Monica Ivena Menyemai Mimpi
Rumah bagi perancang busana Monica Ivena (25) punya makna khusus dalam perjalanannya meniti karier di dunia mode. Dari rumahnya di kawasan Pantai Indah Kapuk yang telah menjadi bagian hidupnya selama tujuh tahun terakhir, Monica melahirkan karya-karyanya.
Ia berbekal dukungan suami, Thomas Yu (34), dan sang anak semata wayang, Ryan Thomas (5). Merekalah duo sistem penyokong terbesar Monica selama ini.
Sore baru saja jatuh. Sisa-sisa sinar matahari yang terik masih berjejak di langit, mencoba menerobos masuk melalui kaca-kaca pintu besar lantai dua kediaman Monica di sebuah kompleks di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Rabu (30/5/2018).
Hari itu adalah hari terakhir ia berada di Jakarta. Kamis pagi, dia akan berangkat ke Shanghai mengikuti ajang Star Fashion Week, debut internasionalnya sebagai perancang.
”Kelihatan santai, ya? Mungkin karena semua baju sudah selesai tiga minggu lalu ya,” ujar Monica tentang keberangkatannya ke Shanghai. Sore itu, Monica bahkan masih sempat menemui klien yang memesan gaun pengantin. Malamnya, Monica masih menyisakan janji dengan seorang klien dari luar kota.
Meski keberangkatannya ke Shanghai menjadi debut pertamanya di panggung internasional, Monica memang tak terlihat cemas atau senewen. ”Aku selalu percaya sama Tuhan. Kalau dikasih kesempatan sama Tuhan, pasti disiapin orang-orangnya, semuanya. Jadi buat apa khawatir. Aku lakukan yang terbaik bagian aku, sisanya aku serahin. Pasti Tuhan lakukan yang terbaik,” kata Monica.
Untuk Star Fashion Week, Monica membawa 15 baju dalam rangkaian koleksi bertajuk ”Star Bie” atau ”Rockstar Barbie”. Koleksi itu didominasi warna pink dan hitam. ”Baju yang pink banyak aplikasi hitam, yang hitam banyak aplikasi emas. Ada juga stars (bintang) dari besi yang diaplikasikan ke baju,” ujarnya.
Ide rancangan Star Bie lahir di rumah tak lama setelah Monica menggelar show pada Agustus 2017. Untuk koleksi itu, Monica menghabiskan waktu sekitar enam bulan. Tak hanya koleksi Star Bie. Seluruh karya Monica, termasuk yang pernah dikenakan aktris Korea, Clara Lee, juga lahir di rumah meski ide-ide untuk karyanya itu tetap bisa datang dari mana saja.
Sejak menikah, Monica memang semakin serius menekuni profesinya sebagai perancang. Kepada sang suami, Monica mengatakan ia ingin tetap bekerja mewujudkan keinginan dan cita-citanya.
”I have my dream,” katanya. Dari rumah, mimpi Monica itu terus disemai.
Sesuai selera
Ketika rumah yang telah mereka tinggali sejak tujuh tahun lalu itu dibangun, sang suami yang adalah seorang kontraktor interior, khusus untuk material kayu, berusaha mewujudkan keinginan Monica. Dia membuatkan sebuah ruang kerja untuk Monica di lantai dua, sesuai dengan selera Monica.
Bersih dengan dominasi warna putih pada dinding dan lantai, juga lampu dengan bohlam berwarna putih. ”Saya enggak terlalu suka dengan warna lampu yang kuning,” katanya.
Di ruang kerja itulah sehari- hari Monica menghabiskan waktunya. Mulai dari menuangkan ide-ide menjadi gambar, lalu mewujudkannya menjadi gaun-gaun rancangan di bengkel kerjanya yang juga tak jauh dari lokasi rumah.
”Rukonya deket sama rumah, bisa jalan kaki. Kalau misalnya makan siang mau lihat atau mau apa gampang,” kata Monica.
Lembur pun dilakukan Monica di ruang kerjanya. Dengan begitu, dia tak perlu ”berkeliaran” ke mana-mana.
