Seruput Potret Diri dalam Kopi Sambil Nikmati ”Virtual Reality”
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
Lisna Santi Tungga Dewi (24) bisa menikmati virtual reality (VR) dengan melihat video lucu, film, video klip musik, dan lainnya dengan bantuan perangkat VR box. Sesekali ia juga menyeruput kopi yang ia pesan.
Itulah cara berbeda menikmati secangkir kopi di Rumah Kopi, Jalan Mastrip, Lamongan, Jawa Timur, Senin (26/3/2018). Meminum kopi dengan cara tak biasa dengan suasana yang berbeda. Bahkan, pengunjung bisa menyeruput potret diri serasa menyeruput wajah sendiri saat menikmati kopi selfie.
Ya, karena dalam kopi yang disuguhkan ada gambar wajah sendiri yang cukup jelas. ”Ini berasa berbeda, seperti meminum diri sendiri. Eman sebenarnya kalau diminum,” kata Nur Laili (21) yang menyeruput wajahnya sendiri pada secangkir kopi.
Rumah Kopi bukan hanya untuk nongkrong anak sekolah, mahasiswa, dan kawula muda atau kaum milenial. Kontraktor proyek atau konsultan bisa memanfaatkannya untuk berdiskusi santai dengan klien atau sekadar nongkrong.
Varian produk yang ditawarkan cukup variatif, mulai kopi dari Aceh sampai Brasil yang dilengkapi tempat pembuatan kopi, mokapot, dan lainnya. Harganya relatif murah dibandingkan tempat ngopi di Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta.
”Buat tempat bersantai sambil berselancar internet asyik karena jaringan Wi-Fi-nya cepat. Rasa kopi aceh gayo yang terasa istimewa,” kata M Andika (35), warga Gresik.
Pengelola Rumah Kopi, Sony Wijaya (32), mengatakan, alat VR itu baru datang Minggu (24/3) sebanyak 10 unit. Cara meminum kopi seperti yang ia tawarkan belum ada di Indonesia.
”Kami ingin memberikan kesan berbeda. Video 360 derajat juga kami persiapkan agar nantinya pengunjung merasakan sensasi berbeda,” kata suami Irma Mei Sevanti itu.
Nantinya, pengunjung bisa seolah-olah menikmati suasana band, minum kopi tapi berasa di laut, di hutan atau di gunung. Video itu menjadi semacam hiburan sambil menikmati kopi. Pengunjung seolah menikmati kopi tiga dimensi dan empat dimensi.
”Nanti juga terhubung dengan hologram. Sementara ini pengunjung bisa menikmati hiburan melalui kanal Youtube atau kanal entertainment lain yang terinstal di ponsel masing-masing,” ujar pria yang unjuk kepiawaiannya sebagai barista di Ajang Indonesia Mencari Bakat sesi 3 itu.
Upaya mengemas minum kopi dipadu dengan hiburan seperti itu untuk kembali mendongkrak omzet yang menurun hingga 20 persen. Selain di Lamongan, muncul banyak tempat nongkrong atau ngopi. Ia membaca kecenderungan masyarakat lebih suka pada kemasan dari luar. ”Makanya harus terus ada inovasi,” kata pria asli Lamongan, kelahiran 12 Mei 1986 itu.
Saat awal, ia menawarkan kopi selfie. Omzet per hari bisa mencapai Rp 4 juta sampai Rp 5 juta. Pangsa pasarnya anak-anak muda yang gemar berswafoto dan mengunggahnya ke media sosial. Seiring perjalanan waktu tren itu turun karena pola serupa ada di sejumlah kota.
Omzet mulai anjlok hingga menjadi Rp 1 juta-Rp 2 juta per hari. Virtual reality dan kopi empat dimensi yang ia tawarkan menjadi upaya memberikan warna berbeda orang ngopi.
Menurut Sony, kopi selfie mulai diluncurkan setelah Lebaran tahun lalu, lalu menjadi tren di kalangan anak muda dari Lamongan dan sekitarnya hingga Surabaya. Harganya cukup terjangkau, Rp 18.000 per porsi, termasuk ada fasilitas gambar selfie-nya.
Bukan hanya bergambar wajah atau potret diri, pengunjung juga bisa memesan kopi bergambar motif satwa, daun, atau motif bunga.
”Kami ingin pengunjung merasakan kopi premium ala ngopi di Eropa, Amerika, Jakarta, Singapura, Hongkong, dan Taiwan. Tetapi ini ada di kota kecil Lamongan,” kata mantan bartender di Colours, Shangrila, JW Marriot, dan Excelso itu.
Ayah dari Revander Julio, Keyla Ruzki, dan Keysa Almira Saki itu mengatakan akan terus berinovasi agar orang punya pengalaman lain saat ngopi. Ia berharap kopi VR empat dimensi yang digagasnya bisa menjadi tren tersendiri orang menikmati kopi.