Rindu Rumah di Warung Bu Tris
Bagi yang berkampung di Kota Magelang, Jawa Tengah, mudik dan menyantap kupat tahu atau senerek (sup kacang merah dengan irisan daging sapi) adalah keharusan. Dua menu kuliner itu adalah identitas, sebuah kebanggaan daerah yang kini menjadi target wisata kuliner pelancong.
Namun, lebih dari itu, Kota Magelang menyimpan kekayaan cita rasa makanan di warung-warung makan pinggir jalan. Harta karun kuliner ini terkadang terlewatkan dan hanya diketahui oleh para petualang rasa.
Tidak ada yang paling enak selain masakan rumahan. Warung Bu Tris kini kerap dirasakan sebagai warung pelepas rindu. Warung yang selalu mengingatkan pada masakan ibu atau nenek meski mungkin mereka sudah tiada. Bagi warga Magelang di perantauan, Warung Bu Tris sampai sekarang dirasakan setia menyajikan hidangan yang dulu mereka santap sehari-hari.
Awalnya, warung ini berada di kawasan Jalan Pisangan-Candimulyo, Dusun Ngepos, Banyu Urip, Kabupaten Magelang. Lokasinya sekitar 5 kilometer ke arah timur Kota Magelang, keluar dari lintasan jalur yang menghubungkan Magelang dengan Kota Salatiga, tidak jauh dari jembatan Sungai Elo di kawasan Canguk, Magelang.
Semula warung ini hanya warung kecil yang melayani sopir angkutan perdesaan Magelang-Candimulyo. Warung itu kian ramai setelah menjadi tempat singgah warga setelah selesai berenang di Kolam Renang Soekotjo, kolam renang peninggalan Belanda yang pernah digunakan sebagai tempat latihan taruna Akademi Militer.
Aneka hidangan di Warung Bu Tris diletakkan dalam beberapa baskom motif blirik berukuran besar. Sejak awal berjualan, warung ini tidak banyak mengubah menu.
Pilihan menunya adalah opor ayam, brutu ayam kuah opor, telur terik kuah, mangut ikan tenggiri, sayur tahu lombok ijo, sayur buncis kentang, terik kuah tahu tempe, daging sapi lombok ijo, terik daging sapi, pecel, bakmi, dengan aneka lauk, seperti telur ceplok, telur dadar, serta gorengan tahu, tempe, dan bakwan.
Sajian masakan rumahan dalam baskom tersebut selalu sukses membuat pembeli kebingungan untuk memilih menu karena setiap sajian selalu menyita perhatian. Satu hal yang pasti, setiap pilihan tidak pernah gagal memberikan kenikmatan.
Warung Bu Tris saat ini dikelola oleh Yuni, menantu mendiang Bu Tris. Meski telah ditinggal Bu Tris, rasa masakan di warung tersebut tidak berubah karena kru dapur, yaitu Ibu Mur, Ibu Eni, dan Ibu Munah, masih tetap melanjutkan warisan resep Bu Tris. Mereka yang telah berusia sepuh itu menjadi penjaga cita rasa masakan di Warung Bu Tris.
Paduan rasa
Warung ini menyajikan masakan rumahan, dengan bumbu-bumbu yang sama dengan yang dibuat oleh ibu di rumah, tetapi memiliki kelebihan, yaitu selalu konsisten rasanya dan pas di lidah. Seperti halnya karakter banyak masakan di Jawa Tengah, rasa gurih, asin, dan manis adalah paduan cita rasa yang selalu disukai. Paduan rasa itulah yang disajikan dengan takaran pas di Warung Bu Tris. Itu pula sebabnya makanan di warung ini bukan sekadar enak, melainkan juga menenteramkan jiwa yang kangen rasa masa kecil.
Salah seorang pelanggan Warung Bu Tris, Latief (38), selalu menyempatkan mampir ke warung itu saat pulang ke Magelang. Latief bekerja sebagai dosen dan tinggal di Kota Yogyakarta. Sejak kenal Warung Bu Tris karena cerita teman, dia jatuh cinta kepada masakan di warung ini.
