Rumah Cinta Manoj Punjabi
”Di rumah ini kami banyak tertawa. Kami akan selalu berupaya sebaik yang kami bisa lakukan, bersabar, dan sesering mungkin saling memeluk. Kami juga akan selalu berbicara jujur dan memegang janji. Kami memang melakukan kesalahan, tetapi untuk itu kami akan selalu berusaha memaafkan. Kami pantang menyerah, akan selalu berupaya bersenang-senang, serta saling mencintai.”
Begitu kurang lebih terjemahan bebas kalimat-kalimat bijak berbahasa Inggris yang tertulis besar-besar dan terpampang di dinding, menghadap tangga dari dan menuju lantai dua rumah kediaman produser film dan sinetron tenar, Manoj Punjabi.
Kalimat-kalimat tadi bermakna sangat dalam dan diyakini merepresentasikan keluarga Manoj. Menurut sang istri, Shania Lakhaiani, dirinya secara khusus memang mencari pesan-pesan bijak lewat internet untuk kemudian dia jadikan sebagai prasasti yang menginspirasi, khususnya bagi ketiga anak mereka, Sairaa Punjabi (17), Nayla Punjabi (13), dan Rehaan Punjabi (10).
”Saat anak-anak melihat dan membaca tulisan-tulisan itu, mereka langsung berkata, wow, mom, that’s so us. Saya lalu bilang ke mereka, read it everyday. Karena kita harus bisa seperti itu setiap hari. It’s okay jika kamu membuat kesalahan. Akan tetapi, kita juga harus bisa belajar memaafkan dan segera move on. Be a family dengan saling mencintai,” ujar Shania.
Dinding menghadap tangga akses ke lantai dua kediaman Manoj tadi memang sangat strategis. Pada lantai dua tersebut terdapat kamar-kamar semua penghuni rumah, juga ruang belajar anak-anak. Sepulang sekolah, kebanyakan aktivitas ketiga anak mereka memang terpusat di ruang belajar itu.
Setiap kali anak-anak naik ke kamar atau pergi belajar ke ruang belajar, mereka akan selalu melihat dan membaca isi ”prasasti” tadi. Shania berharap dengan begitu pesan-pesan kebajikan yang coba disampaikan lewat kalimat-kalimat tadi bisa terinternalisasi dan menjadi bagian bawah sadar anak-anak mereka.
Saat berbincang, siang itu Shania baru saja kembali ke rumah seusai berolahraga tenis, yang juga menjadi kegemarannya. Manoj sendiri saat ditemui juga tengah berolahraga sepeda kardio dan tinju (boxing) ditemani pelatih pribadi. Manoj berolahraga di sisi kolam renang, yang juga menjadi area terbuka luas di tengah-tengah kediamannya.
Selaras dengan paparan sang istri, Manoj menyebutkan, rumah idealnya memang harus jadi representasi kehangatan serta rasa cinta para anggota keluarga yang tinggal di dalamnya. Rumah ideal juga harus bisa membuat semua anggota keluarga betah, sekaligus memudahkan proses interaksi dan komunikasi di antara mereka.
Sekat kaca
Untuk tujuan itu Manoj dan Shania saling berkontribusi dengan memberi sentuhan personal masing-masing terhadap rumah mereka. Shania, menurut Manoj, lebih berperan mengisi dan menghias interior rumah, termasuk memilih furnitur serta pernak-pernik hiasan lainnya, seperti lampu chandelier, berbagai aksesori pajangan, juga karya seni instalasi, terpasang di salah satu sudut dekat area lorong pendek, yang menghubungkan ruang keluarga dengan tamu.
Kata Manoj, ia justru lebih berperan menentukan pengaturan zona di dalam rumah. Hal itu bahkan sudah dia rencanakan dengan matang sejak awal rumah itu dibangun. Walau begitu, baik Manoj maupun Shania tak ingin rumah mereka yang luas itu menyerupai museum yang tersekat-sekat.
Upaya untuk menghindari itu dilakukan dengan menggunakan dinding pembatas ruangan, yang terbuat dari kaca tebal dan transparan. Hal itu mempermudah orang bisa saling melihat aktivitas satu sama lain walau terpisah ruangan. B
ahkan dari ruang keluarga Manoj bisa leluasa melihat ke ruang belajar anak di lantai atas. Selain itu, dinding-dinding pembatas berbentuk kaca juga semakin membuat suasana luas dan cahaya matahari semakin leluasa masuk, menerangi bagian dalam rumah.
