Satrio Pangarso Wisanggeni/ Didit Putra Erlangga Rahardjo
·3 menit baca
Selama ini, kemampuan prosesor mutakhir dengan kemampuan komputasi tertinggi kebanyakan dipunyai ponsel-ponsel ”flagship” dari masing-masing produsen papan atas, seperti LG G7 ThinQ atau Samsung Galaxy Note 9. Banderol yang disematkan pada ponsel-ponsel ini pun tergolong premium.
Persaingan di kelas premium pun semakin ramai dengan masuknya produsen- produsen seperti Oppo, Huawei, dan Vivo. Berbagai fitur pembeda disematkan pada ponsel-ponsel kelas atas itu agar terlihat lebih unggul atau menonjol dibandingkan dengan pesaing. Hanya satu yang sama, yakni harga ponsel- ponsel flagship yang relatif mahal.
Situasi itu pun kemudian memberikan peluang bagi sejumlah produsen lain untuk merebut perhatian masyarakat dengan peranti-peranti yang berpredikat flagship killer atau penantang ponsel kelas atas.
Strategi ”membunuh” yang digunakan pun sebetulnya sederhana saja: bagaimana menciptakan ponsel dengan spesifikasi sekencang-kencangnya dengan harga serendah mungkin.
Strategi ini terlihat jelas digunakan oleh ponsel Pocophone F1, yang diluncurkan di Indonesia pada Senin (27/8/2018). Pocophone adalah sub-brand dari pabrikan asal China, Xiaomi.
Pocophone F1 adalah seri pertama yang dirilis dari inisiatif memperkenalkan keunggulan fitur ponsel kelas flagship tetapi dengan harga yang terjangkau. Terdapat tiga varian yang diperkenalkan untuk Pocophone F1, yakni kapasitas RAM 6 gigabita dengan penyimpanan internal 64GB seharga Rp 4,5 juta, RAM yang sama dengan kapasitas penyimpanan internal 128 GB dengan harga Rp 5 juta. Satu lagi varian edisi armoured dengan kapasitas yang sama tetapi dengan balutan khusus kevlar dijual dengan harga Rp 5,2 juta.
Daya jual seri F1 terletak pada lembar spesifikasi yang bisa dibilang mengimbangi ponsel-ponsel kelas flagship, seperti sistem dalam cip (system of chip) Snapdragon 845, teknologi pengisi daya Quick Charge 3.0, baterai 4.000 mAh, dan teknologi pendinginan internal. Ponsel dengan spesifikasi paling mendekati adalah Zenfone 5z dari Asus yang dijual dengan Rp 6,8 juta dengan penggunaan Snapdragon 845.
Jika hanya melihat prosesor dan RAM, spesifikasi dan harga Pocophone F1 sungguh menakjubkan. Dengan prosesor dan RAM yang setara, Samsung Galaxy S9+ dirilis di Indonesia dengan harga Rp 12,9 juta, atau sekitar tiga kali lipat Pocophone F1.
Snapdragon 845 adalah prosesor paling mutakhir dan tercepat saat ini, dengan delapan inti prosesor (octa-core) dengan konfigurasi 4x2,8 GHz dan 4x1,8 GHz. Berdasarkan uji (benchmark) yang dilakukan Tom’s Guide, peningkatan signifikan ditunjukkan oleh 845 dibandingkan pendahulunya, 835.
Proses convertfile video dari resolusi 4K 2160p menjadi Full HD 1080p, Snapdragon 845 dalam Galaxy S9 Plus membutuhkan waktu 2 menit 32 detik. Di sisi lain, Galaxy S8 yang menggunakan Snapdragon 835 menghabiskan waktu hingga 4 menit 8 detik.
Kehadiran Pocophone F1 tentu mempersempit ruang gerak kelas flagship killer yang selama ini dikuasai OnePlus. Ponsel teranyar OnePlus adalah OnePlus 6, yang juga bermodalkan Snapdragon 845. OnePlus 6 dijual dengan harga 529 dollar AS atau sekitar Rp 7,7 juta. Sebelum kehadiran Pocophone F1, harga Oneplus 6 sudah memadai untuk digolongkan sebagai flagship killer.
Dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan flagship normal, jelas ada kompromi yang dilakukan Pocophone dan produsen flagship killer lainnya.
Pocophone F1 menggunakan kaca gorilla glass versi 3 untuk layarnya, di mana saat ini yang paling mutakhir adalah Gorilla Glass 6. Ini adalah salah satu cara untuk memangkas biaya produksi sehingga bisa dijual lebih murah. Kompromi lain adalah material badan ponsel yang terbuat dari plastik.
”Kami mendengarkan keinginan para pengguna untuk menghadirkan fitur yang benar-benar dibutuhkan, yakni kecepatan dan performa,” ujar Head of Pocophone Global Alvin Tse seusai peluncuran.
Dia menegaskan bahwa Pocophone merupakan submerek dari Xiaomi dan untuk selanjutnya akan terus begitu. Penyebabnya adalah perbedaan filosofi yang dianut Pocophone yang memilih fokus pada aspek tertentu, kali ini untuk performa komputasi, pengalaman, dan kamera, sementara ponsel flagship dari Xiaomi menghadirkan pengalaman yang relatif merata untuk seluruh aspek.
Dengan demikian, lanjutnya, Pocophone akan menggunakan infrastruktur yang dimiliki Xiaomi di Indonesia terkait layanan purnajual, distribusi, dan pemeriksaan kualitas produksi untuk menghasilkan ponsel pintar mereka.
Apakah spesifikasi termutakhir dengan harga murah itu sanggup memikat hati konsumen? Menarik ditunggu.