Pelabuhan Rasa Radhini
Rumah bagi pasangan penyanyi Radhini Aprilya (30) dan Angga Adiyatama (38) adalah pelabuhan rasa. Muara bagi seluruh harapan dan mimpi-mimpi dalam hidup bermula, tempat mereka bersama-sama membangun masa depan, menjadi sebuah keluarga.
Hari Rabu (2/5/2018) lalu genap satu bulan pasangan Radhini dan Angga mengayuh biduk rumah tangga. Pengantin baru yang menikah 1 April lalu itu, kini tinggal di kawasan Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Keduanya tinggal di rumah mungil berukuran 90 meter persegi yang baru saja direnovasi menjelang pernikahan mereka. Di situ, kemudian, pasangan pengantin ini mengisi rumah mereka dengan mimpi dan harapan-harapan baru.
Nuansa rumah pasangan ini tertangkap bersih dan terang meski pintu depan harus selalu ditutup karena penggunaan penyejuk udara. Namun, dari bagian belakang rumah, sinar matahari menerobos masuk dari sebagian atap yang hanya ditutup kaca.
Sinarnya cukup membantu menerangi seluruh bagian rumah. Masuk juga ke kamar tidur utama yang bersebelahan dengan bagian belakang rumah melalui dinding yang terbuat dari kaca. Membuat ruangan di kamar tidur utama terlihat selalu terang.
Di ruang tengah, ada meja makan kayu yang menjadi nyawa ruangan tersebut. Di sana, Dhini dan Angga kerap menghabiskan waktu mulai dari makan bersama, bekerja, hingga mengadakan pertemuan.
Sebagai pasangan yang sama-sama bekerja di bidang seni, Dhini dan Angga memang tak berkantor tetap. Kantor mereka ada di mana-mana, termasuk rumah. Mereka sengaja merenovasi rumah yang telah ditinggali Angga sejak 4 tahun terakhir itu agar bisa memberikan suasana kondusif, membantu mengalirkan inspirasi dan ide-ide kreatif mereka.
Apalagi lokasinya juga sangat strategis. Dari rumah mereka, akses ke mana pun mudah dijangkau. Terlebih, baik Angga maupun Dhini, sama-sama sudah akrab dengan kawasan tersebut.
Dari rumah mereka, akses ke mana pun mudah dijangkau.
Angga, misalnya, saat masih bersama kedua orangtuanya, tinggal di Duren Tiga. Setelah orangtuanya meninggal dan rumah mereka dijual, Angga relatif tak pernah bergeser dari kawasan Jakarta Selatan.
Paling hanya ke Kemang, Blok S, dan terakhir betah di Jeruk Purut. Begitu juga dengan Dhini yang sebelumnya tinggal bersama kedua orangtuanya di kawasan Cipete.
Sesuai harapan
”Rumah ini sudah ditempati suami selama 4 tahun. Kalau aku baru sebulan (tinggal) di sini. Sebelum menikah, rumah ini direnovasi total, sesuai harapan kita,” ujar Dhini. Mereka mendambakan rumah yang bukan saja nyaman, tetapi juga bisa menghidupi ide dan inspirasi.
Demi keinginan itu, keduanya tak segan berburu kebutuhan rumah, ke swalayan penyedia furnitur, juga akun-akun furnitur yang bertebaran di media sosial. ”Bolak-balik tuh selama belum menikah, emang ambisius. Nikahan, renovasi rumah, sama aku juga sekalian nyiapin single ”Fly” yang baru keluar. Jadi, emang wow, seru banget,” kata Dhini seraya tergelak.
Tak ada gaya khusus yang mereka adaptasi. Mereka hanya ingin rumah mereka homey, benar-benar menjadi rumah ”Bukan rumah yang terlalu cantik juga kayak di Instragram. Itu, kan, kayaknya too good to be true, sempurna banget. Kita enggak mau yang terlalu kaku,” kata Dhini.
Hobi yang sama-sama senang nongkrong, membuat mereka menginginkan rumah yang bisa menjadi tempat nongkrong untuk siapa pun yang datang. Bahkan bila tamu-tamu mereka ingin mengambil makanan, mereka bisa mengambil sendiri tanpa sungkan. ”Kalau rame malah seneng,” kata Angga.
Menurut Angga, ide awalnya adalah mengubah tampilan rumah standar berukuran 90 meter persegi menjadi lebih bagus. ”Kan, dia (Dhini) suka foto-foto. Jadi, pengennya juga dia bisa foto-foto di dalam rumah, cahayanya bagus,” kata Angga.
Tulang-tulang rumah yang menganggu juga dihilangkan untuk menambah ruang. Penambahan kaca di bagian belakang sengaja dilakukan agar ruangan terlihat lebih luas. ”Lumayan banyak sih yang kita renovasi, tetapi, ya, enggak apa-apa. Yang penting nyaman,” kata Angga.