”Saya ingin, walau anak-anak atau kami tidak sedang berada dalam satu ruangan, bisa saling melihat dan berkomunikasi. Kami tak terlalu suka rumah menjadi seperti museum yang tersekat-sekat dinding sehingga antar ruangan seolah berdiri sendiri dan tak terkoneksi. Jadi, seperti sekarang ini, saya yang sedang berolahraga di bawah sini bisa tetap melihat anak-anak berkegiatan di study room di lantai dua dan begitu juga sebaliknya,” ujar Manoj.
Kami tak terlalu suka rumah menjadi seperti museum yang tersekat-sekat dinding sehingga antar ruangan seolah berdiri sendiri dan tak terkoneksi.
Bioskop kecil keluarga
Selain ruang belajar, Manoj juga menyebut ruang menonton film sebagai salah satu ruang favorit bersama di keluarga mereka. Hampir setiap akhir pekan, terutama saat semua anggota keluarga berkumpul di rumah, mereka kerap melewatkan waktu dengan menonton film-film terbaru, khususnya film bertema keluarga.
Ruang khusus menonton film itu sendiri dibangun cukup lega dan dilengkapi sistem tata suara dan layar proyektor canggih. Di dalam ruangan, Manoj juga menempatkan satu unit berukuran besar, yang posisi duduknya bisa diatur secara otomatis sehingga menjamin kenyamanan saat menonton. Suasana ruangan menonton film memang dibuat sebuah bioskop, apalagi dengan sistem tata suara canggih dan menggelegar.
Manoj menambahkan, biasanya aktivitas menonton di bioskop kecil miliknya itu sudah dimulai pada Jumat malam. Khusus hari itu, dia memang berusaha pulang kantor lebih cepat dari biasa. Ditemani beragam kudapan ringan dan buah-buahan, Manoj sekeluarga pun bersantai menonton film yang telah mereka sepakati sebelumnya. Mereka bisa menonton hingga dua film berturut-turut pada satu kesempatan di situ.
Kadang acara menonton film juga diisi diskusi. Tak jarang juga mengkritisi film-film yang baru saja mereka tonton bersama. Tak hanya film Hollywood, anak-anak Manoj juga tak canggung menonton dan bahkan mengkritisi film-film terbaru produksi ayahnya.
Tak hanya film Hollywood, anak-anak Manoj juga tak canggung menonton dan bahkan mengkritisi film-film terbaru produksi ayahnya.
”Jangan bayangkan diskusinya seperti dengan anak-anak lo, ya. Argumen-argumen yang mereka lontarkan itu sudah seperti saat saya berdiskusi dengan rekan kerja atau karyawan saya di kantor yang sudah berusia 30 tahunan. Anak saya yang kedua bahkan bisa dengan sangat kritis membahas alur cerita film yang ditontonnya. Sedangkan anak pertama saya lebih fokus ke soal teknis,” ujarnya.
Manoj bahkan tak ragu meminta pendapat dan kritik dari anak-anaknya saat akan meluncurkan trailer film-film terbaru produksinya. Pembahasan bisa terjadi berkali-kali. Dari masukan itu, Manoj kerap pula melakukan beragam perbaikan dan penyesuaian kemudian. Buat Manoj, jika mereka tak paham atau tak tertarik menonton filmnya lebih lanjut dari trailer tadi, berarti ada yang kurang atau bahkan ada yang salah sehingga harus segera diperbaiki.
Zona lain
Selain zona keluarga, di kediaman Manoj yang berdiri di atas tanah seluas 2.001 meter persegi, dengan total luas bangunan sekitar 3.800 meter persegi, juga dibangun zona-zona lain sesuai kebutuhan. Di antaranya, ada area tempat menerima dan menghibur tamu, area kantor dan ruang pertemuan pribadi, serta area olahraga dan perawatan tubuh yang dilengkapi pula dengan fasilitas mandi uap dan jacuzzi.
Pada area menerima tamu, ruangan luas di dalamnya setidaknya bisa menampung puluhan orang. Ruangan ini juga dilengkapi beragam fasilitas, seperti mini bar dengan mesin pembuat kopi, sofa-sofa tamu yang nyaman, tak lupa pula perangkat hiburan audio-visual. Langit-langit ruangan pun cukup tinggi.
Area tamu itu juga memiliki lantai tambahan di bawah tanah, yang juga masih dapat menampung tamu. Dengan suasana nyaman serta privat seperti itu pastinya tamu yang datang pun bakal betah berlama-lama.