Rindang Rumah Rinda
Rumah Rinda Salmun dulu pernah difungsikan sebagai taman kanak-kanak, kemudian direnovasi jadi rumah tinggal. Ia menyulapnya jadi rumah bergaya klasik Amerika dengan dominasi warna putih dan pembagian ruang yang cair. Di rumah ini, Rinda dan Omar Calam, suaminya, membangun keluarga.
Ketika masih berupa TK, Rinda dan keluarga tinggal di lantai tiga, semacam kamar studio dengan ruang tidur dan dapur, karena dua lantai di bawahnya digunakan untuk sekolah yang dikelola oleh ibu mertua Rinda. Ketika kemudian mertua memutuskan pensiun, TK tersebut ditutup setelah kelulusan angkatan terakhir.
Rumah ini berdampingan dengan bengkel kerja Rinda yang seorang desainer mode. Ada 10 pekerja terlibat pada produksi baju-bajunya di bawah label Rinda Salmun dan No.2 by Rinda Salmun. Bengkel kerja ini menjadi semacam paviliun bagi rumah induk. Di bagian depan dijadikan kantor oleh Omar yang membuka Sekolah Sepak Bola SoccerED dan penyelenggara pengiriman pemain atau tim yang ingin berlaga di turnamen internasional.
Rinda dan Omar bertemu ketika kuliah di Inggris. Rinda mendalami mode, sedangkan Omar mengambil studi tentang industri sepak bola. Setelah pulang untuk menikah di Indonesia, mereka sempat tinggal di Inggris sebelum memutuskan untuk kembali dan menetap di Tanah Air.
Fungsional
Rinda dan Omar sama-sama terkesan dengan model pembagian ruang rumah-rumah di Inggris yang ”to the point” dan fungsional. Demikian pula keduanya mengatur rumah. Dengan bangunan memanjang seluas 90 meter persegi, lantai bawah dibagi menjadi ruang tamu, ruang tengah, dan dapur tanpa sekat yang berarti. Hanya ada sekat
1 meter antara ruang keluarga dan ruang tengah.
Antara ruang tengah dan dapur juga hanya dibatasi sekat kecil yang menempel ke dinding luar dan dibentuk menjadi rak tempat menaruh pernak-pernik koleksi Rinda dan Omar. Di dekatnya terdapat piano tempat Jazz, anak pertamanya, biasa memainkannya.
Ruang tamu dengan sofa-sofa yang nyaman sebenarnya lebih berfungsi sebagai ruang keluarga. Di sini sebagian besar anggota keluarga menghabiskan waktu dengan bercengkerama, main gim, menonton televisi, membaca buku, atau bermain. Mainan Imogen, anak kedua Rinda yang berusia 6 bulan, tergeletak di beberapa titik. Jazz, yang masih duduk di TK B, pun langsung ”mendarat” di ruang ini sepulang sekolah. Ia suka berbaring santai di atas sofa.
”Kami biasa main di situ sampai mengantuk, lalu pindah ke kamar. Kalau enggak kuat, ya, diteruskan aja tidur di situ,” kata Rinda tertawa.
Ruang tengah menjadi semacam ruang transit sekaligus ”lapangan bola” dengan kursi di ujung-ujungnya sebagai ”gawang”. Omar biasa main sepak bola di area ini, sendiri atau mengajak Jazz. Main bolanya bisa serius atau sekadar main-main saja. Kadang-kadang main-main ini dilakukan Omar sambil menggendong Jazz.
”Pokoknya enggak anak cowok, enggak anak cewek, saya ajak main bola,” kata penggemar Liverpool FC ini, yang disambut wajah sedikit cemberut Rinda.
”Nanti diajarin fashion juga,
ya, Dek,” sambut Rinda sambil tertawa kepada Imogen yang digendongnya.
Rinda mengaku tidak suka sepak bola. Namun, ia terkadang menyempatkan menemani Omar menonton pertandingan. Sewaktu di Inggris, keduanya sering menonton langsung pertandingan sepak bola.