”Masakan di Warung Bu Tris menggunakan bumbu-bumbu tradisional yang kaya rasa. Bumbunya merasuk di setiap makanan yang disajikan. Selain itu, aromanya khas karena dimasak dengan kompor berbahan bakar kayu. Menunya seperti masakan rumah,” tutur Latief.
Menikmati hidangan-hidangan di Warung Bu Tris seolah berpetualang rasa. Mau hidangan yang gurih ada. Mau yang gurih manis ada. Mau yang pedas juga ada. Orang yang baru pertama berkunjung pasti bakal bingung. Setiap menu tampil menggoda saat dilihat. Biasanya, mereka akan bertanya mana menu yang pedas, mana yang manis, atau mana yang sesuai dengan lidah mereka.
Santan
Hampir semua menu di Warung Bu Tris adalah sajian bersantan. Kunci utama dari kelezatan setiap sajian di warung tersebut adalah kelezatan kuahnya. Takaran kuah santan yang kental, seperti sajian opor ayam, ataupun kuah santan yang encer, seperti di sayur tahu cabe ijo, sama-sama menciptakan rasa gurih yang kuat. Santan ini disajikan dengan hati-hati agar tidak merusak rasa.
”Kami memarut kelapa dengan tangan. Rasa santan yang dihasilkan dengan parutan tangan berbeda dengan hasil parutan dengan mesin” kata Yuni.
Selain santan, tentu bumbu-bumbu dapur tradisional yang menjadi bintang utama setiap masakan. Tidak banyak rempah dengan rasa yang kuat digunakan sebagai bumbu sehingga mempertahankan rasa bahan utamanya.
Dari banyak pilihan menu, sajian opor brutu menjadi favorit di Warung Bu Tris. Terlambat datang, menu ini sudah tidak tersisa. Opor brutu amat disukai karena praktis jarang disajikan di rumah. Potongan bagian ayam ini minim daging, tetapi justru banyak diincar karena rasanya gurih dan lembut.
Brutu ayam kampung di warung ini disajikan dengan uritan. Saluran keluar telor yang penuh dengan telor kecil yang belum jadi, itulah uritan. Rasa kuah yang gurih dan sedikit manis membungkus kekenyalan daging dan telor. Menu opor brutu ini nikmat dimakan dengan tangan, digigiti pelan-pelan hingga hanya menyisakan tulang.
Menu sayur tahu cabe hijau juga banyak disukai. Menu ini cukup mengejutkan. Saat disantap..., plak! lidah seperti ditampar oleh rasa pedas yang langsung menyerang. Meski tidak sampai menimbulkan sensasi terbakar, sayur tahu cabe ijo ini bisa menaikkan selera makan.
Sayur tahu cabe ijo biasanya dilengkapi dengan campuran menu lain yang bisa menetralkan pedas, seperti pecel, bakmi goreng, atau kuah opor daging. Warung Bu Tris cukup jeli mengatur menunya sehingga saat pembeli merasa terlalu pedas, ada kuah gurih manis yang bisa meredam.
Pelanggan yang baru beberapa kali datang cenderung berganti menu sampai mereka menemukan menu favoritnya. Yuni pun hafal menu kesukaan pelanggannya. ”Pak Parno yang punya bengkel pesan sayur tahu dan telor ceplok, Babah dari Muntilan selalu pesan sayur buncis lauk opor paha ayam, Pak Joko sukanya pecel bakmi dan kuah mangut dengan telor ceplok,” tutur Yuni panjang.
Selain hidangan yang beragam, minuman teh di Warung Bu Tris juga punya cita rasa unik. Teh ini dijerang dengan air yang dimasak dengan kayu bakar memunculkan sedikit bau sangit yang mungkin tidak selalu disukai oleh penikmat teh, tetapi menciptakan sensasi rasa khas. Rasa teh ini juga melemparkan ingatan ke masa lalu.
Warung Bu Tris ini melipur kerinduan pada masakan rumah, pada sajian makanan yang menenangkan hati.