Tahun 2025, Seluruh ”Supercar” Produksi McLaren Berteknologi Hibrida
Oleh
Dahono Fitrianto
·3 menit baca
Pabrikan supercar dan hypercar asal Inggris, McLaren, tak mau ketinggalan dalam mengejar keunggulan teknologi mobil elektrik. Dalam Goodwood Festival of Speed, pekan lalu, McLaren mengumumkan bahwa dalam tujuh tahun ke depan, seluruh mobil produksinya akan berteknologi hybrid.
Termasuk dalam rencana yang termaktub dalam program Track25 tersebut adalah ambisi untuk memproduksi 18 model baru hingga tahun 2025. Satu di antaranya mobil yang akan masuk dalam Ultimate Series sebagai penerus McLaren P1, satu-satunya mobil hibrida yang pernah diproduksi McLaren sejauh ini.
”Seluruh tim McLaren Automotive fokus pada mendesain dan merakit mobil-mobil terbaik di dunia. Sesuai dengan semangat yang tertanam dalam diri McLaren, ambisi kami adalah untuk terus berkembang dan rancangan Track25 kami termasuk 18 model baru dan McLaren P1 yang baru,” kata Mike Flewitt, CEO McLaren Automotive, seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima Kompas, 20 Juli 2018.
Program Track25 sendiri adalah pengembangan dari Track22 yang diumumkan McLaren pada Geneva Motor Show 2016. Track25 menjadi tonggak sejarah penting bagi McLaren yang bertekad terus meningkatkan performa mobil-mobilnya sekaligus memaksimalkan faktor kenyamanan mengemudi.
Dari sisi teknologi hibrida, McLaren akan fokus pada kemampuan pengisian daya baterai yang cepat dan peningkatan daya baterai yang tinggi. Daya baterai ini dipatok mampu diaplikasikan guna menempuh jarak lebih dari 30 mil (sekitar 48 kilometer) di trek balap.
Program bernilai investasi total 1,2 miliar poundsterling (sekitar Rp 23 triliun dengan kurs saat ini) ini juga bertujuan mengejar bobot mobil seringan mungkin dengan teknologi material komposit. Saat ini McLaren tengah merampungkan pembangunan McLaren Composite Technology Center (MCTC) dengan investasi sebesar 50 juta poundsterling.
Dari sisi keamanan dan kenyamanan berkendara, mobil-mobil McLaren nantinya juga akan dilengkapi dengan fitur perlindungan dunia maya, meningkatkan sistem pelacak kendaraan dan sistem pembaruan perangkat lunak over-the-air (OTA).
Mengguncang dunia
McLaren mengejutkan dunia lima tahun lalu dengan meluncurkan supercar hybrid pertama, McLaren P1. Mobil ini mengusung dua sumber tenaga penggerak, yakni sebuah mesin V8 3.8 liter (3.799 cc) dengan turbo ganda dan sebuah motor elektrik.
Total tenaga gabungan dari dua sumber tersebut mencapai 916 PS dan torsi puncak 980 Newton meter (Nm). Tenaga monster ini diterjemahkan dalam catatan akselerasi 0-100 kilometer per jam dalam 2,8 detik dan 0-200 kilometer per jam hanya dalam 6,8 detik.
Mobil eksotik ini hanya diproduksi 375 unit di seluruh dunia dan langsung terjual habis hanya dalam waktu sebulan sejak mulai dipasarkan pada Oktober 2013. Di ranah mobil-mobil super, P1 hanya memiliki dua rival langsung, yakni LaFerrari dan Porsche 918.
Sejak saat itu, pihak McLaren tak pernah menjawab dengan jelas kapan penerus P1 akan diproduksi. Manajemen McLaren hanya menjawab, model penerusnya baru akan diproduksi setelah pabrikan itu memiliki peningkatan teknologi dan kehebatan performa.
”P1 telah mengguncangkan dunia. (Penerusnya) harus sesignifikan itu lagi,” kata Flewitt dalam wawancara dengan majalah Motortrend. Menurut CEO McLaren tersebut, loncatan teknologi akan dibuat di sektor dinamika pengendaraan, kendali perangkat lunak, teknologi powertrain, dan pengurangan bobot kendaraan.
”Ini akan menjadi sebuah mobil super-aerodinamis performa tinggi yang bisa melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan mobil balap di masa lalu. Dan tetap menjadi mobil yang enak dikemudikan di jalanan biasa,” katanya.
Motortrend menyebut, penerus P1 ini tetap akan diproduksi dalam jumlah terbatas, tetapi akan lebih banyak daripada P1 yang hanya diproduksi 375 unit. Flewitt juga menyatakan, tak tertutup kemungkinan pihaknya juga akan membuat sebuah McLaren yang murni elektrik.