Penggalan Sejarah Indonesia pada Produk Mode Lokal
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ancaman kepunahan bangsa menggugah desainer lokal mencipta produk mode bergaya streetwear bernilai estetika dan ekonomi tinggi. Dinamai Extinct, streetwear ini menjangkau penggemar mode lokal dan internasional lewat kekuatan penggalan-penggalan cerita perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Setelah dipromosikan dalam pameran mode internasional ”The Agenda Show 2018” di Long Beach, California, Amerika Serikat, 28-30 Juni lalu, Extinct—karya brand fashion lokal Monstore—diperkenalkan di Indonesia. Bertempat di Monstore Shop, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (21/9/2018), bermacam streetwear Extinct diperkenalkan bekerja sama dengan platform penjualan daring Blibli.com.
Managing Director Monstore Nicholas Yudha dalam acara itu mengatakan, minat publik terhadap gaya streetwear cenderung bertumbuh. Terpilihnya lima brand pakaian Indonesia lainnya oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dalam The Agenda Show 2018 menjadi cermin.
Kala itu, ada tiga brand lokal yang mengutamakan streetwear sebagai produknya, yaitu Monstore, Paradise Youth Club, dan PMP Denim. Lebih dari itu, Nicholas menuturkan, ketertarikan Bekraf pada Monstore ialah pada kekuatan cerita dari pola desain pakaiannya.
”Kami jelaskan, ada cerita dari desain yang melekat di produk fashion kami. Tak sekadar streetwear, tapi juga ada storinya, yaitu ada peta wilayah Hindia Belanda, peristiwa zaman kolonial Belanda di Indonesia,” kata Nicholas.
Sebagai mode bergaya bernuansa jalanan, streetwear berkembang dengan unsur-unsur hip hop, dan pengaruh mode jalanan Jepang. Beberapa macam pakaian yang menandakan gaya streetwear antara lain jaket bomber, celana panjang jogger (jogger pants), jaket bertudung (hoodie), topi, dan sepatu sneakers. Extinct sedikitnya menawarkan tiga macam pakaian streetwear, yakni jaket bomber, celana panjang jogger, dan jaket bertudung.
Konsep desain mode Extinct dihiasi aksen sejarah revolusi Indonesia, khususnya semangat yang ditularkan pelukis Raden Saleh. Menurut Creative Director Monstore Michael Chrisyanto, konsep Extinct diilhami rasa ketakutan terhadap ancaman kepunahan.
”Problem bangsa kita belakangan adalah kita \'dijajah\' oleh produk-produk luar negeri. Anak muda lebih memilih produk luar daripada dalam negeri. Ini terasa ironis seperti masa penjajahan zaman dulu,” ungkap Michael.
Dari situlah, Michael dan tim kreatifnya mengangkat inspirasi dari karya Raden Saleh. Lukisan karya Raden Saleh, ”Penangkapan Pangeran Diponegoro”, ujarnya, menyiratkan keberanian untuk berjuang meskipun dikepung oleh pemerintah kolonial. ”Kita mau mengingatkan anak muda di masa sekarang tentang spirit itu. Bahwa we must have a local pride,” tegasnya.
Hal itu ditegaskan Dita Fabiola selaku vice president produk fashion pria Blibli.com. Dita mengatakan, perkembangan mode pria telah bertumbuh pesat dengan munculnya brand-brand indie yang punya pasar dan penggemar khusus. Dengan kolaborasi ini, upaya untuk menumbuhkan kebanggaan pencinta mode terhadap produk dalam negeri semakin digalakkan. ”Produk lokal kita, seperti Monstore, juga keren-keren dan unik, berkualitas, dan punya style oke,” kata Dita.
Mengenai kerja sama penjualan dengan Blibli.com, Nicho menyebut ada keselarasan misi untuk melebarkan sayap penjualan brand lokal di mata dunia. ”Selain penjualan di toko kami ini, kami berekspektasi bisa dijual lebih banyak via Blibli.com. Karena juga produk lokal, Blibli.com dan kami sejalan. Kami grateful banget,” ujar Michael. Selanjutnya, kata dia, penjualan daring via Blibli.com akan memperluas jangkauan penjualan produk Monstore.
Produk Extinct dipasarkan dengan beragam harga untuk masing-masing item, seperti jaket bomber berkisar Rp 399.000-Rp 499.000, T-shirt Rp 179.000, dan hoodie Rp 379.ooo.
Disambut hangat
Sejak berkembang pada 2009, Monstore turut disambut bangga oleh selebritas Bambang Reguna Bukit atau Bams, mantan vokalis band Samsons. Ia menggemari produk Monstore, terutama regular T-shirt, termasuk yang bertuliskan semacam ”Anti Sosial Sosial Club”. Menurut dia, desain mode Monstore cocok dikenakan dalam beragam situasi baik formal maupun informal. Bams pun mendorong publik untuk lebih meningkatkan penggunaan produk lokal berkualitas ketimbang produk impor.
”Kita harus bangga dan dukung produk dalam negeri. Meskipun branded luar terkenal, tapi kalau jelek dan tidak nyaman dipakai kita bisa lewatkan itu,” ujar Bams. (ROBERTUS RONY SETIAWAN)