Kamera Saku untuk Profesional
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kamera ponsel semakin canggih. Produsen kamera ”tradisional” pun kini tidak hanya bersaing dengan sesamanya, tetapi juga harus bersaing melawan kamera ponsel dengan ketajaman gambar yang bisa dibilang mampu menyaingi kamera profesional.
Salah satu produsen kamera yang terus mengembangkan kamera saku atau kamera kompak adalah Sony. Produsen kamera itu kini melengkapi seri kamera saku RX100 dengan edisi terbarunya, RX100 VI, dengan banyak fitur teknologi yang disematkan. Salah satu fitur andalan itu adalah kapasitas zoom 8,3 kali dan autofokus tercepat di kelasnya, 0,03 detik.
Dengan keunggulan itu, kamera ini menargetkan fotografer yang mengincar kamera kecil dan ringan yang mampu memotret obyek pada jarak jauh, yang diam atau bergerak, dan dengan efek bokeh. Kamera saku berdimensi 10 cm x 5,8 cm x 4,3 cm ini menjadi model pertama lini RX100 dengan teknologi high magnification zoom lens yang dilengkapi dengan ZEISS Vario-Sonnar T* 24-200 milimeter dan lensa F2.8-F4.5.
Kecepatan autofokus 0,03 detik yang diklaim tercepat di dunia itu artinya obyek yang bergerak dapat difokuskan secara cepat dan akurat. Kapasitas autofokus itu juga bisa mengikuti pergerakan mata si obyek.
Kamera dengan sensor gambar 20,1 megapiksel itu juga menawarkan pengambilan gambar terus-menerus berkecepatan tinggi hingga 24 foto per detik dengan limit buffer sampai 233 gambar. Artinya, pengguna dapat memotret dalam mode ini, tanpa melepaskan tombol rana, selama lebih kurang 10 detik.
Kamera itu juga memiliki antidistortion shutter berkecepatan tinggi, sebesar maksimal 1 per 32.000 detik yang mengurangi efek rolling shutter yang bisa dialami saat subyek bergerak dengan cepat.
Model ini mampu menghasilkan video 4K serta merekam video super slow motion pada 240fps, 480fps, atau 960fps. Sayangnya, kamera ini belum dihadirkan dengan aksesori mikrofon.
Head of Digital Imaging Sony Indonesia Yamamoto Takatsugu menjelaskan, Jumat (27/7/2018), saat jumpa pers di Jakarta Pusat, untuk mempertahankan ukuran kamera sekecil itu, semua fitur belum bisa dimasukkan. Ke depan, peralatan audio itu menurut rencana akan dikembangkan.
Melawan kamera ponsel
Kamera saku mau tak mau kini harus bersaing dengan kamera ponsel. Berbagai produsen ponsel pintar bahkan kini sering kali lebih mengedepankan teknologi kamera saat memasarkan produk ponsel mereka.
Salah satu contohnya adalah Huawei P20, ponsel pintar pertama dengan tiga lensa kamera, yang memiliki resolusi hingga 40 megapiksel dengan aperture f/1.8. Kamera tersebutjuga dibekali teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang secara otomatis menyesuaikan setelan warna yang paling pas untuk obyek yang dipotret.
Namun, bagi Satyro Sidhi Rachmat, Product Marketing Digital Still Camera Sony Indonesia, kemampuan kamera
saku dalam menghasilkan foto tidak akan kalah dengan
kamera ponsel pintar. Ia percaya, sensor kamera saku lebih
baik daripada kamera ponsel pintar.
”Efek bokeh, cahaya, dan detail foto dipengaruhi oleh sensor. Semakin sensor itu besar, efek bokeh gambar itu semakin baik, cahaya yang diserap semakin banyak, dan detailnya lebih tajam. Kamera saku tidak akan kalah dengan kamera ponsel pintar selama merek-merek ponsel pintar tidak meningkatkan sensornya,” tutur Satyro.
Enche Tjin, fotografer, menambahkan, kamera ponsel pintar tidak memiliki kapasitas zoom setinggi RX100 VI. ”Untuk photography wildlife, misalnya, kamera seperti RX100 VI tetap lebih diandalkan karena kapasitas zoom-nya,” ujarnya.
Saat jumpa pers tersebut, wartawan,bloger, ataupun fotografer yang hadir diberikan kesempatan untuk mencoba RX100 VI dengan obyek model perempuan dan chef yang sedang menyiapkan hidangannya. Keduanya berada di dalam ruangan dan diterangi dengan peralatan pencahayaan.
Foto yang dihasilkan oleh kamera itu cukup memuaskan. Dalam kondisi zoom atau tidak, fokus kamera kepada obyek bisa dilakukan dengan cepat dan menghasilkan foto tajam dengan efek bokeh. Pengguna dapat memilih fokus kamera melalui touchscreen atau dengan mengikuti mata obyek itu.
Pasar meningkat
Menurut President Director Sony Indonesia Kazuteru Makiyama, pasar kamera saku kelas premium di Indonesia meningkat dengan cepat. Walaupun pangsa pasar lebih besar pada kamera mirrorless, semakin banyak pengguna kamera mirrorless mengincar kamera dengan ukuran yang lebih kecil.
”Sekarang semakin banyak customer ingin foto dengan efek bokeh, juga selfie bokeh. Saat mereka tidak ingin membawa kamera terlalu besar saat bepergian, mereka bisa menggunakan kamera saku seperti RX100 VI,” tutur Kazuteru.
Di sisi lain, pasar kamera kompak pemula untuk pasar menengah ke bawah, bagi Kazuteru, tidak tumbuh. Pihaknya belum memutuskan apakah ke depan lebih fokus ke kamera saku kelas premium atau entry level. Selain kamera saku premium, ada pula kamera mirrorless dan full frame yang pasarnya meningkat.
RX100 VI kini sudah bisa dipesan sejak Jumat di toko diler resmi Sony. Kamera itu dijual dengan harga Rp 16,9 juta dan akan tersedia di Indonesia pada akhir Agustus 2018.
Namun, dengan harga sebesar itu untuk kamera saku, beberapa orang mungkin akan berpikir, kenapa tidak sekalian membeli kamera mirrorless Sony A6500 atau Sony A7 III atau kamera sekelas lainnya. Dengan menambah harga sedikit, tetapi bisa mendapat kamera dengan lensa yang bisa diganti-ganti dan sensor lebih besar.
Di kelasnya, RX100 VI ini di antaranya bersaing dengan Panasonic Lumix ZS200/TZ200. Canon juga memiliki jagoan di pasar kamera kompak ini, yakni Canon PowerShot G7 X Mark II atau G1 X Mark III, sedangkan Fujifilm mengandalkan Fujifilm X100F.