Eksplorasi Nuansa Futuristik
Perancang mode Sapto Djojokartiko seakan keluar dari cangkangnya melalui peragaan busana tunggal pertama setelah 10 tahun berkarya. Dia langsung melesat ke masa depan lewat nuansa futuristik dalam koleksi musim semi/musim panas 2019.
Momen perayaan 10 tahun ini dikemas secara unik, Kamis (20/9/2018). Selasar panjang di bagian luar bangunan Istora Senayan, Jakarta, disulap menjadi landas peraga (runway) untuk 70 rancangan terbaru Sapto. Peragaan busana digelar sekitar pukul 10.00. Pencahayaan utama adalah sang surya sendiri.
Menaungi selasar itu adalah bagian luar tribune yang miring dan berundak yang turut memberi nuansa futuristik bagi koleksinya. Sisa-sisa kemeriahan perhelatan Asian Games 2018 seakan masih menempel pada dinding-dindingnya.
Alasan Sapto memilih Istora karena secara arsitektur bentuknya tampak futuristik, terlebih setelah direnovasi. Istora juga merupakan tempat historis lahirnya banyak juara olahraga. ”Modern, tetapi ada rasa sentimentilnya. Semakin pas dengan koleksi ini,” kata Sapto.
Dia juga menjelaskan pemilihan waktu di pagi hari yang jarang ditemui dalam peragaan busana di Indonesia. Dengan konsep semi-luar ruangan, cahaya matahari paling nyaman di selasar itu adalah pada pukul 10.00-10.30. Lebih dari itu, udara terasa panas. Maka, model pertama sudah berlenggok di landas peraga sekitar pukul 10.20.
Sapto menuturkan, koleksi kali ini terinspirasi hubungan manusia dengan teknologi. Peradaban manusia terus berkembang, termasuk munculnya kecerdasan buatan yang memfasilitasi jalannya aktivitas manusia sehari-hari di era modern seperti sekarang.
Sapto menuangkan konsep itu dalam desain, motif, dan hiasan dengan daya tarik modern dan unsur street style. Setelan celana pendek, luaran lengan panjang yang agak formal, dengan kaus putih yang bergaya sporty membuka koleksi, dilengkapi kacamata yang mirip kacamata ski.
Gaya santai dan sporty ini muncul di beberapa rancangan dengan permainan padu padan warna dan corak. Selain untuk perempuan, koleksi juga mencakup rancangan busana untuk pria. Di samping kacamata, kesan sporty itu dilengkapi dengan sneakers atau selop dan sandal serta tas.
Gaya semacam ini, menurut Sapto, merupakan respons terhadap gaya hidup masyarakat urban. ”Setahun ke depan barangkali sudah ada MRT (transportasi massal cepat). Banyak orang ingin ke mal naik transportasi publik itu, tetapi tetap dengan gaya. Gak harus pakai dress, cukup atasan dan bawahan yang spesial,” tuturnya.
Bermain dengan koleksi siap pakai (ready to wear) membuat dia merasa harus terus mengikuti tren mutakhir dan memperhatikan apa yang terjadi di sekitarnya. Tinggal buka mata saja untuk mengetahui gaya hidup yang tengah digemari masyarakat. Begitu pun untuk koleksi terbaru yang dimaksudkan untuk merespons sekaligus memperluas pasar.
Dia berani mengeksplorasi warna dan motif baru di luar warna dan motif khas rancangannya yang sudah dikenal. Berisiko memang, tetapi Sapto berniat mencobanya mengingat tanggapan pasar yang relatif positif. Orang tidak akan tahu jika tidak ditawari, katanya.
Koleksi musim semi/musim panas 2019 menyajikan palet warna arctic yang dingin dan kontemporer, seperti frost, oyster, marble, quill, spruce, seafoam, clay, dan sentuhan warna hitam. Ada pula sedikit unsur warna clematis, limoges, sage, dan cayenne.
Motif yang paling banyak muncul adalah nuansa futuristik yang terinspirasi dari ornamen-ornamen tradisional Indonesia, seperti ukiran pada pintu dan jendela. Ukiran itu diolah sedemikian rupa membentuk printed circuit board atau papan sirkuit yang ada pada banyak peralatan elektronik. Yang muncul adalah kesan robotik dan geometrik yang bercita rasa modern. Pola itu diterapkan lewat teknik bordir dan patchwork.
Diterima publik
Setahun belakangan ini, lini Saptodjojokartiko semakin diterima publik. Itulah sebabnya, dia berani memasukkan kaus dengan tulisan lini tersebut terpampang jelas di bagian dada dalam padu padan rancangannya. Bukan untuk gaya-gayaan, tetapi orang bakal semakin mengenal lini ini.
Sebagian rancangan tetap menghadirkan gaun yang anggun. Gaun tanpa lengan dengan ekor panjang menyapu lantai, kaftan dengan potongan lebar, dan gaun bersiluet blazer dengan belahan rendah tampak menawan dengan tambahan permainan layering.
Material yang dipakai pun bervariasi karena jangkauan koleksi kali ini juga lebar. ”Dari baju sehari-hari sampai gaun malam. Dari bahan kaus sampai bahan halus ada. Apa pun yang dimaui pasar sebetulnya,” ucap perancang kelahiran Solo, Jawa Tengah, ini.
Dia berpandangan, ketika permintaan pasar ada, kenapa tidak disambut oleh perancang mode. Dia, misalnya, pernah membuat rancangan sweater. Ketika tidak membuat lagi, orang akan bertanya. Di luar konsumen yang biasa mengenakan busana pesta rancangan Sapto, juga ada konsumen yang ingin memakai baju sehari-hari rancangannya.
Bagi Sapto, perluasan pasar ini penting karena label terus berkembang. Dia berpatokan pada keberhasilan koleksi siap pakai yang diluncurkan tahun 2016 dan diterima pasar lokal dan internasional.
”Sebenarnya saya tidak ingin membuktikan apa-apa dengan koleksi ini. Memang ini menandai 10 tahun saya berkarya. Tetapi, yang jelas dengan ini saya bisa mengompromikan idealisme dengan pasar,” tuturnya.
Dengan hadirnya koleksi musim semi/musim panas 2019 ini pula, Sapto berkomitmen untuk terus menggelar peragaan busana secara berkala untuk setiap koleksi yang dibuat di masa mendatang. Sebelumnya, Sapto lebih banyak dikenal menampilkan koleksinya dengan konsep trunk show yang eksklusif atau peragaan busana bersama sejumlah desainer.
”Kalau tidak ikut bergerak, kita bakal ketinggalan. Tergilas waktu,” ujar Sapto.
Peragaan busana juga ditutup dengan dramatis. Para model melakukan finale dengan membawa payung transparan dan berjalan hingga ke luar selasar yang menjadi landas peraga, menuju belakang panggung dengan memutari teras luas bagian samping Istora yang terbuka.