JAKARTA, KOMPAS — Erajaya Swasembada mengumumkan layanan pembelian lintas kanal daring ataupun luring yang akan mengintegrasikan jaringan toko ritel mereka yang saat ini mencapai 775 titik di Indonesia. Layanan ini juga menjadi salah satu alasan bagi mereka untuk terus berekspansi membuka titik penjualan baru, bahkan di kota-kota di sekitar kota besar.
Kanal Omni Erajaya menawarkan pendekatan daring ke luring (online to offline/O2O), yakni pembelian melalui situs erafone.com untuk kemudian diambil barangnya di toko ritel yang disepakati. Pendekatan berikutnya adalah luring ke daring (offline to online), yakni datang ke toko milik Erajaya untuk kemudian memesan agar barang bisa dikirim ke alamat tertentu, miliknya atau orang lain.
Direktur Komunikasi dan Pemasaran Erajaya Group Djatmiko Wardoyo menjelaskan, pendekatan daring ke luring akan memudahkan konsumen, terutama di daerah, agar bisa mendapatkan barangnya lebih cepat, apalagi bila dia tinggal di dekat salah satu titik penjualan. Daripada menunggu barang dikirimkan melalui ekspedisi yang memakan waktu lebih dari 2 hari, hal itu bisa jauh dipersingkat.
Skenario luring ke daring bisa terjadi apabila calon konsumen datang ke toko dan mendapati stok barang yang diinginkan sedang kosong. Dia bisa meminta agar barang tersebut dikirimkan dari toko lain ke rumahnya atau alamat lain.
”Ada juga skenario luring ke daring ke luring (offline to online to offline), calon konsumen yang datang ke toko dan mendapati produknya habis bisa meminta agar stok barang yang tersedia di toko lain bisa diambil secara langsung,” kata Djatmiko dalam peluncuran Kanal Omni di Jakarta, Rabu (30/5/2018).
Layanan tersebut menjadikan situs erafone.com sebagai pusat kegiatan. Pembeli memilih barang yang diminati dan membayar barang yang ada di keranjang. Pada formulir pembayaran, ada opsi untuk dikirim di alamat yang bisa dicantumkan, atau diambil di toko Erafone berdasarkan lokasi yang dikehendaki.
Pembeli punya kebebasan memilih cabang yang dipilih dengan pertimbangan ketersediaan stok barang di toko tersebut. Seusai memilih, muncul bukti transaksi yang dikirim ke surel yang nantinya ditunjukkan kepada kasir di toko. Untuk verifikasi identifikasi, dibutuhkan kartu pengenal yang juga harus disertakan.
Andre Tanudjadja, Director Operational Erafone, menyebut bahwa jaringan toko sebanyak 775 titik di Indonesia menjadi modal berharga bagi Erajaya untuk memberikan layanan kanal omni. Dengan demikian, konsumen yang tinggal di kota pinggiran bisa mendapatkan barang keinginan mereka dengan cepat.
Tahun ini, lanjutnya, Erajaya berencana membuka 250 titik baru sehingga di akhir tahun bakal memiliki lebih dari 1.000 titik. Beberapa hari lalu mereka meresmikan Erafone Megastore di empat wilayah, yaitu Tasikmalaya, Tangerang, Lampung, dan Sukabumi. Megastore adalah klasifikasi toko yang memiliki luas setidaknya 250 meter persegi.
Bukan pertama
Berdasarkan catatan Kompas, Erajaya bukanlah pemain pertama yang menjalankan skema O2O seperti ini. Sebelumnya, ada pelaku e-dagang, yakni mataharimall.com yang menawarkan layanan mengambil barang yang dibayar konsumen dengan mendatangi kotak-kotak yang tersebar di pusat keramaian, salah satunya di stasiun kereta api.
Begitu pula jaringan minimarket Alfamart juga mengeluarkan produk serupa yakni Alfacart. Konsumen melalui aplikasi yang diunduh terpisah bisa membeli barang-barang kebutuhan harian untuk kemudian diambil di cabang Alfamart.
Menurut Djatmiko, layanan O2O yang mereka tawarkan memiliki kepribadian, setidaknya dari produk yang ditawarkan. Produk seperti ponsel pintar dianggap sebagai pilihan yang tepat untuk didistribusikan kepada konsumen dengan cara ini. Layanan kanal omni diperkenalkan untuk memastikan tidak ada konsumen yang urung membeli karena kehabisan stok.
”Mereka akan mendapatkan barang yang dimau bagaimanapun caranya,” kata Djatmiko.
Pada kesempatan yang sama, dia juga menegaskan bahwa keputusan untuk ekspansi ke daerah-daerah tidak sepenuhnya bergantung pada layanan O2O. Ekspansi itu terkait dengan strategi Erajaya untuk mengincar pasar ritel meskipun kompetitor malah memanfaatkan jalur daring.
”Bukan taruhan, melainkan risiko yang sudah terkalkulasi. Ritel tetap menjadi tulang punggung Erajaya Group, tetapi layanan O2O bisa jadi masa depan,” ujar Djatmiko.
Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham PT Erajaya Swasembada Tbk, bulan April 2018, mereka membukukan penjualan Rp 23,4 triliun atau pertumbuhan 17,9 persen dibandingkan tahun lalu dengan nilai Rp 20,55 triliun.