Tata Cara Tradisional Tetap Menjadi Pilihan Pernikahan
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tata cara adat di dalam perkawinan diharapkan terus digemari oleh kaum muda saat mengakhiri masa lajang. Hotel Ritz-Carlton berupaya mendorong hal itu dengan membuat fasilitas perkawinan adat dengan harga yang terjangkau.
Hotel Ritz-Carlton menggandeng Bunga Wedding Organizer untuk menyediakan paket perkawinan gaya sunda, mempekenalkan kepada publik terkait, Traditional Wedding Soire-The Sundanese Traditions.
Dini Tirta Sari, Cluster Director of Wedding Social The Ritz-Carlton Jakarta, Mega Kuningan & JW Marriott Hotel Jakarta Jumat (14/9/2018) mengutarakan, penyelenggaraan paket perkawinan adat tradisional di hotel diharapkan menjadi tren yang difavoritkan masyarakat luas. Mayoritas warga menikah lebih memilih dengan tata cara internasional dianggap lebih mudah dan praktis.
Hotel Ritz-Carlton ingin menyediakan paket menikah dengan harga relatif terjangkau yakni Rp 150 juta dengan fasilitas lengkap seperti makan, kamar hotel, ruangan Presidential Suite dengan fasilitas 50-70 orang, dan wedding organizer.
Ini merupakan kali kedua, Ritz-Carlton mengadakan paket perkawinan dengan tata cara adat. Sebelumnya Ritz-Carlton mengusung tema budaya Jawa Tengah. Kali ini, adat Sunda dipilih karena dianggap adat ini cukup diminati banyak orang. Ke depan, Ritz-Carlton akan menyediakan paket perkawinan dengan adat budaya daerah lain di Indonesia.
Bunga Firdaus, pimpinan Bunga Wedding Organizer mengatakan, tren perkawinan dengan tata cara adat masih banyak digandrungi. Sejak 2008 hingga saat ini, banyak pasangan muda yang memercayai perusahaannya untuk menggelar perkawinan dengan adat daerah asli Indonesia.
"Pasangan muda saat ini lebih menyukai gaya tradisional dibandingkan tata cara internasional. Menikah dengan tata adat dianggap lebih menarik dibandingkan yang lain," kata Bunga.
"Banyak orang muda keliling Indonesia dan melihat kebudayaan di berbagai daerah. Hal itu bisa mendorong mereka untuk menikah dengan adat daerah. Karena budaya daerah adalah kekayaan Indonesia," tambahnya.
Menikah dengan tata adat memiliki makna di dalamnya. Contohnya, Ngaras dalam budaya Sunda. Ngaras memiliki makna ungkapan anak kepada orangtua. Anak mencuci kaki orangtuanya sambil meminta restu kepada kedua orangtuanya agar hidup berkeluarganya langgeng. Kedua pengantin menunduk, lalu perlahan-lahan membersihkan kaki ayah ibu kedua pasangan secara bergantian. Sesudah prosesi itu biasanya dilakukan siraman.
Banyak anggapan, menikah dengan tata adat tidak modern dan sulit dalam prosesinya. Indra (27) salah seorang warga di Bogor mengatakan, menikah dengan tata cara adat dianggap tidak efektif. Waktu ia menikah, ia memilih tata cara internasional yang dia rasa mudah. Orangtua dan mertuanya dulu menyarankan Bayu dan istrinya menggunakan ada Jawa. Namun, mereka tetap memilih tata cara internasional.
"Tata cara adat sangat ribet, jadi saya tidak menyukainya," kata dia.
Berbeda dengan Indra, Devi (35) memilih tata cara adat pada saat ia menikah. Lima tahun yang lalu, ia menikah menggunakan adat Jawa Tengah. Dengan baju layaknya raja dan ratu, Devi dan suami memilih dengan adat solo. Meski keduanya bukan orang Solo, namun mereka ingin peristiwa sekali lebih berkesan. (JOHANNES DE DEO CC)