Dengan menitikberatkan pada style dan aplikasi unik, Samsung berusaha untuk menjaga dominasi mereka dalam jangka panjang. Perusahaan elektronik asal Korea Selatan tersebut tidak tertarik untuk terlibat dalam perang harga dan spesifikasi yang terjadi dalam persaingan ponsel akhir-akhir ini.
Langit yang dengan perlahan semakin memerah pada saat matahari terbenam seolah menjadi latar belakang yang sempurna untuk sebuah foto selfie (swafoto). Kesempatan itu pun dimanfaatkan dengan baik oleh para wartawan yang saat itu berada di Pantai Gangga, Tabanan, Bali, pada Selasa (8/5/2018), atas undangan Samsung Indonesia.
Pada malam sebelumnya, Samsung telah meluncurkan dua ponsel, yakni Galaxy A6 Plus dan A6. Para wartawan diminta untuk menjajal dua ponsel kelas menengah premium tersebut selama seharian penuh. Samsung meminta wartawan untuk mencoba menggunakan berbagai fitur yang disematkan dalam kedua ponsel tersebut.
Saat mengambil swafoto membelakangi matahari yang terbenam itu, bayangan pun muncul menutupi wajah akibat backlight. Namun, salah satu fitur pada Galaxy A6/A6 Plus adalah lampu flash yang berada di bagian depan ponsel. Terlebih lagi, kamera depan A6 Plus memiliki 24 megapiksel, sedangkan A6 memiliki resolusi 16 megapiksel.
Sedangkan untuk mengambil foto melalui kamera belakang, kualitas foto diyakini cukup mumpuni untuk ponsel kelas menengah. Kedua ponsel tersebut dibekali kamera belakang dengan aperture (diafragma) yang tergolong lebar, yakni f/1.7. Diharapkan dengan bukaan diafragma yang lebar, noise pada gambar akibat ISO yang tinggi dapat ditahan pada tingkat yang rendah.
Ketajaman lensa dan kamera kedua ponsel itu pun teruji ketika bangunan-bangunan penuh ukiran pada kompleks Pura Taman Ayun Mengwi, Badung, menjadi ajang menjajal kemampuan kamera. Detail-detail pada dinding bangunan pun terekam dengan jelas. Layar AMOLED yang cerah juga mempermudah pengguna untuk melihat foto pada layar dengan lebih mudah di bawah sinar matahari yang terik.
A6 Plus memiliki layar berteknologi AMOLED dengan panjang diagonal 6 inci, sedangkan A6 selebar 5,6 inci.
Khusus pada A6 Plus, Samsung memberikan kapabilitas Live Focus, yakni mensimulasikan blur (bokeh) pada latar belakang foto. Fitur Live Focus tersebut adalah kapabilitas yang sebelumnya hanya dimiliki oleh ponsel flagship Samsung. Di antara deretan ponsel Samsung, hanya Galaxy S9 Plus dan Galaxy Note 8 yang memiliki kamera ganda di punggung ponsel yang memungkinkan kapabilitas Live Focus.
Mengenai fitur-fitur unggulan tersebut, Corporate Marketing Director Samsung Electronics Indonesia (SEIN) Jo Semidang mengatakan, pemasaran kedua ponsel tersebut memang menyasar kepada kaum milenial yang peduli pada kualitas foto atau pun konten digital lainnya yang dihasilkan dari sebuah ponsel. “Fitur dalam kedua ponsel ini memungkinkan anak muda generasi milenial untuk mengekspresikan diri dan menciptakan pengalaman yang tak ternilai,” kata Jo.
Untuk sebuah ponsel kelas menengah, seri Galaxy A6 memiliki label harga yang relatif lebih mahal dibandingkan ponsel-ponsel dengan spesifikasi setara. A6 dijual harga Rp3.799.000, sedangkan A6 Plus pada harga Rp4.899.000. Chipset Exynos 7870 pada Galaxy A6 bahkan telah berusia dua tahun, pertama kali terlihat pada tablet Samsung Galaxy Tab A 10.1 pada Mei 2016.
Jo mengatakan, kedua ponsel ini memang menyasar pada pengguna milenial yang mementingkan style dan kapabilitas praktis yang dimiliki sebuah ponsel. “Kami menyesuaikan apa yang diinginkan oleh konsumen. (Ponsel) ditujukan untuk konsumen yang mempedulikan style dan gaya hidup,” kata Jo.
Dengan label harga yang tergolong premium, Jo mengungkapkan, dirinya tidak khawatir dengan tren low cost yang terjadi di antara produsen ponsel seperti Xiaomi, Oneplus, Oppo dan Vivo. Jo menilai Samsung memberikan nilai tambah melalui fitur-fitur pada aplikasi bawaan dan kualitas material ponsel. “Bukan pada harga atau spesifikasi jeroan. Kami lebih menekankan pada fitur-fitur yang lebih berguna. Kami bermain pada skema jangka panjang,” kata Jo.
Aplikasi Bixby Vision pada kedua ponsel tersebut merupakan fitur yang tepat untuk merepresentasikan keputusan Samsung tersebut.
Bixby Vision merupakan aplikasi augmented reality yang dapat mengenali beragam objek melalui kamera ponsel. Salah satu kemampuan Bixby Vision adalah menerjemahkan teks yang ada pada suatu gambar.
“Bixby Vision ini sangat menarik, menjadi wow factor. Ketika (konsumen) mencoba Bixby Vision, konsumen kami tidak tanya tentang prosesor lagi. Mereka tidak menyangka ada fitur yang keren,” kata Jo.
Kesan stylish pun dimunculkan melalui penggunaan material logam pada badan Galaxy A6/A6 Plus. Dengan full metal body, kedua ponsel tersebut terasa padat dan kokoh dalam genggaman.
Sedangkan pada aspek audio, Samsung juga memberikan teknologi Dolby Atmos pada kedua ponsel tersebut. Disc jockey dan produser musik Dipha Barus mengatakan, teknologi tersebut dapat memberikan kualitas suara yang lebih baik. “Tidak melulu bas yang berdentum, tetapi kualitas suara yang baik itu adalah yang jernih,” kata Dipha.
Head of IM Product Martketing Samsung Electronic Indonesia Denny Galant mengatakan, spesifikasi yang tinggi dan harga yang murah tidak menjamin pengalaman menggunakan ponsel yang bagus. Hal tersebut harus didukung dengan peranti lunak yang memberikan nilai lebih.
“Kami ingin totalitas experience yang bagus untuk konsumen. Jadi, yang tidak cuma mengenai spesifikasi RAM ROM semata. Disini ada display, sound effect, Bixby dan banyak lainnya,” kata Denny.