Perusahaan Berlian Incar Kelas Menengah Baru Indonesia
Oleh
DD13
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Perusahaan berlian mengincar kelas menengah baru yang semakin bertambah di Indonesia. Bertambahnya kelas menengah di Indonesia sejalan dengan meningkatnya tren untuk membeli batu mulia.
Data dari situs World Bank yang dirilis pada tahun 2017 menyebutkan, terjadi penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia dalam dua dekade terakhir. Saat ini, satu dari lima orang Indonesia masuk dalam kelompok kelas menengah. Dengan demikian, sebanyak 52 juta masuk ke dalam kelas menengah yang berkontribusi pada 43 persen dari total konsumsi rumah tangga di Indonesia.
Chief Executive, Forevermark, Stephen Lussier, di sela media lunch terkait peluncuran perdana produk Forevermark di Indonesia, Jakarta, Rabu (11/4/2018), menyatakan, kelas menengah baru di Indonesia merupakan generasi muda. Mereka memiliki ketertarikan untuk membeli berlian dan memakainya sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari.
“Meningkatnya jumlah pekerja perempuan, membuat mereka mandiri secara ekonomi,” ujar Lussier. Forevermark adalah merek berlian dari The De Beers Group of Companies. The De Beers merupakan koorporasi internasional di bidang pencarian, penambangan, penjualan, dan pengolahan berlian asal Inggris.
Kemandirian tersebut membuat mereka memiliki kebebasan untuk membeli perhiasan sendiri. Selain itu, berlian juga tidak lagi dipakai untuk acara khusus.
Masyarakat saat ini memadukan berlian tidak hanya dengan baju resmi, tetapi dengan baju bernuansa kasual, seperti kaos dan celana jins. Kecenderungan itu dinyatakan sebagai suatu pernyataan oleh pemakainya, sekalipun ia mengenakan busana santai, berlian menunjukkan status dan kebanggaan mereka.
Tren memadukan berlian dengan busana kasual tersebut membuat adanya preferensi desain berlian di pasaran. Desain berlian yang kecil, sederhana, dan terkesan tanpa batas waktu (timeless) lebih diminati.
Chief Operating Officer PT Central Mega Kencana (CMK), Petronella Soan, menyatakan, penjualan perhiasan dengan berlian di Indonesia didominasi oleh cincin hingga 40 persen. Perhiasan lain yang diminati oleh liontin dan anting berlian.
Petronella menyatakan, tren penjualan perhiasan di Indonesia justru meningkat beberapa tahun terakhir. Kondisi itu terlihat dari penambahan jumlah toko yang dimiliki CMK.
CMK kini memiliki 52 butik yang menjual empat merek, yaitu Mondial dengan harga kisaran Rp 100 juta per produk, Miss Mondial dan Frank and Co. Rp 20 juta per produk, serta The Palace Rp 12 juta per produk.
“Kecepatan ekspansi butik kami baru selama 10 tahun terakhir. Dulu perhitungan saya hanya menambah satu toko setahun, tetapi dalam tiga hingga empat tahun terakhir kami menargetkan membuka 10 toko dalam setahun,” tuturnya.
Menurut dia, belakangan terdapat banyak kejadian dimana toko retailer perhiasan tutup. Tetapi, hal itu tidak akan terjadi di Indonesia. Perusahaannya meraih pertumbuhan penjualan mencapai 20 persen.
Jakarta masih menjadi pasar penjualan perhiasan terbesar di Indonesia. Adapun kota lainnya yang memiliki banyak peminat perhiasan berlian adalah Bali, Balikpapan, Bandung, Bogor, Manado, Medan, Makassar, Samarinda, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, dan Yogyakarta.
Lussier menyebutkan, secara umum, pasar berlian masih luas. Amerika Serikat masih menjadi konsumen utama. Kendati demikian, muncul juga pasar baru, seperti China, India, Jepang, dan Turki.
Ia meyakini, industri berlian akan terus bertahan ke depannya. Forevermark, misalnya, memiliki nilai ritel 750 juta Dollar AS dan pertumbuhan pendapatan rata-rata 20 persen setiap tahunnya.
“Kami menargetkan pertumbuhan terus di angka 20 persen selama lima tahun ke depan,” kata Lussier. Ia optimistis dengan hal tersebut, kendati hasil pertambangan semakin menurun dan semakin banyaknya berlian sintentik yang dihasilkan.
Industri berlian dinilai akan terus stabil ke depannya walaupun produksi tambang menurun. Generasi milenial menjadi pasar baru sehingga Forevermark masuk ke Indonesia. Ada kecenderungan berlian diminati bukan hanya karena dipakai di kesempatan istimewa, tetapi juga untuk sehari-hari.
Ikatan emosional
Dalam mempromosikan penjualan berlian, perusahaan berlian mencoba membangun ikatan emosional antara pembeli dengan produk. Salah satu upaya tersebut, menurut Brand Manager Forevermark di Indonesia, Devi Chayadi, produk Forevermark menekankan tiga indikator lain selain 4C (carat weight, cut, color, dan clarity).
“Indikator itu adalah proud, rarity, commitment, dan responsibility,” kata Devi. Tanggung jawab (responsibility) berarti perusahaan menyertakan asal usul berlian yang dibeli konsumen. Forevermark misalnya, menekankan bahwa berlian yang diperoleh dari tambang legal dan perusahaan mengadakan program pemberdayaan perempuan sekitar tambang.
Menurut Lussier, metode tersebut efektif karena generasi milenial saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka lebih mementingkan asal usul produk yang mereka pakai. (DD13)