Berbagi Momen Bersejarah
Magnitudo Asian Games 2018 memang berdenyut di arena pertandingan, tetapi resonansinya merambat ke segala arah. Di Jakarta, berbagai acara pendukung yang berjangkar pada momen kebanggaan ini ramai tergelar. Kita pun masih bisa menyaksikannya selepas pergelaran Asian Games usai. Ayo, jangan ketinggalan, rasakan energi kegembiraan yang tersisa.
Paling tidak, dengan menyaksikan berbagai acara pendukung ini mungkin bisa mengurangi kekecewaan banyak orang yang kesulitan mendapatkan tiket pertandingan ataupun pesta penutupan Asian Games. Persoalan tiket ini boleh dibilang satu catatan penting untuk dievaluasi.
Dari berbagai acara ikutan Asian Games yang digelar, beberapa di antaranya, yaitu Asian Textile Exhibition di Museum Tekstil, pameran Ceramic Asia in Batavia: The Age of Partnership di Museum Seni Rupa dan Keramik, serta pameran Sejarah Asian Games di Museum Sejarah, Jakarta. Ada pula pameran Wayang Persahabatan Dunia bertema olah kanuragan dari beberapa negara Asia dan Eropa.
Tidak hanya itu, ada pula video mapping di Tugu Monumen Nasional (Monas). Sejak 13 Agustus lalu, warga Jakarta dapat menikmati pemandangan indah penayangan video yang ditembakkan ke sekujur Tugu Monas. Gambar dengan bantuan multimedia ini terdiri atas tiga segmen. Segmen pertama bercerita tentang Asian Games di zaman Soekarno. Segmen kedua tentang kota Jakarta dan Palembang. Sementara segmen ketiga tentang Asian Games tahun ini.
Di Museum Tekstil, dipamerkan koleksi kain dari 25 negara di Asia, seperti Malaysia, Singapura, Sri Lanka, India, Jepang, China, Palestina, Bangladesh, dan Kazakhstan, dan Kamboja. Pameran akan berlangsung hingga 9 September mendatang.
Pencinta kain sudah pasti akan bahagia di sini. Berbagai jenis kain, seperti batik, shibori, jumputan, tie dye, dan varian teknik lainnya, tenun, tenun ikat, dobel ikat, songket, kain yang dihiasi bordir, sulam, dan aplikasi lainnya dipamerkan di sini. Selain dalam bentuk kain panjang, ditampilkan pula kain yang diolah jadi baju tradisional, seperti kimono, hanbok, dan kebaya. Olahan kain lainnya juga ditemukan, seperti gendongan bayi, taplak meja, hingga sarung bantal.
Lewat pameran ini kita bisa mencermati ciri khas kain dari setiap negara. Banyak di antaranya menunjukkan setidaknya beberapa kemiripan, seperti bahan baku, teknik, dan motif. Batik, misalnya, selain ditemukan di Indonesia, juga di Malaysia, Singapura, Bangladesh, dan Sri Lanka. Variasi teknik celup atau jumputan ditemukan di Jepang, India, dan Indonesia. Sementara teknik tenun ikat ditemukan di Tajikistan, Malaysia, Filipina, Myanmar, dan Timor Leste, selain Indonesia.
Serba beririsan
Lewat kain saja, setidaknya kita bisa menyadari bahwa entitas negara terkadang hanya serupa pengotakan geografis yang formalistik. Namun, sejatinya bangsa-bangsa di Asia berbagi kebudayaan yang serba beririsan, yang membuat kita sejatinya selalu terhubung.
”Kain-kain yang dipamerkan di sini merupakan pinjaman dari koleksi pribadi dan kedutaan besar beberapa negara Asia,” ungkap Dimas Ardi Nugroho, pemandu di Museum Tekstil.
Salah seorang pengunjung, Masakatsu Tozu, datang karena mengetahui sedang ada pameran tekstil Asia. Tidak heran karena Direktur Institut Budaya Tekstil Asia dari Kokushikan University ini meminjamkan salah satu koleksinya untuk dipamerkan.
