Tantangan Olah Wastra
Menyesuaikan motif batik dengan potongan busana adalah salah satu hal yang paling sulit dilakukan. Namun, menurut Wilsen, dibutuhkan keberanian untuk memotong batik. ”Kalau di masa depan saya bakal pakai batik lagi, termasuk yang bermotif klasik, saya tetap akan membuat batik yang bekerja untuk saya. Bukan saya yang mengalah,” kata Wilsen.
Ia mengaku bisa bebas bereksplorasi karena ini bukan merupakan proyek ”cari uang”-nya. Ia juga dibebaskan untuk membuat apa pun yang dikehendaki. Selain baju, Wilsen juga membuat sepatu-sepatu dari bahan batik yang sama dengan yang digunakan untuk baju sebagai padu padan.
Mempertahankan motif
Auguste Soesastro melalui labelnya, Kraton, juga membawa kesegaran lewat koleksi terbarunya yang berkolaborasi dengan Iwan Tirta Private Collection. Auguste berhasil mempertahankan karakter rancangannya tanpa harus mendistorsi batik koleksi Iwan Tirta yang banyak menampilkan motif-motif dalam ukuran besar.
Kondisi ini diakui Auguste, yang tidak menyukai ornamentasi, menjadi kendala tersendiri. Kain yang dia peroleh rata-rata juga berukuran panjang maksimal 3 meter dan bukan 5 atau 6 meter dengan lebar seperti biasanya kain batik yang tidak seberapa lebar.
”Kain Iwan Tirta itu karakternya kuat. Motifnya juga besar sekali. Kebetulan bapak saya teman almarhum Iwan Tirta, jadi saya sedikit tahu sifat dan seleranya. Beliau paling tidak suka kalau batiknya dipotong tidak karuan atau dipayet. Jadi, saya mempertahankan kebersihan itu untuk menghormati Iwan Tirta, tetapi juga tidak kehilangan karakter saya,” kata Auguste.
Kadang-kadang Auguste dan timnya harus mengubah pola atau menggugurkan ide dan menggantinya dengan ide lain karena dirasa tidak memungkinkan diaplikasikan ke kain. Itu sebabnya ia sempat menghabiskan waktu cukup lama, hampir tiga bulan, untuk mempersiapkan 18 busana dari target awal 20 busana dalam koleksinya kali ini. Proses pemotongan juga dikerjakan di studio oleh tim kreatifnya dan bukan di bengkel kerja oleh tukang potong seperti biasanya.
Jadilah kemudian koleksi Kraton berupa, antara lain, baju panjang tanpa lengan atau lengan pendek, rok panjang lebar, jumpsuit, baju panjang dengan kerah melingkar leher (halter neck), dan gaun pendek dengan lidah di bagian belakang yang menyapu lantai. Meski berusaha menampilkan motif secara utuh, tampilan keseluruhan busana tetap terlihat modern dengan potongan simpel, tegas, dan bersih.
Dengan kondisi yang membatasi, di sisi lain memberi tantangan tersendiri bagi Auguste. Ia dan timnya terdorong melakukan riset untuk mencari tahu cara menyiasati situasi yang dihadapinya. ”Kami jadi buka-buka buku lagi. Kira-kira kalau dress maker di Eropa menghadapi ini, bagaimana mereka mengatasinya. Benar-benar menantang. Namun, sayangnya, memakan waktu karena kami juga harus menyelesaikan pesanan lain yang juga sudah masuk sebelumnya,” ungkap Auguste.
Lebih feminin
Amanda Indah Lestari lewat labelnya, Lekat, masih tetap setia dengan tenun baduy yang ia pilih sebagai ciri khasnya sejak pertama terjun ke dunia mode. Jika biasanya koleksinya bernuansa berat dan maskulin, kali ini koleksi Lekat terlihat lebih ringan dan ceria dengan warna-warni yang cerah, seperti merah, kuning, hijau, dan baby blue, selain hitam dan garis-garis hitam putih.
”Perempuan Lekat itu feminin dan gesit, bisa melakukan apa saja. Itu pesan yang ingin saya sampaikan,” kata Mandy.
Blazer, blus, jaket hoodie (jaket bertudung), straplessdress (gaun tanpa kait pundak), rok, celana panjang, dan kemeja dari bahan tenun baduy dipadukan dengan bahan organza yang diolah khusus. Material organza ini memberi kesan ringan, transparan, dan unik karena dibuat menjadi bergelombang atau keriput.
”Dengan teknik fabric manipulation (manipulasi kain), bahan organza ini jadi seperti ada tekstur gelembung-gelembungnya,” kata Mandy.
Teknik ini membuat material lebih bervolume sehingga diperlukan pemikiran khusus agar pemakai yang berukuran tubuh besar tidak terlihat semakin besar. Penggunaan material lain yang secara tampilan jauh berbeda dengan tenun baduy serta didukung warna-warna yang cerah membuat koleksi Lekat secara keseluruhan terlihat muda dan segar.
Seperti Wilsen Willim, Mandy juga baru saja mengikuti pameran dagang dalam rangkaian Paris Fashion Week 2018. Meski pameran dagang, koleksi yang boleh ditampilkan harus melewati kurasi yang cukup ketat. Dalam satu ruangan, biasanya terdapat 10 desainer dari banyak negara. Sejumlah calon pembeli yang menghampiri stan Mandy rata-rata tertarik pada bahan tenun baduy yang mereka nilai unik.