Kenyamanan Ruangan, antara Produktivitas dan Kesehatan Mental
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
Arsitek Ren Katili dan Novriansyah Riri Yakub percaya bahwa kenyamanan suatu ruangan mampu memengaruhi suasana hati, kebahagiaan, dan produktivitas seseorang yang berada di dalamnya. Bagi mereka, ruangan yang nyaman itu memiliki pencahayaan alami, sirkulasi udara, dan kondisi termal yang baik, serta menyediakan akses visual ataupun fisik pada ruang hijau.
”Ruangan harus nyaman supaya orang itu senang. Kalau tidak nyaman, orang tidak akan senang. Ruangan yang mendapatkan sinar matahari dan memiliki suhu udara yang pas akan memberikan efek yang lega, airy, dan membuat orang senang berada di dalamnya,” kata Ren, Sabtu (9/6/2018), saat acara Satu Ruang di Art:1 New Museum, Jakarta Pusat.
Respons kenyamanan masing-masing pada suatu ruangan berbeda-beda. Bagi Riri, ruangan yang nyaman itu mampu mendorong produktivitas seseorang. ”Kita bisa lebih terinspirasi ketika berada di ruangan yang nyaman. Saya sering mendekor ulang ruangan saya ketika ruangan itu tidak menginspirasi saya. Saya menikmati spasial yang lebih personel,” kata Riri.
Untuk mendekor ulang suatu ruangan, ujarnya, posisi furnitur bisa dipindah sesuai dengan kebutuhan. Warna ruangan itu juga bisa diubah, misalnya dengan menambah beberapa dekorasi, mengganti warna furnitur, ataupun dinding ruangan.
”Tugas arsitek adalah menciptakan ruangan agar orang bisa beraktivitas. Karakter seseorang itu mendasari ruangan yang akan dibangun itu. Selain arsitek, peran desainer interior juga penting dalam membentuk identitas itu,” kata Riri.
Walaupun demikian, menurut Ren dan Riri, profesi arsitek belum dikenal baik oleh masyarakat umum di Jakarta. Untuk memperkenalkan profesi itu, keduanya meluncurkan akun Youtube Architect’s Life Ren+Riri pada 2016 sebagai bentuk sosialisasi mengenai profesi arsitek.
”Masyarakat mungkin masih takut berhubungan dengan arsitek karena nilainya yang besar. Proyek pembangunan di Jakarta sering kali tidak melibatkan arsitek dan tidak semua bangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” kata Ren.
Kesehatan mental
Shafira Fawzia yang bekerja di bagian riset sehatmental.id menjelaskan, arsitek dan desain interior mampu mendukung orang berperilaku dan beraktivitas dengan baik. ”Apabila seseorang bekerja selama berjam-jam dalam suatu ruangan yang tidak nyaman, stres menjadi lebih gampang terpicu,” ujarnya.
Memiliki pendapat yang sama dengan Ren dan Riri, ruangan yang nyaman itu memiliki pengaliran udara yang bagus, suhu yang tepat, dan tidak sempit.
Ketua umum acara Satu Ruang, Mega Sufian, menambahkan, kesehatan mental merupakan salah satu isu di Jakarta yang belum menerima banyak perhatian. Untuk itu, mahasiswa jurusan arsitektur dan desain Universitas Pelita Harapan itu menggelar acara Satu Ruang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan mental.
Dalam acara itu, kompetisi arsitektur dan interior dengan tema kesehatan mental digelar. Sebanyak 72 karya dari mahasiswa seluruh Indonesia diterima dan sebanyak 25 yang telah diseleksi oleh sejumlah arsitek, desainer interior, dan psikolog sedang dipamerkan di Art:1 New Museum, Jakarta Pusat, hingga Minggu (10/6/2018).