Klasik
Untuk memberi kesan klasik, Rinda memilih dinding berwarna putih dan lantai granit berwarna sama dengan sentuhan motif alami berwarna abu-abu. Pemilihan lantai ini juga didasari kemudahan perawatannya. ”Enggak perlu obat khusus. Semula kami mau pakai parket, tetapi nanti khawatir kena rayap,” kata Rinda.
Namun, Rinda kemudian sadar bahwa dinding-dinding putihnya ini tidak akan bertahan lama seiring dengan semakin besarnya kedua anaknya. Ia pun sudah siap jika dinding-dinding kesukaannya ini kelak dihiasi coretan tangan Jazz dan Imogen. Itu juga akan membuatnya bahagia karena berarti kepintaran mereka bertambah.
Renovasi rumah Rinda baru saja selesai sebulan lalu setelah enam bulan pengerjaan. Bangunan utama dipertahankan karena baru berusia 7 tahun. Hanya bagian dalam yang dibongkar. Aslinya, bangunan itu merupakan rumah tinggal yang kemudian direnovasi menjadi TK, kini kembali direnovasi menjadi rumah tinggal.
Namun, Rinda dan Omar terkadang masih menemukan ganjalan yang ingin mereka perbaiki. Bagian depan rumah juga masih dalam proses pengecatan. Lukisan koleksi Rinda juga belum semuanya dipasang. Lukisan ini ia peroleh dari ayahnya yang hobi mengumpulkan lukisan. Rinda sebenarnya berlatar sarjana seni lukis dari Institut Teknologi Bandung.
Kini, ia sudah jarang melukis. Lukisan karyanya sudah banyak ia jual, kecuali lukisan pada semester-semester awal yang masih disimpan karena, menurut dia, masih jelek. Namun, Rinda tidak benar-benar meninggalkan dunia seni. Ia masih sering mengunjungi pameran-pameran seni, terutama pameran karya teman-teman kuliahnya yang kini menjadi pelukis atau perupa.
Rinda tipe orang yang senang bergaul. Ia kerap mengundang teman-teman dan kerabatnya datang ke rumah untuk mengobrol dan memasak. Biasanya pada akhir pekan, Rinda akan mengajak mereka mempraktikkan resep dari buku yang baru dibelinya. ”Masaknya serius, dari mulai makanan pembuka, menu utama, sampai kue-kue hidangan penutup. Kami bisa seharian di sini,” kata Rinda semringah.
Untuk itu, ia senang sekali bisa punya dapur sesuai keinginannya. Dapur ini juga bernuansa putih dengan ruang penyimpanan khusus di pojok. Segala macam tepung dan bahan makanan lain disimpan di ruangan yang dipasangi papan-papan di dinding dan membentuk rak. Dengan begitu, dapurnya tidak cepat kotor. Hanya bumbu-bumbu utama yang sering dipakai yang disimpan di dekat kompor, yakni di rak berbentuk laci dorong.
”Feng shui”
Dapur ini bukan mengarah ke pintu belakang, melainkan ke samping. Rinda dan Omar menerapkan feng shui dari hasil bacaan mereka. ”Filosofinya, supaya rezeki enggak bablas keluar,” kata Rinda.
Feng shui juga diterapkan pada jumlah anak tangga ke lantai dua dan tiga, penempatan tempat tidur, dan lokasi toilet. Semua desain renovasi dikerjakan sendiri oleh Rinda dan Omar dengan sesekali berkonsultasi kepada teman-teman mereka yang arsitek atau desainer interior.
Jika lantai bawah digunakan untuk ruang bersama, lantai dua sepenuhnya terdiri dari kamar- kamar tidur dan ruang bermain anak. Ruangan lantai tiga tempat Rinda dan Omar dulu sedang dibenahi dan, menurut rencana, akan disewakan lewat daring.
Berdiri di atas lahan hampir 600 meter persegi, bangunan rumah dikelilingi taman yang rindang dan menghijau. Ibu mertua Rinda senang bercocok tanam. Aneka tanaman ada di situ, mulai dari cabai, tomat, daun dill, sampai pohon mangga, jeruk, dan sawo. Rinda dan Omar mewarisi taman itu dan kini bertekad untuk mempertahankannya tetap rindang