Mengenang masa lalu menjadi hal yang menyenangkan bagi semua orang. Kesedihan, kegembiraan, terkenang masa jenaka bersama rekan seperjuangan atau bahkan dengan gadis idaman, adalah sebuah perjalanan tak terlupakan.
Hal itulah yang tampaknya ingin digaet Astra Honda Motor ketika meluncurkan motor anyarnya, Honda SuperCub 125, pada pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018, pekan lalu. Bersama dengan SuperCub 125, AHM juga meluncurkan skutik besar Honda Forza dan Honda CRF 1000L Africa Twin, yang disegarkan kembali penampilannya.
Namun yang paling unik memang SuperCub 125, yang tampilannya benar-benar membawa kita ke masa lalu saat Honda memopulerkan ”Honda Bebek” pada akhir era 1970-an. Setahun lalu, kendaraan ini sudah mulai muncul di jalanan beberapa kota di Jepang.
Kompas sempat beberapa kali menanyakan kepada manajemen AHM tentang kemungkinan mereka memboyong motor mungil ini ke Indonesia. Apalagi, Indonesia adalah negara dengan pangsa pasar terbesar bagi Honda.
Saat itu, Ahmad Muhibuddin, Deputy Head of Corporate Communication AHM, menyatakan, pihaknya belum terpikir untuk memboyong kendaraan ini ke Indonesia. Pengenalan pasar menjadi salah satu alasan bagi AHM sebelum memutuskan untuk memboyong motor ini ke Indonesia.
Namun, kini, motor nostalgia itu ada di depan mata.
Retro dan romantisisme
Saat selubung dibuka oleh Toshiyuki Inuma, Presiden Direktur AHM, dan Johannes Loman, Executive Vice President AHM, sebuah motor mungil berkelir dominan biru laut terlihat perlahan. Dari keseluruhan penampilan, SuperCub 125 adalah penjelmaan baru dari para ”senior”-nya, Honda C50, C70, yang pernah ada di Indonesia.
Honda masih mempertahankan ciri khas SuperCub, mulai dari sepatbor depan roda yang sedikit agak mendongak di bagian depannya, tidak terlalu simetris dengan lingkar roda depan. Sementara di bagian belakang, fender dengan bahan dasar metal berbentuk S adalah sesuatu yang klasik bagi desain SuperCub.
Begitu juga dengan desain lampu utama depan yang bulat dan lampu belakang pipih serta tipis, dan knalpot yang di bagian ujungnya sedikit mengecil membuat nilai keklasikannya kental terasa.
Satu hal lain yang tetap dipertahankan Honda adalah penggunaan sistem perpindahan gigi manual. Di tengah makin populernya sepeda motor matik, Honda masih mempertahankan ciri khas motor ”lama” pada SuperCub 125 ini. Hal itu bisa dilihat dengan adanya tuas pijakan kaki untuk perpindahan gigi manual di dekat pijakan kaki bagian kiri.
Loman mengatakan, Honda memang sengaja mempertahankan desain SuperCup 125 ini sebagai sebuah desain yang unik dan timeless, tak lekang oleh waktu. Berbagai perubahan atau modifikasi di bagian mesin atau eksterior tidak harus membuat karakter dan desain motor yang produksinya sudah dimulai pada akhir era 1950-an itu pudar.
”Desainnya kental dengan keaslian di seluruh bodi. Unsur orisinalitas tetap kami pertahankan,” katanya.
Mesin dan unsur kekinian
Di luar penonjolan unsur nostalgia masa lampau, SuperCub 125 ini juga dibekali dengan fitur- fitur kekinian yang telah dikembangkan desainer Honda. Mulai dari mesin sampai pernik-pernik yang telah disematkan di berbagai produk mereka, ada di motor ini.
Di bagian depan, misalnya, meski masih menggunakan desain lampu retro mirip dengan desain motor di awal kemunculannya pada tahun 1958, kini Honda menggunakan teknologi lampu LED untuk motor ini. Bahkan, seluruh sistem pencahayaan telah menggunakan LED. Begitu juga dengan sistem pengamanan yang telah menerapkan Honda Smart Key.
Untuk mesin, Honda menyematkan mesin injeksi SOHC berkapasitas 125 cc 4 gigi berpendingin udara, yang diyakini andal dan ekonomis untuk berkendara, baik di dalam kota maupun ke luar kota. Tenaga maksimum yang bisa dihasilkan mesin ini adalah 6,76 kilowatt yang bisa dicapai pada putaran 7.500 RPM.
Kombinasi desain kekinian dan klasik juga bisa dilihat pada panel meter di batang kemudi. Kombinasi analog dan digital yang dilengkapi dua lingkaran krom pemisah antara display analog (spedometer) dan digital membuat setang kemudi tampil menjadi lebih manis.
Dari semua penampilan yang terlihat, hanya ada sedikit pertanyaan yang mengemuka. Beberapa pengunjung yang sempat melirik produk yang dibanderol seharga Rp 55 juta (on the road, Jakarta) ini menanyakan kemampuan daya angkut penumpang.
Mengapa? Karena motor ini hanya didesain untuk dinaiki oleh satu orang. Tidak ada yang bisa dibonceng di bagian belakang. Honda tak menyediakan jok untuk penumpang di belakang pengemudi. ”Padahal saya ingin jalan-jalan bareng istri. Kalau cuma satu, ya enggak enak,” celoteh salah satu pengunjung sambil tertawa.
Walau cuma bisa membawa satu penumpang, hingga GIIAS 2018 berakhir, 174 unit Honda SuperCub 125 dipesan konsumen.