Mengintip Dapur Boeing di Charleston
Siapa tak kenal Boeing, produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat yang usianya telah melampaui satu abad itu. Sebagian besar maskapai di dunia, termasuk Indonesia, memakai pesawat buatan Boeing. Dibangun dari bekas galangan kapal di Seattle, AS, perusahaan yang didirikan William E Boeing pada tahun 1916 itu kini melebarkan sayap ke seluruh dunia.
Selama dua hari, yakni 25-26 Maret 2018, Kompas bersama sejumlah media dari beberapa negara diberi kesempatan untuk mengintip ”dapur” Boeing di Charleston, South Carolina. Charleston adalah kota di pantai timur AS, pesisir Samudra Atlantik. Charleston berada sekitar 1.035 kilometer arah barat daya New York City.
Charleston menjadi salah satu tempat perakitan pesawat Boeing khusus untuk varian 787. Sejak fasilitas produksi itu didirikan pada tahun 2009, Boeing berhasil mengeluarkan produk Boeing 787-8, Boeing 787-9, dan kini Boeing 787-10. Ini adalah kesempatan untuk melihat proses produksi Boeing 787-10, mulai dari perakitan, desain interior, hingga pusat riset.
Pertama, rombongan mendatangi The Boeing South Carolina Airport Campus yang dibangun di atas lahan seluas 301 hektar. Itulah area terluas milik Boeing di Charleston yang di atasnya dibangun tempat perakitan bagian tengah badan pesawat hingga penyatuan akhir semua komponen. Di tempat itu pula dilakukan pengecatan pesawat serta serah terima pesawat kepada pembeli. Lokasi itu berada di dekat Bandar Udara Internasional Charleston.
Di dalam gedung itu, beberapa badan pesawat Boeing 787-10 yang panjangnya 68 meter dengan panjang sayap 60 meter hampir selesai dirakit. Berbeda dengan jenis Boeing yang lain, sayap pesawat ini agak melengkung. Menurut penjelasan Tom Kim, pemandu media dari Boeing, pesawat itu menggunakan bahan komposit yang kuat dan ringan, tetapi harganya mahal.
Dalam pembuatan satu pesawat Boeing 787-10, beberapa komponen dihimpun dari sejumlah negara. Pintu akses kargo dari Swedia, pintu masuk penumpang dari Perancis, sedangkan beberapa komponen sayap dari Jepang, Korea, dan Australia. Ada pula komponen pada bodi dari Italia dan Jepang serta roda dari Inggris. ”Banyak negara terlibat, bukan hanya AS,” ujarnya.
Saat ditanya apakah ada komponen yang berasal dari Indonesia, Tom tak tahu pasti.
Pada hari kedua, rombongan media kemudian mendatangi tempat pembuatan interior pesawat, seperti tempat duduk, penyimpanan bagasi kabin, dan tempat tidur awak kabin saat penerbangan jauh. Khusus Boeing 787-10, kapasitas penumpangnya sebanyak 337 orang dengan 36 kursi di antaranya pada kelas bisnis dan sisanya ekonomi. Tempat pembuatan interior ini berdiri dalam area seluas 57 hektar.
Lokasi terakhir yang didatangi adalah tempat riset dan pengembangan. Di sinilah tempat para peneliti bekerja untuk menemukan inovasi terbaru. Beberapa robot juga dioperasikan di sana. Berbeda dengan tempat sebelumnya, di sini wartawan dilarang mengambil gambar. Di tempat sebelumnya, wartawan masih diperbolehkan mengambil gambar pada lokasi tertentu.
Jeff Haber, Regional Director Product Marketing Commercial Airplanes Boeing Company, mengatakan, selain wartawan, Boeing juga mengizinkan mahasiswa dan pelajar yang ingin melihat lokasi pabrik pesawat di Charleston dan juga di Seattle. Khusus di Charleston, tercatat lebih dari 52.000 siswa sekolah menengah hingga tinggi pernah berkunjung ke sana.
Terdapat lebih kurang 7.000 orang yang bekerja untuk Boeing di Charleston. Boeing telah menginvestasikan 1,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 16,3 triliun).
Para pekerja berasal dari berbagai latar belakang dan ras, termasuk juga banyak pekerja kulit hitam. Ini menghapus sedikit kesan buram tentang Charleston dan South Carolina yang dekat dengan persoalan ras. Publik dunia masih ingat akan hal itu. Penembakan jemaat kulit hitam di gereja oleh pemuda kulit putih pada tahun 2015 adalah salah satu potret buram itu.
Latihan pilot
Menurut Haber, sejak proyek Boeing 787 dimulai tahun 2009, kini sudah ada 1.320 unit pesanan dari 71 maskapai. Pesawat yang sudah dikirim sebanyak 655 unit, yang terdiri dari 350 unit untuk Boeing 787-8 dan 305 unit untuk Boeing 787-9. Adapun produk terbaru Boeing 787-10 sudah dipesan sebanyak 211 unit oleh 11 maskapai.
Singapore Airlines menjadi maskapai pertama yang menggunakan Boeing 787-10. Pemesan lain untuk pesawat terbaru ini di antaranya Etihad Airways, Eva Air, dan Air France. Secara keseluruhan, Boeing 787 kini melayani 1.573 rute di dunia.
Setelah menjajal Boeing 787-10 yang dibeli Singapore Airlines dari Charleston ke Singapura, awak media kemudian diajak ke kampus Boeing di Singapura. Kampus yang mulai dibuka tahun 2007 itu menjadi tempat bagi para pilot dan teknisi untuk berlatih menerbangkan dan memahami cara kerja pesawat Boeing. Pelatihnya adalah pilot dan teknisi senior yang pernah menerbangkan Boeing.
Hingga kini, 5.200 pilot dari 90 maskapai yang tersebar di 50 negara telah belajar di tempat itu. Salah satu fasilitas latihan untuk pilot adalah tujuh simulator.
”Latihan untuk pilot Boeing 787 berlangsung selama dua bulan,” kata Captain Shoon Yue Chow, pilot Boeing sekaligus pelatih di kampus itu. Awak media pun diminta mencoba simulator untuk Boeing 787-9. Serasa berada di dalam kokpit pesawat.
Michael J Doellefeld, Chief Executive Officer Boeing Asia Pacific Aviation Services Singapore, mengatakan, secara global, Boeing menargetkan mencetak 637.000 pilot dan 648.000 teknisi baru dalam periode 2017-2036. Jumlah terbanyak berasal dari Asia-Pasifik, yakni sekitar 40 persen. Di tempat itu, banyak pilot dan teknisi pada pesawat Boeing yang berasal dari Indonesia berlatih.
Inilah pengalaman langka bagi awak media untuk melihat langsung proses produksi pesawat terbang, menjajal pesawat terbaru dari Charleston hingga ke Singapura dengan waktu perjalanan hampir 24 jam, serta menikmati sensasi di dalam kokpit dengan memegang kemudi pesawat. Bertahun-tahun terbang menggunakan pesawat dan kini belajar memahami pesawat.