Berawal sebagai varian dari mobil sports populer Toyota sebelumnya, yakni Celica, Supra terlahir pada 1978. Hingga kemudian lepas menjadi model tersendiri, Supra telah menancapkan reputasi yang melegenda dengan basis penggemar fanatik di seluruh dunia.
Nama aslinya di Jepang kala itu adalah Celica XX. Namun, nama tersebut diubah menjadi Celica Supra untuk pasar internasional, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Supra diambil dari bahasa latin yang berarti “di atas”.
Varian ini mulanya diperuntukkan bagi konsumen yang menginginkan Celica dengan penampilan dan performa yang lebih sporty. Celica Supra pun hadir dengan postur lebih panjang dan lebar dari Celica standar.
Generasi pertama sang legenda ini (disebut pula A40), mengusung mesin 6 silinder segaris 2 liter bertenaga 123 HP. Ada pula versi 2,563 liter bertenaga 110 HP. Kesuksesan varian ini membuatnya terus berevolusi hingga empat generasi.
Tonggak baru mewarnai kelahiran generasi ketiga (MkIII/A70) pada tahun 1986, yakni berpisahnya Supra dari Celica untuk menjadi model tersendiri. Celica beralih ke penggerak roda depan dan Supra mempertahankan penggerak roda belakang. Konfigurasi mesin yang diusung masih sama, yakni 6 silinder segaris.
Supra pun terus mengukuhkan diri sebagai mobil sport yang mumpuni, terlebih saat kemunculan generasi keempat (MkIV/A80) pada 1993. Mobil itu menjadi idola banyak penggemar otomotif, terutama karena performa yang meningkat signifikan ketimbang generasi sebelumnya berkat mesin 2JZ-GTE twin turbo, keluwesan untuk dimodifikasi, serta harga yang relatif terjangkau.
Supra juga berpartisipasi dan sukses dalam berbagai kejuaraan mobil, baik di Jepang maupun internasional. Mobil itu pun merambah budaya pop saat tampil dalam film box officeThe Fast and The Furious (2001). Supra MkIV berkelir oranye menjadi tunggangan utama sang bintang, Brian O’Connor (Paul Walker).
Dalam hal ini, Supra mengikuti jejak “sang leluhur” Toyota 2000GT, yang juga tampil dalam film You Only Live Twice (1967) sebagai kendaraan James Bond (diperankan Sean Connery). Namun, Supra melangkah lebih jauh dari pendahulunya itu karena juga tampil dalam sejumlah video game, seperti Gran Turismo dan Need For Speed.
Sayang, perkembangan tren otomotif dunia membuat Toyota harus menghentikan produksi Supra pada 2002. Sampai akhirnya ide menghidupkan kembali sang legenda muncul pada 2012 lewat kerja sama antara Toyota dan BMW.
Assistant Chief Engineer Toyota Gazoo Racing Masayuki Kai menceritakan kepada Kompas, saat awal Chief Engineer Tetsuya Tada, diberi tugas menjalin kerja sama dengan BMW, dia langsung menyadari bahwa proyek ini haruslah untuk membangun Supra generasi terbaru.
“Padahal, proyek itu sebenarnya bisa saja untuk jenis mobil apapun, seperti SUV atau sedan,” katanya.
Pertimbangan Tada, lanjut Kai, pada saat itu BMW merupakan satu-satunya produsen yang masih bertahan membuat mesin 6 silinder segaris. Mesin jenis itu adalah “napas” utama Supra, selain sistem penggerak roda belakang.
Proses pengembangan Supra terbaru ini, diakui Kai, juga memberikan tekanan besar kepada tim mengingat reputasi legendaris yang disandangnya. Namun, mereka optimistis All-New Supra ini dapat memenuhi harapan para pecinta otomotif, terlebih lagi Supra difokuskan sebagai mobil sport murni.
“Supra ini nantinya juga akan diikutkan dalam ajang balap Nascar,” ujar Kai. Sang legenda pun bersiap menulis lembaran baru dalam babak hidupnya.