”Jinba Ittai” dalam Perwujudan Terbesar
Mazda CX-9 saat ini adalah mobil terbesar, termewah, termahal, dan terbaru yang dirilis pabrikan asal Hiroshima, Jepang, itu. Tak heran jika SUV berukuran besar ini menjadi salah satu jagoan Mazda di arena pameran Indonesia International Motor Show 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 21-29 April 2018.
Disebut besar karena CX-9 baru ini memang berdimensi di atas rata-rata. Panjangnya 5.075 milimeter alias 5 meter lebih, dengan lebar 1.969 mm dan tinggi total 1.747 mm. Dari sisi dimensi ini, CX-9 berada sekelas dengan SUV-SUV macam Audi Q7 dan Volvo XC90.
Begitu besarnya dimensi CX-9 sehingga mobil buatan Jepang ini tidak dipasarkan di pasar domestik Jepang karena ukurannya dinilai terlalu besar untuk ukuran jalan dan tempat-tempat parkir di negara itu. Hal ini membuat Mazda mengeluarkan model CX-8 dengan bentuk yang serupa, tetapi dengan dimensi lebih kecil, khusus untuk dipasarkan di Jepang.
Mazda CX-9 generasi kedua ini pertama kali diperkenalkan di dunia pada ajang Los Angeles Auto Show 2015 dan mulai dipasarkan secara global pada 2016. Kehadirannya di Indonesia sejak 1 Februari 2018 menjadi bagian dari ofensif produk Mazda sejak distribusi Mazda di Indonesia diambil alih PT Eurokars Motor Indonesia (EMI) setahun silam.
Dibandingkan CX-9 generasi sebelumnya, mobil baru ini sangat berbeda dari sisi desain. CX-9 baru terlihat sangat gahar dan agresif dengan bahasa desain Kodo yang sudah lebih dulu diterapkan di Mazda6, Mazda3, dan Mazda CX-5.
Kompas mendapat kesempatan menguji CX-9 baru ini pada akhir Maret 2018, untuk mengeksplorasi berbagai fitur dan rasa berkendara dengan SUV yang dibanderol Rp 798 juta (on the road Jabodetabek) ini.
Pemikiran pertama saat mengendarai mobil ini dari kantor PT EMI di bilangan Jalan Sultan Iskandar Muda adalah apakah ciri khas pengendalian Mazda yang sangat kental faktor kegembiraan berkendaranya masih bisa ditemukan di mobil sebesar ini?
Memasuki kokpit, terasa bagaimana interior mobil ini sudah familier. Mazda mengikuti jejak mobil-mobil Eropa untuk mempertahankan karakteristik yang konsisten, baik di eksterior maupun interior.
Mazda mengikuti jejak mobil-mobil Eropa untuk mempertahankan karakteristik yang konsisten, baik di eksterior maupun interior.
Itu sebabnya, interior CX-9 ini secara umum masih mempertahankan tata letak seperti pada Mazda6 atau CX-5. Seluruh jok dan door trim dilapisi kulit halus. Namun, di bagian dasbor masih mudah ditemukan bahan-bahan plastik keras.
Saat mobil dijalankan, kembali muncul rasa familier yang lain. Ya, Mazda CX-9 ini ternyata tak meninggalkan filosofi ”jinba ittai” yang sudah menjadi ”ruh” dalam hampir setiap mobil Mazda yang telah diproduksi.
Penyatuan
”Jinba ittai” adalah istilah dalam bahasa Jepang yang menggambarkan perasaan menyatu antara seorang penunggang kuda dan kudanya. Begitu kuatnya penyatuan itu sehingga si penunggang bisa mengerjakan tugas lain, seperti memanah sasaran dalam keadaan perang atau kompetisi memanah Yabusame.
Saat diterjemahkan dalam dunia otomotif, filosofi ini menggambarkan sebuah kombinasi desain dan rekayasa teknis yang membuat seorang pengemudi merasa menyatu dengan mobil yang ia kendarai.
Bagaimana setiap sentimeter bodi mobil dan gerak roda-rodanya bagaikan perpanjangan dari tubuh orang yang duduk di belakang roda kemudi sehingga setiap input dalam akselerasi dan pengendalian direspons nyaris secara instingtif dengan gerakan mobil yang sesuai prediksi dan keinginan si pengemudi.
