JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan kamera telepon pintar akan mempermudah kerja para awak media. Selain kualitas gambar yang tidak kalah dengan kamera biasa, perkembangan informasi juga akan menunjang kecepatan kerja.
Dengan semakin canggihnya teknologi kamera di telepon pintar atau smartphone, serta semakin cepatnya arus informasi, tren fotografi menggunakan kamera ponsel atau mobile photography pun semakin pesat. Hal ini dapat menunjang pekerjaan seorang jurnalis yang tak harus membawa kamera digital yang berat atau besar saat bertugas.
Berdasarkan data dari We are Social, tren mobile photography sedang menjamur di Indonesia. Pada tahun 2018, jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia mencapai 67 persen dari keseluruhan populasi, yaitu 177,8 juta penduduk. Dari jumlah tersebut, 44 persen di antaranya menggunakan kamera ponsel untuk mengambil gambar.
Menurut Renaldi Ahmad, seorang profesional dalam mobile photography, perkembangan teknologi kamera ponsel saat ini dapat membantu kinerja seorang jurnalis. Apalagi, di tengah arus informasi yang amat deras, media dituntut mengeluarkan konten yang paling baru secepat mungkin.
Dengan menggunakan kamera ponsel, jurnalis tidak harus membawa kamera secara terpisah. Dengan demikian, mobilitas mereka dalam bekerja tidak terganggu dengan bawaan yang banyak. Selain itu, kualitas gambar yang didapat juga tidak kalah apabila dibandingkan dengan kamera biasa apabila mengetahui sudut pengambilan gambar yang tepat.
”Smartphone itu kan praktis dibawa, mudah dipegang, tidak harus ganti-ganti lensa seperti kamera digital atau mirrorless. Semua orang juga bisa menggunakan kamera di smartphone nya masing-masing,” ujar Renaldi saat ditemui di acara Media Masterclass, kelas fotografi yang diperuntukkan bagi jurnalis di Hotel Doubletree by Hilton, Jakarta, Kamis (20/9/2018) siang.
Selain praktis, jurnalis yang mengambil gambar dengan kamera telepon pintarnya dapat melakukan tugas peliputannya secara langsung (real-time). Setelah mengambil gambar, hasilnya bisa langsung dibagikan kepada masyarakat. Keuntungan ini tidak dimiliki jurnalis foto yang harus memindahkan hasil fotonya ke komputer atau laptop untuk memilah dan menyunting gambar.
Renaldi juga menyatakan, agar mendapatkan hasil yang bagus dari kamera ponsel, jurnalis harus memiliki timing yang tepat. Dengan memiliki hal tersebut, mereka akan mendapatkan hasil foto yang tidak mungkin didapat rekan-rekannya yang lain.
Yang kedua, para awak media harus lebih memahami dasar-dasar fotografi secara lebih mendetail. Konsep seperti rule of thirds wajib dipahami agar mereka dapat berkreasi dengan hasil karya mereka saat menyunting. Ia juga menekankan pentingnya kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
”Pada fotografi jurnalistik, hal yang paling sulit didapat adalah momen. Ini adalah hal yang sangat mahal. Apabila seseorang mendapatkan momen yang tepat pada sebuah gambar, masalah komposisi foto itu nomor kesekian. Foto jurnalistik itu mengajak orang untuk mendengarkan kisah sebuah obyek dari momen yang ditangkap kamera,” kata Renaldi. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA TELLING)