Chu Lan Lan muncul di tengah panggung dengan gerak lamban gemulai. Tubuhnya yang dibalut pakaian panjang serba putih seketika bercahaya oleh sorotan tata lampu yang menerangi panggung. Suara Chu Lan Lan yang merdu seperti menyihir penonton yang jenak menyimak A Goddess on the Luo River.
Segmen yang berisi tari dan lagu ini khusus diciptakan untuk mempromosikan hubungan persahabatan antara Indonesia dan China. Adegan merupakan salah satu dari enam segmen yang ditampilkan Lanxin Opera Troupe dalam gelaran bertajuk I Beijing Opera atas undangan Lippo Group di Avenue of The Star, Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (16/9/2018) malam.
Chu Lan Lan, yang merupakan Profesor pada Beijing Opera Art Vocational Collage, menjelaskan, segmen tadi ditampilkan sebagai bentuk penghargaan terhadap persahabatan Indonesia dan China yang telah lama terbentuk. Kreasi tadi terinspirasi dari Legenda Lou Shen Fu, putri dari Dinasti Ming yang menikah dengan lelaki Jawa.
”Legenda ini terjadi sekitar tahun 1700 lalu. Itu berdasarkan penelitian kami,” kata Chu Lan Lan.
Cerita yang diangkat Chu Lan Lan itu mirip dengan sejarah putri Kang Cing Wei dengan Raja Bali Jayapangus. Selain itu, ada juga kisah putri Ong Tien Nio, anak Kaisar Hong Gie yang menikah dengan Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati kala itu berkunjung ke daratan China. Lalu, sang Putri kesengsem dan menyusul sang Sunan yang sudah pulang lebih dulu. Setelah menikah dan tinggal di Keraton Cirebon, Putri Ong berganti nama menjadi Nyi Ratu Laras Sumanding. Cerita tersebut banyak ditulis dalam buku antara lain oleh Masduki Sapin dalam Kisah Masyarakat Cirebon (1994).
Khusus segmen tentang legenda Lou Shen Fu tadi, Chu Lan Lan didampingi delapan penari dari Indonesia. Mereka menari mengiringi nyanyian dan gerakan Chu Lan Lan. Secara simbolik, ini menyiratkan persaudaraan Indonesia dan China.
Selain Chu Lan Lan, tampil juga pemain opera lain dari China, yakni Guo Ruina, Si Xianwei, dan Tao Yuchen. Mereka antara lain memainkan potongan Hua Mulan yang diambil dari ”Ballad of Mulan”, sebuah puisi naratif panjang yang sangat tenar pada abad ke-4 sampai ke-5 dalam sejarah China. Cerita ini juga diadaptasi Walt Disney Feature Animation ke dalam format film berjudul Mulan, bercerita tentang seorang putri raja yang nekat menyamar menjadi prajurit agar dapat membantu ayahnya yang mulai lemah memerangi pasukan lawan.
Dalam potongan cerita yang ditampilkan malam itu, Guo Ruina yang berperan sebagai Mulan tampil akrobatik sekaligus gemulai. Dia berpakaian dominan merah dipadu warna putih. Pipinya dihias merona sehingga matanya tampak menyala penuh semangat. ”Saya senang bisa tampil di sini. Ini sebuah kebanggaan,” ujarnya.
Seluruh pertunjukan tersebut disutradarai Li Xing, lulusan National Academy of Chinese Theatre Arts. Dia mengambil konsentrasi pertunjukan opera tradisional dan penyutradaraan. Dia sudah lama terlibat dalam penggarapan opera dan ikut ke sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Perancis, Eropa, Hong Kong, dan Taiwan.
”Seluruh pertunjukan ini sudah kami siapkan sejak tiga bulan lalu,” kata Li Xing yang malam itu menonjolkan kemesraan hubungan Indonesia dan China. (MHF)