Kala Band Menjadi ”Brand”
Desember mendatang, Slank menapaki usia 35 tahun. Tak hanya semakin matang dalam bermusik, band yang bermarkas di Gang Potlot, Jakarta, itu juga kian agresif di dunia bisnis. Kini, selain sebagai band, nama Slank juga menjadi brand untuk produk bisnis yang mereka geluti.
Setelah menjadi merek telepon genggam pada 2012 dan kopi pada 2017, nama Slank kembali dipakai sebagai brand produk sepatu bernama Slanked. Produk itu hasil kerja sama dengan produsen sepatu dalam negeri, PT GF Indonesia (Eagle).
Produk edisi terbatas ini diluncurkan di pusat perbelanjaan FX Sudirman, Jakarta, Rabu (23/5/2018). Hadir kelima personel Slank, yaitu Bimbim, Kaka, Ridho, Ivanka, dan Abdee Negara.
Drumer Slank, Bimo Setiawan (Bimbim), mengatakan, personel Slank sudah lama mendambakan memiliki sepatu produk dalam negeri yang mereka desain sendiri. ”Selama ini untuk topi, baju, celana bisa cari buatan dalam negeri. Namun, giliran sepatu, selalu kesulitan mencari yang sesuai selera. Ujung-ujungnya pakai produk impor. Sekarang dari atas ke bawah semuanya produk lokal,” ujarnya.
Personel Slank diberikan kewenangan mendesain sepatu masing-masing. Setiap sepatu mempunyai bentuk dan motif tertentu, sesuai dengan karakter pendesainnya.
Sepatu rancangan Ivanka, misalnya, memiliki motif tanda clef. Itu untuk mencerminkan dirinya sebagai pemain bas karena tanda itu merupakan kunci nada yang sering digunakan dalam bermain bas.
Kesan sporty dan stylish sangat terlihat dari sepatu rancangan Kaka. Hal itu tidak terlepas dari kebiasaan sang vokalis untuk selalu menyempatkan diri berolahraga saat tur bermusik ke daerah.
”Biasanya selalu bawa dua sepatu, untuk lari dan manggung. Sekarang satu sepatu Slanked bisa digunakan untuk keduanya,” ujarnya.
Bimbim mengatakan, Slank ingin menumbuhkan kebanggaan menggunakan produk Indonesia. Namun, dia menekankan pihaknya tidak anti produk impor. Bahkan, mereka mengaku juga menggunakan beberapa produk asing.
Mencari kualitas terbaik menjadi alasan utamanya. ”Kami juga punya misi agar buatan Indonesia tidak kalah dengan produk asing. Buatan lokal, tetapi kualitas internasional,” ujarnya.
Menurut Bimbim, misi itu dapat terwujud dengan berkolaborasi bersama Eagle. Sebab, Eagle memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun dalam memproduksi sepatu. Apalagi, Slank selalu dilibatkan mulai dari perancangan hingga peluncuran sepatu tersebut.
Setiap sepatu hanya diproduksi 1.200 pasang. Setiap pembeli mendapat sertifikat berisi tanda tangan personel Slank.
Saat peluncuran, sepatu Slanked dibanderol Rp 469.000 per pasang. Untuk saat ini harganya bervariasi, di bawah Rp 800.000 per pasang.
Bimbim mengatakan, sejak tiga bulan lalu, kabar peluncuran sepatu Slanked itu sudah diumumkan kepada penggemarnya. Tujuannya supaya mereka bisa mengumpulkan uang untuk membelinya. ”Ini, kan, edisi terbatas, jadi wajib dimiliki,” ucapnya.
Bimbim menuturkan, Slank senang nama mereka digunakan untuk membranding produk-produk dalam negeri. Nama Slank tak hanya digunakan untuk band tersebut, tetapi juga bermanfaat bagi pihak lain.
”Kami senang nama Slank dipakai untuk menggerakkan roda ekonomi baru. Bisa banyak orang yang terlibat dan bekerja. Ini menjadi kebanggaan,” ucapnya.
Desain sendiri
Gitaris Slank, Ridho, mengatakan, peluncuran sepatu Slanked menjawab keinginan personel Slank untuk mempunyai sepatu yang didesain sendiri. Menjadi lebih istimewa karena menggunakan produk dalam negeri.
”Banyak brand luar negeri membuat produknya di Indonesia. Jadi, produk dalam negeri seharusnya tidak kalah berkualitas. Tinggal bagaimana desain dan mengemas iklan yang menarik,” ujar Ridho.
Menurut Kaka, ada kekeliruan dalam cara pandang sebagian orang Indonesia terhadap produk lokal. Hal itu tergambar dari kegemaran untuk memiliki brand luar negeri walaupun KW.
”Banyak orang lebih memilih beli produk impor KW (palsu) daripada lokal yang orisinal. Ini mindset, kan, sudah rusak. Jadi, harus diperbaiki dengan memunculkan produk lokal berkualitas,” ujarnya.
Kaka berharap, dengan membawa brand Slank, semakin banyak orang Indonesia yang terpengaruh untuk mencintai produk dalam negeri. Hal itu dimulai dari penggemar Slank atau akrab disebut Slankers.
Chairman of Eagle, CK Song, mengatakan, pihaknya tidak ragu berkolaborasi dengan Slank dan menjadikannya brand sepatu. Menurut dia, Slank sudah menjadi ikon grup musik di Indonesia dengan basis penggemar yang sangat besar sehingga produknya lebih gampang dikenal.
Direktur Pemasaran dan Komunikasi PT GF Indonesia Cindy Jane mengatakan, salah satu tujuan peluncuran sepatu Slanked untuk mengedukasi masyarakat Indonesia dalam mencintai produk dalam negeri. ”Anak-anak muda Indonesia diharapkan memilih produk lokal yang asli, dibandingkan merek luar negeri tapi KW,” ujarnya.
Dalam peluncuran sepatu Slanked itu, Slank juga tampil dengan membawakan empat lagu. Dimulai dengan lagu ”Loe Harus Grak”, penampilan Slank langsung menjadi pusat perhatian pengunjung FX Sudirman.
Lagu pertama yang berenergi itu menjadi umpan untuk mencuri perhatian pengunjung. Berikutnya, giliran lagu dengan lirik mendalam, ”Virus” dan ”Ku Tak Bisa”, dimainkan.
Tanpa aba-aba dan panduan, pengunjung seperti diajak untuk menyanyikan lagu itu. Saat lagu ”Ku Tak Bisa” dilantunkan, nyaris tidak ada lirik yang terlewat dinyanyikan pengunjung.
Lagu ”Orkes Sakit Hati” dari Album 999+09 menutup penampilan Slank sore itu. Pengunjung pun berjoget bersama sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Berkarier lebih dari tiga dasawarsa di industri musik membuat Slank menjadi salah satu band tertua di Indonesia yang masih aktif. Namun, mereka tak pernah lelah berkarya.
Seusai meluncurkan sepatu Slanked, Slank siap memberikan kejutan selanjutnya. Bimbim mengatakan, masih ada tiga produk yang akan diluncurkan dengan menggunakan brand Slank.
Bimbim masih merahasiakan ketiga produk itu. Namun, produktivitas di usia yang tak lagi muda semakin menegaskan
kalau Slank memang enggak ada matinya dalam berkreativitas.