Jujur saja, tidak banyak produsen mobil yang membuat mobilnya dengan filosofi seperti ini. Kebanyakan hanya sekadar merakit kendaraan untuk mengantar dari titik A ke titik B. Bahkan, di antara mobil-mobil berlabel Mazda pun, ada beberapa yang kurang memiliki karakter ini.
Presisi pengendaliannya tak ubahnya tengah mengemudikan Mazda CX-5 yang lebih kecil ukurannya, atau Mazda6 yang berbentuk sedan.
Dan jelas, para insinyur Mazda di Hiroshima tak mau karakter khas ini hilang dari CX-9 yang menjadi flagship-nya saat ini. Tak butuh waktu lama sejak mobil berjalan untuk mendapatkan rasa menyatu ini, dan segera, tak lagi terasa kita tengah mengemudikan mobil sepanjang 5 meter dan lebar hampir 2 meter.
Presisi pengendaliannya tak ubahnya tengah mengemudikan Mazda CX-5 yang lebih kecil ukurannya, atau Mazda6 yang berbentuk sedan. Rasa gembira dalam berkendara (fun to drive) makin menonjol dengan perpaduan antara gerak setir yang ringan, suspensi yang mantap, dan akselerasi mesin yang responsif.
Spontan
Bicara soal mesin, CX-9 baru ini sudah tak lagi dilengkapi mesin V6 3.700 cc dengan tenaga 274 HP dan torsi puncak 366 Newton meter (Nm) seperti di CX-9 lama. Sebagai gantinya dipasang mesin bensin Skyactiv-G 2.5 liter (2.488 cc) seperti yang dipasang di Mazda6, tetapi kini dilengkapi turbo.
Mesin baru ini menelurkan tenaga 234 HP pada putaran mesin 5.000 rpm dan torsi maksimum 420 Nm pada 2.000 rpm. Sekadar sebagai catatan, torsi sebesar ini setara dengan torsi mobil-mobil SUV bermesin turbodiesel yang kini beredar di Tanah Air.
Tak heran saat gas diinjak seketika, beberapa kali roda depan CX-9 ini mengeluarkan decitan karena terjadi spin akibat besarnya tenaga mesin yang tersalur spontan.
Walau demikian, ada yang hilang saat ”bermain-main” dengan tenaga mesin ini, yakni absennya paddle shift di balik roda setir untuk memindahkan transmisi otomatis 6 percepatannya secara manual. Padahal, fitur ini sesungguhnya sangat menambah faktor kesenangan berkendara.
Bagaimana dengan fitur keselamatan? Seperti lazimnya mobil flagship, berbagai fitur keselamatan yang sudah ada di model lain Mazda juga sudah ada di sini, seperti Blind Spot Monitoring (BSM), Rear Cross-Traffic Alert (RCTA), Lane-Departure Warning System (LDWS), dan Lane-keep Assist System (LAS), dan kaca spion dalam yang sudah elektrokromik.
Juga ada Smart City Brake Support depan belakang yang akan mengerem kendaraan secara otomatis jika ada obyek di depan saat mobil bergerak maju dengan kecepatan maksimum 30 kilometer per jam, dan saat mobil bergerak mundur dengan kecepatan 2-8 kilometer per jam.
Fitur lainnya adalah Driver Attention Alert, yang bisa mendeteksi kondisi pengemudi jika sudah lelah dan mengantuk, guna menghindari kecelakaan fatal di jalanan.
Bicara akomodasi, dengan tiga baris kursi, Mazda CX-9 bisa memuat 7 orang dengan nyaman. Saat Kompas mencoba duduk di kursi paling belakang, terasa ruang kaki masih cukup lega buat orang dewasa setinggi hingga 160 cm, walaupun ruang keseluruhannya memang tidak leluasa.
Ergonomi kursi depan sudah nyaman, tetapi ada ketidaknyamanan yang muncul saat kepala harus menoleh agak jauh untuk menengok spion sebelah kiri. Penempatan kaca spion ini terasa agak terlalu ke belakang sehingga butuh gerak kepala yang lebih untuk memeriksa lalu lintas di sebelah kiri belakang.
PR Department Head PT EMI Fedy Dwiparileksono mengatakan, hanya beberapa pekan setelah peluncuran, peminat CX-9 baru ini sudah berdatangan. Bahkan, beberapa pembeli rela membeli mobil-mobil bekas test drive milik dealer atau milik PT EMI karena tak sabar menunggu datangnya unit baru.
”Para pembelinya umumnya adalah mereka yang tadinya berniat membeli SUV dengan harga sekitar Rp 1 miliar ke atas,” ujarnya.