”Kebanyakan aku kalau habis bangun tidur jemput anak dulu dari sekolah. Jadi kalau terlalu muter-muter enggak keburu. Untuk sementara, kerja dan ketemu orang waktunya masih di sini,” tutur Monica.
Bekerja dari rumah memang menjadi pilihan Monica. Dengan bekerja dari rumah, ia merasa mendapat nilai lebih karena di sela-sela pekerjaan itu dia tetap bisa melihat Ryan si buah hati.
Prinsip Monica sejak awal, boleh bekerja, tapi anak dan keluarga tetap nomor satu. Dia tak ingin pekerjaan membuatnya terpisah atau jauh dari sang anak.
Tak heran, sejak bayi, Ryan sudah kerap diajak Monica ikut bekerja. Begitu juga dengan suami yang selalu memberinya dukungan penuh.
”Kami ke mana pun selalu bertiga, enggak bisa dipisahin. Aku kalau sampai enggak bawa anak enggak mungkin. Bisa nangis aku. Badan ada di mana, hati ada di rumah. Jadi, semua ikut. Itu baru home. Jadi, harus sama mereka,” katanya.
Tidak rewel
Dari ruang kerja, Monica sesekali berpindah ke ruang keluarga untuk menonton TV atau ruang makan yang menempel pada dapur kering. Thomas yang lebih sering memakai dapur itu untuk memasak mi instan kesukaan Monica. Biasanya aktivitas memasak itu justru dilakukan larut malam saat keduanya tengah sibuk menyelesaikan pekerjaan, tetapi mendadak diserang lapar.
”Mi buatan Thomas serius enak banget,” ujar Monica memuji sang suami. Yang dipuji sedang tak ada di rumah karena tengah sibuk menyelesaikan pekerjaan di kantor sebelum menemani Monica ke Shanghai.
Monica tak terlalu rewel dengan desain rumah dan interior di dalamnya. Yang penting baginya, rumah itu nyaman dan bisa mengakomodasi kebutuhan penghuninya.
Selain didominasi kaca, Thomas juga menambahkan taman kering dengan suara gemericik air sebagai semacam penyekat ruangan. Di bagian belakang juga terdapat taman mini dengan rumput artifisial agar tidak terlalu kotor jika digunakan untuk bermain bersama Ryan.
”Suamiku menyebut rumah ini tropikal minimalis. Banyak pakai kaca supaya sinar matahari masuk dan rumah jadi terang. Enggak harus selalu pakai lampu. Kalau malam juga terang,” kata Monica.
Banyak pakai kaca supaya sinar matahari masuk dan rumah jadi terang. Enggak harus selalu pakai lampu. Kalau malam juga terang.
Main piano
Di lantai dua pula, jika Monica tengah ingin menikmati me time, dia memainkan piano. ”Ini salah satu cara untuk menghibur diriku. Biasanya hari Minggu kan libur, atau di sela menunggu tamu yang telat dateng. Enggak ada yang dilakukan, ya, main piano,” kata Monica.
Sesekali dia juga mengundang kakak-kakaknya datang ke rumah untuk berlatih muay thai atau mengundang keponakan- keponakannya datang bermain. Begitu juga dengan orangtua dan mertua.
Saat hari raya-hari raya China, misalnya, seluruh keluarga biasa berkumpul di sana. Keluarga besar juga memberikan dukungan kepada Monica selama ini.
Aktivitas lainnya baru dilakukan di lantai tiga yang didominasi kamar tidur. Selain kamar utama ada ruang kerja Thomas, juga ada kamar Ryan.
Di kamar utama yang menjadi tempat istirahat, tak jarang Monica justru mendapat ide untuk rancangannya. Kalau sudah begitu, dia bisa melompat bangun dari ranjang, lalu turun ke ruang kerja untuk mengeksekusi ide-idenya.
”Udah biasa kayak gitu, sih. Suami enggak pernah protes juga. Yang penting komunikasi,” katanya dengan tawa berderai.
Bagi Monica, rumah telah menjadi tempat berpijak terbaik untuk meraih mimpi-mimpinya. Rumah menyimpan kisah perjalanan hidup dengan banyak peran yang dilakoninya. Dari rumah pula Monica terus membentangkan sayapnya, meraih mimpi-mimpinya.