Soal selera, Dhini percaya sepenuhnya pada Angga. Dhini baru terlibat saat keputusan terakhir harus dibuat. ”Aku percaya sepenuhnya sama Angga karena, kan dia orang seni, matanya bagus banget. Kalau aku orangnya harus diliatin di depan mata dulu. Jadi, aku bagian yang milih A atau B, setelah dikurasi sama Angga,” kata Dhini.
Saat ini, sehari-hari keduanya hanya tinggal berdua. Ada seorang asisten rumah tangga yang sudah ikut Angga sejak Angga kecil, tetapi hanya datang untuk membantu membereskan rumah seminggu tiga kali.
Bangun tidur, Dhini biasanya langsung menyeduh kopi hitam kesukaannya. Kopi itu biasanya akan menemani Dhini membuka laptop di meja makan, melakukan berbagai hal. ”Ya, kerja aja di situ. Kadang bikin lirik, lagu atau cari inspirasi aja,” kata Dhini.
Bila Dhini bekerja di meja makan, Angga akan bekerja di kamar kerjanya. Ruangan itu sampai kini masih berantakan karena banyak barang dijejalkan di sana.
”Kan, barang-barangku juga banyak. Ditambah barang Dhini. Masih banyak yang di koper-koper tuh belum sempat di bongkar,” kata Angga. Renovasi memang belum sepenuhnya selesai. Keduanya masih berencana membuat lemari baru, juga menata bagian depan rumah yang belum sempat digarap.
Saling mendukung
Sebagai pengantin baru, keduanya tengah sangat menikmati kebersamaan mereka di rumah itu. Sembari bercerita, tak jarang keduanya saling memandang dan melontarkan pujian.
Namun, tak sekadar partner hidup, Dhini dan Angga adalah partner kerja. ”Sejak pacaran udah saling support sih. Namun, sekarang makin solid,” kata Dhini.
Contohnya seperti saat Dhini bersiap melepas singel barunya ”Fly” 27 April lalu. Untuk konsep image, Dhini banyak sekali berdiskusi dan meminta masukan dari Angga. ”Kan, dia orang desain, orang seni juga. Jadi, kayak nge-hire creative director, tetapi standby 24 jam tujuh hari seminggu,” ujar Dhini.
Begitu pula sebaliknya, Angga yang kerap punya banyak ide, membutuhkan Dhini untuk membantunya memutuskan hal-hal yang kerap tak mau disentuh oleh Angga. Sebagai seniman, Angga kerap hanya ingin fokus pada karya semata, minus urusan tetek bengek lainnya.
Kecocokan itu memang sudah dirasakan keduanya sejak pacaran. Saat usia pacaran mereka menginjak 8 bulan, tak sengaja, Angga yang hobi memasak, memasakkan nasi goreng merah (pedas) untuk Dhini.
”Ini aneh banget, dari kecil, masakan khas papaku adalah nasi goreng merah. Aku enggak pernah liat di manapun, di keluarga mana pun. Terus pas ketemu Angga, kamu mau nasi goreng merah enggak. Hah? Dia satu-satunya orang yang selama aku hidup, selain papaku, yang punya menu sama,” kata Dhini dengan mata berbinar.
Ketaksengajaan itu makin memantapkan Dhini memilih Angga sebagai pasangan hidup. Setelah menikah, keduanya sepakat saling mendukung. Rambu-rambu yang sudah mereka jalani sejak pacaran, tak berubah sedikit pun. ”Yang penting dia sehat aja deh, ngisi terus, makan, karena, kan, dia itu langganan tifus,” kata Angga.
Soal asupan makanan mereka kompak. Bila sudah terlalu banyak makan daging, mereka akan mengurangi dan lebih banyak mengonsumsi sayuran. ”Masih bisa kompakan sih. Soalnya baru sebulan. Masih manis,” kata Dhini.
Sembari membangun keluarga bersama Angga, Dhini pun berupaya membangun kariernya agar lebih terencana. ”Yang jelas, setelah beberapa lama di industri musik, banyak pelajaran dari masa-masa kemarin. Jadi, sekarang aku lebih banyak memetik pelajaran. Lebih konsisten mengeluarkan karya dibandingkan kemarin-kemarin,” kata Dhini.
Dhini juga ingin lebih banyak terlibat dalam menulis lagu. Tidak seperti sebelumnya, ia lebih banyak melibatkan orang lain. ”Ke depan aku pengin lebih produktif nulis lagu,” katanya.
Begitu juga dengan citranya yang diubah menjadi lebih dinamis, meninggalkan nuansa ballad, mellow, dan pop yang mendominasi lagu-lagu lamanya.
Dari rumah yang kini ditinggali Radhini bersama Angga, keduanya kini mantap menata masa depan.