura, 6-7 Februari 2018. Nissan Futures menjadi ajang pembahasan pergeseran dalam teknologi, sosial, dan ekonomi di kawasan Asia dan Oseania, sekaligus membahas potensi pengembangan dan implementasi kendaraan listrik.
Studi oleh konsultan riset Frost and Sullivan yang disponsori Nissan menunjukkan, satu dari tiga konsumen di Asia Tenggara yang berencana membeli mobil terbuka untuk membeli mobil elektrik. Temuan ini menunjukkan potensi kuat wilayah itu terkait elektrifikasi mobil.
Adapun penelitian konsumen di Singapura, Indonesia, Thailand, dan Filipina menunjukkan, 37 persen calon pembeli terbuka untuk mempertimbangkan kendaraan listrik. Pelanggan di Filipina, Thailand, dan Indonesia paling antusias pada mobil listrik.
Pada kesempatan tersebut, Nissan juga memperkenalkan konsep masa depan mobil listrik Nissan, yaitu Nissan Intelligent Mobility, yang mengusung konvergensi antara Nissan Intelligent Driving, Nissan Intelligent Power, dan Nissan Intelligent Integration.
Manifestasi konsep Nissan Intelligent Driving mengacu pada fitur semi-swakemudi ProPilot, ProPilot Park, dan penunjang keselamatan, seperti fitur pencegah tabrakan dengan bantuan 4 kamera dan 12 sonar pada New Nissan Leaf.
Sementara Nissan Intelligent Power menekankan pada dapur pacu New Leaf yang torsinya diklaim meningkat 15 persen dan tenaganya melonjak 40 persen dibandingkan generasi Leaf sebelumnya. Daya jelajah Leaf baru ini menjadi 400 kilometer pada kondisi baterai tercas penuh.
Nissan Intelligent Integration fokus pada aspek ekosistem mobil listrik tersebut. New Leaf didesain lebih ramah pengguna yang ditunjang teknologi yang mampu diakses melalui gawai, seperti menghidupkan penyejuk ruangan dari luar mobil.
Fitur yang tak kalah penting bagi mobil listrik adalah informasi status pengisian baterai dengan gawai, pencarian lokasi pengisian baterai, dan proses pengisian yang lebih cepat.
Uji kendara
Hari kedua acara Nissan Future, rombongan media berkesempatan menjajal tiga mobil Nissan yang menggambarkan pergeseran dari mobil konvensional ke elektrifikasi penuh.
Mobil pertama yang kami coba adalah Nissan Note bermesin bensin konvensional, dilanjutkan Nissan Note e-Power berteknologi hibrida, dan New Nissan Leaf yang murni mobil elektrik.
Pengetesan dilakukan di trek Centre of Excellence for Testing and Research of Autonomous Vehicle (Cetran) di dalam kompleks Nanyang Technological University (NTU) Singapura.
Pada Note e-Power, kami hanya berkesempatan mencoba mode pengendaraan normal dan eco mode, tanpa mode sporty karena keterbatasan trek. Mode eco memberikan akselerasi yang moderat untuk hemat energi.
Mesin bensin Note e-Power berkapasitas 1.200 cc hanya berfungsi sebagai generator penyuplai daya untuk mesin listrik dengan keluaran tenaga 80 kilowatt atau setara 109 HP. Torsi maksimum 254 Nm (Newton meter) cukup terasa mendorong tubuh Anda meski di trek pendek.
Adapun e-Pedal pada New Leaf bertujuan mengurangi kelelahan pengemudi. Dengan pedal itu, pengemudi bisa mempercepat, memperlambat, dan menghentikan mobil tanpa pedal rem.
Pasar Indonesia
New Nissan Leaf akan mulai dijual di tujuh pasar di Asia dan Oseania, yaitu di Australia, Hong Kong, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand. Menurut Yutaka Sanada, Regional Senior Vice President Nissan Motor Co. Ltd, pihaknya juga membidik pasar Indonesia dan Filipina.
Sanada menambahkan, pihaknya tengah mengkaji pasar Indonesia dan Filipina menjelang peluncuran New Nissan Leaf ini. Sejak peluncurannya pada 2010, Leaf diklaim menjadi mobil listrik terlaris di dunia dengan angka penjualan lebih dari 300.000 unit.
”Peluncuran yang nantinya dilakukan di banyak negara Asia dan Oseania merupakan perwujudan komitmen kami sebagai pemeran utama dalam elektrifikasi mobil di wilayah yang dinamis, dan untuk menghadirkan mobilitas masa depan dalam waktu singkat,” ujar Sanada.
Tampaknya tak hanya Nissan, sejumlah produsen otomotif global lain yang telah menelurkan produk mobil listriknya masih akan menunggu kebijakan dan regulasi resmi dari pemerintah terkait insentif untuk mobil low carbon emission vehicle (LCEV) tersebut.
Menurut Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian RI Harjanto, yang juga hadir sebagai salah satu panelis pada acara Nissan Futures, Pemerintah Indonesia sedang dalam proses mengatur regulasi baru terkait kebijakan pajak bersama kementerian terkait.
”Kami mencoba mengurangi harga mobil listrik, bahkan 30 persen dari mobil biasa. Agar mobil kompetitif, kami harus mengurangi import duty. Kami sudah melakukan kerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) membangun charging station dimulai Jakarta dan beberapa kota lainnya,” imbuhnya. Harjanto menambahkan, pemerintah menargetkan populasi mobil listrik pada tahun 2025 mencapai 20 persen. Kita harapkan saja semoga saja target ini dapat tercapai. (RIZA FATHONI)