Aplikasi Ponsel Pintar Bantu Deteksi Perawatan Kulit yang Bersertifikat
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tumbuhnya industri estetika di Indonesia perlu disertai dengan kewaspadaan terhadap tempat-tempat praktek yang tidak tersertifikasi, juga produk yang tidak original. Pemeriksaan klinik yang tersertifikat melalui aplikasi telpon genggam merupakan salah satu solusi yang dikembangkan oleh perusahaan perawatan kecantikan untuk memastikan prosedur yang didapatkan oleh konsumen itu benar-benar aman dan dilakukan oleh dokter yang terlatih.
Ultherapy merupakan salah satu teknologi perawatan kecantikan yang sering dipalsukan. Perangkat tiruan itu belum diuji dan berpotensi tidak aman. Konsumen kadang tertipu dengan tawaran itu karena alat yang digunakan itu tampaknya hampir sama dan biaya yang dikenakan lebih murah dari biasanya.
"Banyak beredar produk alat perawatan kecantikan yang palsu, sehingga perawatan menjadi sia-sia. Pada banyak perawatan ultherapy palsu, energi dikirimkan pada tingkat dan kedalaman yang tidak konsisten, sehingga membahayakan pasien," ucap Lanny Juniarti, Dokter Ahli Estetika, saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (7/9/2018). Ia pernah menangani pasien dengan kebakaran kulit tahap dua (second degree burn) akibat perawatan ultherapy yang tidak tersertifikasi.
Ultherapy adalah perawatan kecantikan yang menggunakan teknologi ultrasound non invasif. Gelombang suara dengan frekuensi yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia itu disasarkan ke bawah permukaan kulit, sedalam tiga hingga empat milimeter. Prosedur itu mendorong pertumbuhan kolagen baru di dalam kulit dan bertujuan untuk mengencangkan kulit kendur di bagian wajah, leher, dan bawah dagu.
Real Matters ID adalah aplikasi ponsel pintar dari Merz Aesthetics yang bertujuan membantu masyarakat memastikan perawatan ultherapy itu menggunakan perangkat yang asli dan ditangani oleh dokter estetika terlatih dan bersertifikat.
Hansen Gandhi, Marketing Manager Merz Aesthetics Indonesia, mengungkapkan, ada sebanyak 30 klinik estetik di Indonesia yang menawarkan perawatan ultherapy tersertifikat yang terdaftar dalam aplikasi itu. Sekitar 20 dari jumlah klinik itu berlokasi di Jakarta, sisanya di Bandung, Semarang, Batam, Medan, Surabaya, dan Bali. Dalam aplikasi itu, pengguna dapat melokalisir klinik dengan perawatan ulterapy bersertifikat terdekat dari posisinya.
Selain melalui aplikasi, pasien juga dapat memastikan perawatan ultherapy yang diterimanya itu autentik dengan mengecek peralatannya. Mesin ultherapy yang asli itu ditempel dengan segel otentisitas berwarna oranye di bawah layar. Selain itu, mesin yang asli menampilkan visualisasi ultrasound pada waktu sebenarnya atau secara real time.
"Mesin yang palsu kadang tidak menampilkan gerakan ultrasound pada real time. Ada pula yang menampilkan video gerakan ultrasound secara berulang. Yang ini lebih sulit dideteksi, namun pasien dapat mengecek dengan memastikan gerakan ultrasound yang ditampilkan itu diam saat alatnya tidak digunakan," tutur Hansen.
Olivia Ong, Pendiri Jakarta Aesthetic Clinic, menambahkan, "Bila ultherapy-nya autentik dan ditangani para dokter yang tepat, resiko terjadinya efek samping minim dan pasien dapat kembali ke aktifitas selanjutnya tanpa masalah". Efek samping akibat energi ultrasound seperti kulit bengkak sehari setelah prosedur atau rasa ngilu beberapa minggu setelahnya merupakan efek yang wajar dan diharapkan.
Hasil yang diharapkan dari perawatan ultherapy itu mulai terasa sekitar tiga bulan setelah prosedur. "Wajah secara overall tampil lebih fresh secara natural. Hasil yang diharapkan itu tidak bisa instan dan perlu waktu," ucap Olivia.