Gairah Industri Songket Meningkat Jelang Asian Games 2018
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Para pedagang songket di Palembang, Sumatera Selatan, berharap momentum Asian Games 2018 bisa meningkatkan penjualan produknya hingga 30 persen. Ajang olahraga terbesar se-Asia ini juga diharapkan dapat menumbuhkan gairah industri songket yang sempat lesu selama beberapa tahun.
Vicky Ansori, salah satu pemilik butik songket di Sentra Industri Songket Kelurahan 30 Ilir, Palembang, menjelaskan, ia telah mempersiapkan tambahan stok kain songket hingga 30 persen.
”Saya nantinya juga ikut berpartisipasi untuk mengisi stan di daerah Jakabaring pada 16-25 Agustus. Saya telah menyiapkan sekitar 50 potong kain songket untuk dijual selama periode tersebut,” kata Vicky, Jumat (10/8/2018).
Vicky berkaca dari momentum PON XIV pada tahun 2004, di mana ia mampu meraup pendapatan sekitar Rp 120 juta dari hasil penjualan songket selama pekan olahraga tersebut. Menurut dia, momentum Asian Games 2018 diharapkan bisa menumbuhkan kembali gairah industri songket yang sempat lesu selama tiga tahun terakhir.
”Sebelum tiga tahun, dalam sebulan saya mampu menjual 20-30 songket dengan kisaran harga Rp 1,5 juta-Rp 5 juta. Namun, selama tiga tahun belakangan ini, penjualannya tidak sampai 20 potong kain per bulan,” katanya.
Menurut Vicky, kurang meratanya promosi yang dilakukan oleh pemerintah daerah membuat penjualan songket menurun. ”Kami pedagang songket menjadi bergerak sendiri untuk mempromosikan kerajinan ini ke Kementerian Perindustrian. Selain itu, kami bergerak untuk ikut menghadiri sejumlah bazar atau stan untuk memperkenalkan songket ini,” ujarnya.
Manajer operasional salah satu butik songket, Muhammad Hasan, berharap, penjualan songket bisa meningkat 20-30 persen selama momen Asian Games 2018. Menurut Hasan, pembeli songket biasanya berasal dari negara Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
”Setiap ada ajang olahraga di Palembang, pasti ada peningkatan penjualan songket atau suvenir lainnya. Ketika itu, kami mengalami peningkatan penjualan ketika ada Sea Games 2011 di Palembang,” ujar Hasan.
Hasan mengatakan, biasanya songket yang paling banyak laku di kisaran harga Rp 2,5 juta-Rp 5 juta. Dalam sebulan, butik tersebut mampu menjual sekitar 20 potong kain per bulan.
”Kami memiliki 30 perajin. Rata-rata satu orang mampu membuat dua pasang songket setiap bulannya. Jika ada songket dengan pesanan khusus, satu songket dengan pesanan khusus ini bisa dikerjakan selama tiga bulan lamanya,” ujar Hasan.
Sebelumnya, Rabu (8/8/2018), Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pempek dan songket menjadi produk unggulan yang bisa dijual kepada wisatawan mancanegara selama Asian Games 2018. Menurut Arief, kedatangan sekitar 51.000 wisman ini perlu dimanfaatkan untuk upaya meningkatkan pendapatan masyarakat daerah.
Pengamanan makanan
Secara terpisah, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Kota Palembang Dewi Prawitasari menjelaskan, BPOM Kota Palembang telah melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap 150 UMKM yang mengolah produk pempek, kemplang, dan pindang.
”Pembinaan ini kami lakukan dalam rangka Asian Games 2018 agar produk yang dijual tetap terjaga kualitasnya. Produk yg telah melewati pembinaan, pengawasan, dan pengecekan laboratorium akan mendapatkan stiker Pangan Aman,” ujarnya.
Selain itu, BPOM juga melakukan pengawasan makanan di 11 hotel dan 20 katering yang bekerja sama dengan Inasgoc. Menurut dia, pengawasan tersebut akan terus dilakukan hingga Asian Games berakhir.