”Jarang, lho, ada negara punya museum tekstil. Dan bagus sekali Museum Tekstil di sini bisa membuat pameran tekstil Asia seperti ini. Kita jadi tahu seperti apa kekayaan tekstil Asia,” katanya.
Dalam brosur tertera panitia juga menyediakan jadwal tur kepada atlet dan petugas peserta Asian Games 2018. Tur juga ditawarkan kepada media peliput yang berminat. Tur gratis ini meliputi tur sejarah dengan tujuan Monas, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bank Mandiri, dan Museum Bank Indonesia.
Di Grand Indonesia, tampak rombongan atlet sedang asyik berjalan-jalan. Mereka berasal dari kontingen India, Korea, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Beberapa tampak menenteng kantong-kantong belanja. Apalagi, Festival Jakarta Great Sale di 82 mal tengah menawarkan potongan harga hingga 70 persen sampai 4 September mendatang.
Tidak hanya itu, bahkan pertunjukan musikal Mamma Mia!dari West End, London, pun dimasukkan sebagai bagian dari Asian Games. Maksudnya, sebagai acara berkelas dunia yang bisa jadi pilihan para atlet untuk mencari hiburan di Jakarta.
Semangat kerelaan
Keriangan atas perhelatan Asian Games Ke-18 di Jakarta juga bisa dirasakan bagi calon penumpang pesawat terbang di Terminal 3 Keberangkatan Internasional Bandara Soekarno-Hatta. Di lokasi itu pameran Permainan Anak Tradisional digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan PT Angkasa Pura. Bandara internasional tentu menjadi lokasi cukup strategis sebagai tempat pameran untuk mengenalkan keindonesiaan.
Ragam gasing yang disuguhkan di pameran itu puluhan jenis jumlahnya. Mulai dari yang kecil hingga berukuran besar dari sejumlah daerah di Nusantara.
Sebanyak 75 jenis permainan anak tradisional dipamerkan selain dari komunitas Gudang Dolanan Indonesia. Jumlah itu masih terlampau sedikit jika dibandingkan dengan jumlah permainan anak tradisional Nusantara yang mencapai 2.500 jenis. Pameran ini berlangsung 27 Agustus hingga 15 September 2018.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II juga menggelar pameran Seni Rupa Aneka Rupa 5 RSJ. Selain turut meramaikan suasana Asian Games, pameran ini juga merupakan rangkaian kegiatan Festival Bebas Batas yang berpuncak di Galeri Nasional Indonesia pada 12 Oktober 2018. Festival ini menampilkan karya-karya seni rupa para penyandang disabilitas.
Di Gedung III Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, juga digelar Pameran Arsip, 27-31 Agustus lalu, pukul 09.00-15.30. Pengunjung bisa menyaksikan foto-foto Asian Games 1962 dan arsip foto perhelatan olahraga lain di masa lampau.
Perhelatan Asian Games 2018 benar-benar magnet yang menarik semua pihak ingin menjadi bagian dari sejarah, bahkan secara sukarela. Seperti cerita koreografer kondang Eko Supriyanto. Ratusan penari dalam pesta pembukaan Asian Games merupakan sukarelawan dan bukan penari profesional.
Banyak di antaranya datang dari luar Jakarta, bahkan luar Jawa. Mereka ingin menyumbang untuk kesuksesan dan menjadi bagian sejarah dari Asian Games 2018
Para sukarelawan ini datang dari sejumlah daerah dengan modal hidup sendiri di Jakarta selama proses latihan. Eko menerima mereka, tentu setelah diseleksi sesuai kriteria. Dia menerapkan tiga prinsip: disiplin, niat, dan fokus. Tidak sedikit dari mereka berjualan penganan kecil untuk biaya hidup di Jakarta demi tampil menari di pesta pembukaan.
Semoga Asian Games menjadi simulasi bagi kita untuk bersikap positif. Dalam dua minggu bisa, kenapa tak seterusnya?
(M HILMI FAIQ/NINA SUSILO)